puzzles

4.7K 211 13
                                    

Happy reading!
Vote&coment!

Kasih emot ini dong 😉

Koreksi bila ada yang typo ok.




Hari ini seperti biasa aku kembali beraktivitas, setelah kemarin melewati hari yang penuh lika-liku, kejadian dimana semua sahabatku tahu kalau aku sudah bertunangan dengan PRESMA yang banyak di kagumi dikampus.

Sekarang aku hanya duduk di kantin, sambil berkutat di laptop ku mengerjakan tugas yang tertinggal 2 hari yang lalu dan harus mengerjakan dengan kebut.

"pagi Ra."sapa seseorang dari belakang ku, dia Danu pacarku. Tapi saat mengingat kata pacar rasa bersalah ku muncul, bagaimana aku masih beranggapan dia pacarku padahal aku sudah berkhianat.

"pagi juga nu,"balas ku sambil tersenyum.

"tumben udah rajin ngerjain tugas."ejek nya kepadaku.

"iya kan anak rajin."jawabku sambil terkekeh.

"eh pake cincin?" tanya Danu kepada ku, membuat aku gugup seketika, keringat dingin mulai muncul di pelipis.

"i-itu peninggalan mama buat gue."jawab ku gugup dan berbohong, sungguh hatiku tidak tenang saat ini.

"ohh gitu, nanti cicin itu akan gue geser sama cincin pernikahan kita."jawab Danu sambil menyentuh tangan ku.

"lo yakin sama gue nu?"tanya ku.

"kenapa enggak? Kalo gue nyaman sama lo, sayang sama lo kenapa gak lanjut ke jenjang yang lebih serius."jelas Danu kepadaku.

"nu, jangan terlalu nyaman dan sayang sama gue, gue takut lo kecewa sama akhirnya."ucapku.

"Ra, dalam cinta itu pasti ada resiko nya, berani jatuh cinta berani terima sakit. Jika tuhan tidak mengizinkan kita bersama, itu sudah menjadi suatu keputusan yang gak bisa di ganggu."jelas Danu, matanya menyorotkan ketulusan cintanya kepadaku.

"jika gue ngehianatin lo gimana?"tanya aku sambil menatap danu.

"yang pasti gue kecewa, dan gue iri sama seseorang yang bisa ambil hati lo. Sedangkan gue yang udah jdi pacar lo pun belum bisa ngambil hati lo sampai sekarang."jawab danu dengan senyum tertahan.

Aku membisu diam seribu bahasa, hati ku kembali teriris, betapa kejam nya aku yang sudah menghiati cinta tulus nya. Aku menghalikan pandangan ku kembali ke laptop.

"eum ra, gue ada kelas sekarang. Pulang bareng?"ucap nya padaku.

"enggak deh, biar gue pulang sendiri."tolak ku sebaik mungkin, aku khawatir ibu nya Halim ada kepentingan denganku nanti.

"please, pulang bareng gue yah, gue pengen habisin waktu hari ini sama lo."mohon nya.

"oke deh."iya ku singkat.

"oke nanti gue jemput ke kelas lo."ujar danu.

"eh nu-"

"udah gak ada penolakan, gue ke kelas udah telat nih, bye ra."ucap nya sambil berjalan menjauhi ku.

"huft, gue harus ngomong sama Halim dulu."monolog ku.

Aku segera membereskan buku dan laptop ku, aku berjalan menuju di mana Halim sekarang. Ya di sekretariat presma.

Terlihat Halim sedang bercanda gurau dengan beberapa rekan nya, yang ku tahu hanya ka deris dan si beku ka arengga. Langkah ku semakin berat, aku merasa tak enak hati karena bagaimana pun aku ini masih adik tingkat mereka. Tak apa lah aku hanya ingin berbicara dengan presma mereka bukan ingin cari muka.

"kiw cewek tuh."ujar ka deris setelah matanya menangkap ku.
Dan otomatis Halim dan ka Arengga mengalihkan padangan nya ke padaku.

Aku sedikit menunduk,"ka Halim, saya boleh bicara sebentar?" ucap ku se sopan mungkin.

PRESMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang