Vote&coment
Happy readingSeperti biasanya aku melakukan aktivitas di pagi hari, seperti mandi, sarapan dan berangkat kuliah. Pas sekali jadwal kuliah ku pagi pukul 7 hingga siang pukul 12. Jadi aku masih ada waktu untuk mempersiapkan diri untuk Pertunangan ku dan Halim.
Sekarang aku sudah duduk di kantin kampus, kelas pertama sudah selesai dan akan di lanjut kelas kedua dan ketiga. Aku menyempatkan untuk mengisih perut ku di sela menunggu jam kelas selanjutnya.
Aku hanya sendiri, keadaan kantin lumayan sepi hanya beberapa mahasiswa yang ada disini. Aku duduk sambil menikmati milkshake yang ku pesan tadi, dan memulai menggambar beberapa pola.
Kini tanganku beralahih memegang ponselku. Ku lihat akun berita kampus ini. Sepertinya sedang ada seleksi Beasiswa ke jepang, hah?! Aku ingin sekali mengambil beasiswa itu. Tapi apa Halim setuju? Tapi kenapa aku harus memikirkan persetujuan Halim, mungkin akan aku coba nanti.
"Woy!"kaget seseorang dari arah belakang ku. Siapa lagi pelakunya kalau bukan sahabat curutku si Royyan.
"kaget bego!"kata ku ketus.
"hehe, lo kok sendiri aja kayak jomblo?"tanya Royyan sambil duduk di depan ku.
"terserah gue lah! Mau gue sendiri mau gue bertiga, mau gue sekampung sekaligus juga terserah gue!"jawab ku asal kepada Royyan.
"santuy dong neng, lo pms ya Ra marah-marah mulu?"tanya nya.
"emang kalo cewek marah musti pms?"tanya ku sinis.
"ya kagak juga sih, ya udah lah ganti topik."ucap Royyan.
"oh iya, yang lain kemana?"tanya ku karena tidak melihat ke 2 sahabat ku yang lain, terkecuali Rayya yang sedang tidak masuk kuliah.
"si Dinno lagi jalan sama gebetan nya barunya tuh! Terus sih Radea kayak nya lagi presentasi."jawab Royyan yang aku angguki.
"eh gue cabut dulu ya, doi lo dateng tuh!"celetuk Royyan sambil menunjuk Danu dengan Dagu nya.
"hai!"sapa Danu mendahului.
"eh hai!"sapa ku balik ke padanya.
"udah gak ada kelas?"tanya Danu.
"ada, abis ini kelas nya pak martin abis itu selesai."jelas ku.
"gimana nanti sore kita jalan?"ajaknya.
"aduh, gue gak bisa nu, ada acara yang harus gue hadiri."tolaku sehalus mungkin.
"acara apa? Ulang tahun? Pernikahan? Kalau itu kita hadirin sama-sama aja, biar kamu ada gandengan."tawarnya lagi.
"acara keluarga. Maaf ya nu gue bener-bener gak bisa nanti kapan-kapan gue sempetin jalan sama lo."tolaku kesekian kalinya.
"yah yaudah deh."ucap Danu dengan nada pasrah nya.
"eh sejak kapan rambut lo di ubah?"tanya gue sambil memegang rambut Danu tapi Danu langsung menepisnya.
"1 minggu yang lalu. Jangan di pegang rambut aku lepek, bau. Nanti tangan kamu ikutan bau."ujar nya yang hanya aku iyakan.
"terus sejak kapan lo pake kacamata?"tanya ku kembali. Entah kenapa aku ingin banyak sekali bertanya tentang nya.
"5 hari yang lalu kayaknya."jawabnya.
"kenapa?"tanya ku lagi.
"tumben kamu banyak tanya tentang aku. Ada angin apa?"tanya Danu dengan terkekeh.
"gak papa, emang salah?"tanya ku balik kepada nya.
"tidak. Aku pakai kacamata karena suka pusing liat tulisan yang terlalu kecil."jelas nya.
"eh udah waktunya jam pak martin, gue ke kelas. Oh iya banyakin makan wortel, istirahat yang cukup, lo butuh istirahat muka lo keliatan kurang istirahat. Kalo gitu sampai ketemu lagi."ujar panjang dan pergi meninggalkan nya yang masih menatapku.
"Ra kamu wanita yang baik dan penyayang walaupun kadang sifat penyayang nya itu ke tutup sama sifat absrud nya tapi aku suka. Terimakasih sudah menjadi wanitaku."ujar Danu bermonolog sambil menatap punggung Raina yang semakin menghilang.
_RH_
Sore ini, ya Pertunangan ku dan Halim akan terjadi. Aku masih tak percaya tapi bagaimana mungkin aku tak percaya jika saat ini saja aku sedang di hias dengan cantik oleh penata make up keluarga Syabani.
Rambut ku di angkat ke atas dengan beberapa rambut yang di juntai kan di sebelah mataku. Riasan yang tak terlalu tebal saat pas dengan gadis seusiaku.
Sekarang aku sudah berada di salah satu kamar hotel tempat Pertunangan aku berlangsung.
"cantik sekali adik kaka."puji ka Malik kepada ku.
"ayo turun, yang lain sudah menunggu di bawah."ujar nya yang hanya aku angguki saja.
Aku berjalan beriringan dengan ka Malik, semua mata memandang ku, membuat ku malu dan gugup. Keluarga besar Halim semuanya hadir. Benar-benar kelurga kaya, liat saja yang semua mereka pakai barang bermerek dan harga nya bukan main.
"aduh, calon mantu ibu cantik sekali."puji bu Diana kepada ku, yang aku balas dengan seyuman.
Mata ku mencari sesosok laki-laki yang akan menjadi tunangan ku malam ini. Mata ku menangkap sesosok gagah itu. Kini ia memakai batik yang waktu itu mbak sarah pilihkan.
"baiknya kita langsung memulai acara pertunangan ini."ujar bu Diana.
Tunggu! Dari awal aku bertemu Halim dan bu Diana tapi entah kenapa aku tidak pernah bertemu ayah Halim dan adik perempuan nya, kemana mereka? Ah sudahlah mungkin ada suatu hal yang tak perlu aku tahu.
"ayo langsung mulai ke sesi tukar cincin."ujar bu Diana.
Kini aku dan Halim sudah saling berhadapan. Aku akui Halim berkali-kali lipat lebih tampan dari sebelumnya. Ibu Diana memberikan cincin membuat aku tersadar karena terlalu lama menatap wajah Halim.
"ayo Fif, pasang kan cincin itu kenapa jari Raina."ujar bu Diana.
Halim meraih tangan ku. Dan memasukkan cincin dengan berlian kecil tapi begitu elegan itu ke jari manisku secara perlahan. Tepuk tangan bergemuruh saat Halim sudah pas memasangkan cincin itu.
Kini giliran ku memasangkan cincin kepada Halim, bentuk dan warna sama cuma hanya tidak ada berlian di cincin Halim. Aku memasangkan nya dengan perlahan dan selesai.
"selamat ya, kalian sudah resmi menjadi sepasang tunangan, ibu harap ini semua langgeng sampai pelaminan."ujar bu Dian memegang tangan ku dan Halim.
Ini status baru ku, menjadi tunangan Halim tapi masih menjadi pacar Danu.
***
Gimna nih ceritanya?
Vote&coment nya
Cirebon, jum'at 3 januari 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRESMA
Fiksi RemajaDi jodohin sama presma? Is impossible. -Raina. Perjodohan? whatever! -halim. hanya sebuah cerita pasaran tentang perjodohan, antara si gadis pejuang dan si tuan masa bodo. Note: semoga kalian suka cerita ini. PENASARAN? LANGSUNG BACAA YAHH DAN...