Sepotong Kisah

7K 268 56
                                    

Vote&coment!
Happy reading!


Ruang Dekan

Di tempat itu, sekarang aku berada, berhadapan dengan dekan membuat hati ku sedikit berdebar takut. Namanya pak abram, Dekan tegas, berwiba dan ramah di universitas ini.

"apakah kamu yakin ingin mengambil beasiswa ini?" tanya pak abram kepadaku.

"saya sangat yakin pak, ini peluang besar bagi saya, kenapa harus saya sia-siakan."jawab aku yakin.

"baik, jika kamu sudah yakin. Saya juga yakin kamu bisa mendapatkan beasiswa ini, ini form nya, setelah kamu isi kirim ke email dibawah ini, lalu kamu beri tahu bu suci, bahwa kamu sudah mengisi from nya, biar bu suci yang akan mengecek disana, semoga berhasil raina."jelas detail pak abram.

"terimakasih pak,"jawab ku dengan tersenyum manis.
Ku langkah kan kaki untuk pergi dari ruangan pak abram menuju ke kelas, untuk menemui sahabat ku.

"nah ini dia anak nya!" celetuk Dinno sambil menunjuk kan jari ke arah ku.

"apa sih, baru aja gue dateng."jawab ku kesal dan duduk di sebelah rayya.

"udah gue dugong, lo ada hubungan gelap sama ketua presma itu kan?!" tanya raya kepadaku, hubungan gelap? Emang nya aku simpanan, dasar rayya tolol.

"anjir, lo pikir gue cewek simpanan, sampe di bilang hubungan gelap, kenapa gak hubungan terang aja."jawab ku santai sambil membuka buku materi yang akan di pelajari nanti.

"ilih! Bodo banget sih ra, kalo lo ada hubungan sama ka Halim pun kita gak ada masalah, kenapa harus di tutupin gitu."jelas radea.

"nah bener kata dea! Eh tapi lo sama ka Danu?" tanya royyan membuat yang lain mengangguk setuju akan pertanyaan royyan.

Ku tarik nafas ku dan berdiri "udah yah kalian gak usah ikut campur sama urusan gue, gue tau kalian khawatir dan peduli sama gue tapi ini privasi keluarga gue dan Halim."setelah mengucapkan itu aku masuk ke dalam kelas tanpa memperdulikan wajah kaget mereka karena ucapan ku.

10 menit setelah nya, Dosen kami masuk, aku merasa canggung dengan rayya yang duduk di sebelahku. Tapi sudah ku usahakan sebiasa mungkin.

Dosen pun mempresentasikan cara merancang beberapa pakaian dan mengenal bahan-bahan yang bagus untuk di gunakan, dan beberapa harga bahan dari yang termahal dan termurah.

"saya tugas kan, kalian membuat sebuah baju khusus untuk orang yang kalian sayang, entah keluarga, sahabat, ataupun pacar. Yang jomblo mohon tidak memilih untuk pacar."kekeh bu lindra, membuat para mahasiswa yang disana berdumel tidak jelas.

"oke-oke! Kalian membuat pakaian ini dalam waktu 5 hari dan itu harus jadi, lalu kalian ceritakan kenapa kalian memilih pakaian ini. Tidak ada yang protes saya tunggu kalian 5 hari lagi untuk bertemu dengan saya. Sekian dari saya, terimakasih dan selamat sore."ujar bu lindra dan pergi meninggalkan kelas kami.

"ra gue balik dulu, bokap udah jemput."ucap rayya kepadaku yang hanya ku balas anggukan dan senyuman.

Aku membereskan beberapa alat tulis dan beberapa buku yang tadi habis untuk ku pakai.

"pulang sama saya!" ucap tegas sosok di belakang membuat ku menoleh kepadanya.

"iya gue juga tau kali," jawab ku agak ketus, siapa lagi kalau bukan Halim yang berbicara seperti itu.

"oh iya, tadi saya dengar kelas kamu ada tugas individu untuk membuat sebuah pakaian? Saya boleh minta di buatkan?" ucapnya membuat otakku berfikir dengan sedikit lambat.

"gimana?" tanya nya lagi.

"iya-iya, bilang aja lo mau di buatin baju kena gue," ejek raina.

"niat saya membantu, tapi yang tadi kamu ucapkan itu point plus nya."jawab nya sambil terkekeh sedangkan aku memutar bola mata ku jengah.

_RH_

Balkon kamar halim.

Tempat itu sekarang aku berada bersama halim, sedari tadi halim hanya meminum jus nya dan membereskan kunci gitar sesekali ia memainkan tapi tidak pernah satu lagu yang ia selesaikan.

"eh iya bukannya lo punya adek lim?" tanya ku membuka suara.

"ada," jawab singkat halim.

"terus, adek lo mana? Kata ibu dia perempuan, umur nya sekitar 10 tahun kata ibu."tanya ku bertubi-tubi.

"nama nya Arala, dia ikut sama ayah dan nenek di Australia."jawab singkat halim dan aku hanya membulatkan mulutkan seperti huruf O bertanda aku paham.

"dan saya pernah tinggal di daerah kamu."ucap nya membuat ku mengerutkan kening.

"Cirebon?" tanya ku.

"iya, saya tinggal disana waktu umur saya 9 tahun dan pada umur 12 tahun saya pindah ke sini dan menetap sekarang."jelas halim.

"wah, ternyata kita pernah satu kota."ucapku.

"dan di kota itu, dimana saya bertemu dengan gadis polos, lucu, selalu membuat saya tersenyum akan tingkah konyol dan ceroboh dia. Apalagi jika dia di hadapkan dengan buah melon, dia akan langsung kabur masuk ke kamar nya dan memanggil nama ku, ka rapip ka rapip, ah sangat menggemaskan."ucap nya seakan membawa ku kedunia masa lalu nya.

"terus cewek itu pasti seumuran sama gue sekarang dong, masih sering kontekan?" tanya ku.

"setahun setelah pindah kelurga kami putus kabar, kelurga dia susah di hubungi, saat ayah saya masih disini coba menelusuri mereka ternyata mereka sudah tidak ada di kota itu."jelas nya dengan raut wajah sedih.

"ah udahlah lim, lupain kalo itu bikin lo sedih, hm kalo gitu gue ke temu ibu dulu yah, terus mau rancang baju buat lo nanti."ucapku sambil berbalik meninggalkan dirinya.

'apakah kamu masih tidak menyadarinya?'










***
vote dan komen

Cirebon, senin, 20 April 2020

PRESMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang