15.PURA-PURA LUPA

37 1 0
                                    

"Aku mengalah karena aku tidak ingin orang yang aku sayang merasakan kekecewaan, aku peduli dengan perasaanmu dan aku harap kamu juga bisa begitu"

****

Kringgggg....

Bellpun berbunyi kini semua murid DHS telah duduk manis di dalam kelas masing-masing bersiap untuk belajar.

Pelajaran pertamapun di mulai dengan ibu tati yang mengajar sejarah.
Semua fokus menulis apa yang ibu tati tulis di papan.

Tapi tidak dengan venia, pikirannya kini di penuhi arkan, bagaimna kalo ia ketemu arkan ,dll

Semenjak venia dan vino pacaran merekapun duduk sebangku, lebih tepatnya vino yang memaksa venia duduk dengannya.

"Vin"

"Hmm"

"Bener dia disini"

"Hmm"

"Hmm apa??"

"Iya, dia disini" jawab vino memalingkan wajahnya menatap venia.

"Oke"

"Kenapa? Mau liat dia?" Tanya vino.

"Ngak" jawab venia memalingkan wajahnya dari vino yang masih menatap venia dengan dingin.

"Kalo mau liat dia bilang sama gue, ntar gue temenin"

Venia kaget dengan jawaban vino, sepertinya hari ini akan ada banyak hal yang akan terjadi.

Ibu tati yang sudah menulis di papan pun berbalik menatap murid2nya yang sedang khusyuk menulis.
Tatapannya terhenti pada venia yang sedang bengong.

"Venia kirana andara" panggil bu tati.

"Ven shutttthh, lu di panggil sama bu tati" bisik vino yang tak di gubris oleh venia yang masih bengong, vino pun menginjak kaki venia karena tak di hiraukan sedari tadi.

"Awwhhh, sakittt vin ngapain sih lu nginjak nginjak"

"Tuh" jawab vino yang menunjuk bu tati dengan dagunya.

"Venia kamu keluar, berdiri di depan kelas karena sedari tadi kamu tidak memperhatikan pelajaran saya"

"Iya bu, maaf" jawab venia dan segera berdiri keluar kelas.

***

At Depan kelas X IPS 1

Sialan banget sih bu tati, ngapain coba gue di sini mending juga di kantin makannn, hmmm laperrr. Gerutu venia yang memegangi perutnya karena lapar.

"Lu ngilang selama ini karena jadi satpam depan kelas?"

Suara barusan itu sangat tidak asing di telinga venia, dia menggit bibir bawahnya mencoba menahan diri agar tidak gugup.
Karena sekarang arkan tengah menghampirinya.

"Venia jawab gue"

Veniapun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk.
"Hay Arkan"

"Kenapa lu pergi Nga bilang sama gue"

"Hmm itu..."

"Sendirian lagi perginyaaa, gue khawatir ven"

Venia terkejut dan menenguk salivanya mendengar jawaban arkan yang khawatir dengannya.
"Gue cuman mau belajar mandiri Ar"

"Apa sih susahnya bilang sama gue ven, kan gue bisa nemenin lu"

"Gue kan udah gede Ar"

"Tapikan gue sahabat lu ven"

"Iya kita cuman sahabatan"
Balas venia yang langsung berlari meninggalkan arkan, dengan tangan yang menahan agar air matanya tak jatuh di hadapan arkan.

*****

Tak ada yang menyadari kehadiran vino di balik tiang sekolah tak jauh dari tempat venia dan arkan berdebat tadi. Vino dapat mendengar jelas percakapan keduanya.

Setelah melihat venia lari menahan air matanya, vino pun menyusul venia dari belakang.

Tepatnya di taman belakang sekolah, venia menguruti dirinya sendiri "bego bego bego bangettt sih gue"

"Lu nga bego"

"Vino? Lu ngapain disini?" Tanya venia terkejut dan segera menghapus air matanya yang masih tersisa.

"Gue yang harus nanya, ngapain lu nangis disini?" Tanya vino.

"Ngapapa"

"Gue tau semuanya"

"Tau apa?"

"Tau kalo hati lu cuman buat dia ven"

"Vinnn, bukan kek gituuu" rengek venia.

"Gue akan lepasin lu sama dia asal lu janji lu bakal bahagia"

"Vinnn" rengek venia kini air matanya kembali menetes.

"Lu nga usah mikirin gue, gue ngapapa biar gue yang pura-pura lupa"

Vino pun pergi meninggalkan venia yang masih terisak.

*****

Terimakasih buat kalian yang telah membaca promise

Maafin kalo kurang greget :')
Tapi part ini cukup bikin gue inget sesuatu :')



PROMISE (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang