***
Tata keluar dari kelasnya. Mata pelajaran Biologi kali ini kosong, jadi kelas Tata isinya cuma ribut saja. Di depan pintu, ia mengangkat tangannya, menyilakkan rambut lalu menguncirnya. Hari ini gerah sekali, dari tadi keringat sudah mengucur melewati lehernya.
"Apa lo?" sewot Tata ketika menangkap seseorang melihatnya.
Siswa kelas sebelah itu tersenyum. "Cakep bener, Buk!"
Tata memutar matanya. "Bacot, Dit!" serunya.
***
Usai sampai di depan tujuannya, Tata merogoh saku, mencari sebuah kunci. Dibukanya satu loker bertuliskan Arinta Mahesa.
Gadis itu mengernyitkan dahi ketika mendapati satu amplop di sana. Tangannya meraih amplop itu. Belum sempat membuka isinya, amplop itu sudah raib diambil seseorang di sampingnya.
Tata berdecak sebal. "Dit, apaan sih! Ngikutin gue aja lo! Sini, balikin!"
Siswa tadi, Radit namanya. Anak jahil dan super menyebalkan. Untungnya, Tata sudah cukup terbiasa. Siswa yang sebenarnya cukup keren ini dulu teman mainnya waktu kecil dan tetangganya sampai sekarang.
Radit membuka isi amplop, mulai membacanya. "Yang tersayang, Arinta," bacanya. "Wah! Surat cinta, nih! Seru juga. Pinjem ya, Ta!"
Siswa itu kabur membawa amplop yang seharusnya untuk Tata. Buru-buru Tata menutup pintu lokernya lalu menguncinya. Niatnya mengambil buku mata pelajaran besok untuk disimpan di laci meja pupus gara-gara anak satu ini.
"Radit! Mau diapain?" seru Tata setengah berlari mengikuti langkah Radit.
***
Sampai di kelas, Radit sudah berdiri di depan semua teman sekelas Tata. Suasana sudah penuh haru biru, banyak siulan juga ejekan.
Tata menatap kesal Radit. Tangan Radit memegang kertas yang ada di amplop tadi. Bisa disimpulkan, Radit membacakan isi surat itu dengan penuh gelak tawa mengejek di depan seluruh manusia kelas XII MIPA 5.
"Apa sih? Gak lucu lo!" Tata merebut paksa surat di tangan Radit. Sedikit membentak, membuat Radit menghentikan gelaknya.
Seketika kelas hening. Tata ini memang dikenal sebagai anak yang agak galak. Tidak heran mereka diam ketika Tata sudah meninggikan suaranya. Apalagi masalah privasi seperti ini, dipastikan Tata akan marah berhari-hari dengan si pembuat onar.
"Ngerti privasi gak sih, lo?" semprot Tata lalu keluar meninggalkan kelas.
"Eh, Ta!"
Cukup sudah, Radit gelagapan. Teman dari kecilnya ini, susah sekali untuk dibujuk kalau sudah marah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Teen FictionBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...