***
Tata berdecak di kamarnya, hobinya baru-baru ini kalau sedang berbicara dengan Radit.
"Bentar doang, Ta."
"Besok musti bangun pagi, Dit. Gladi bersih kelulusan. Udah malem banget, besok gue telat gak jadi lulus ini!" keluh Tata pada Radit yang ada di seberang sana.
Waktu terlalu cepat bagi keduanya. Serius, rasanya Tata baru selesai dari liburan semester kemarin. Yah, memang kelas 12 di semester dua ini singkat sekali. Mungkin hanya tiga bulan, itu juga berisi ujian-ujian saja. Sungguh, tiga bulan yang begitu melelahkan bagi Tata.
Oh, ralat. Bagi semua siswa-siswi angkatannya.
"Besok malem deh, ya?" tawar Tata.
"Janji? Kita udah lama nggak keluar sejak banyak ujian tau!"
"Halah."
Tidak ada perubahan signifikan dari hubungannya dan Radit. Radit juga tidak mengungkapkan apa-apa, pun dengan Tata. Keduanya memilih tetap seperti ini. Sebenarnya, Tata sendiri tidak yakin tentang perasaan Radit padanya. Siapa tahu dia cuma ke-geer-an?
Tata meboleh menatap lambak kertas di ujung kamarnya. Semua itu bekas latihan soal ujian kemarin. Yah, Tata cukup berusaha keras.
"Besok, besok. Udah, mau tidur."
"Bentar!" Radit menjeda sejenak. "Besok kebaya warna apa?"
"Punya gue?"
"Nggak, punyanya tukang cilok."
"Seraaaaaaaaaaaah."
"Ya iya punya lu lah!"
"Maroon kayaknya. Kenapa?"
"Nggak. Ok, nite, Ta, hehe!"
Panggilan diakhiri. Setidaknya untuk hari ini.
***
Tata datang dengan Ike, tentu saja. Mana mau papanya datang di acara kelulusannya. Ike saja harus benar-benar izin dari jauh hari untuk bisa menemani putri satu-satunya ini.
"Lah?" lirih gadis itu ketika bertemu mata dengan laki-laki yang posisinya tidak terlalu jauh darinya.
Tata berani sumpah, Radit terlihat lebih tampan dari biasanya. Ia mengenakan jas hitam dan celana kain dengan warna senada. Di dalamnya, ia mengenakan kemeja berwarna...,
Tunggu.
"Anjir!" umpat Tata lirih.
Ternyata, Radit menanyakan warna kebaya Tata untuk menyelaraskan dengan warna kemejanya. Warna kemeja Radit maroon, sama seperti kebayanya. Baiklah, kini mereka seperti mengenakan pakaian ala couple bridemaids.
"Kenapa, Ta?" Ike mendengar umpatan lirih Tata.
"Nggak, Ma," sanggahnya. "Itu, ada Radit sama Tante Rere."
Ike menoleh ke arah yang ditunjuk Tata. Lalu senyumnya mengembang dengan cepat. Ike dan Rere sudah dekat semenjak kuliah, mereka satu jurusan dan sering ada di satu kelompok yang sama.
Reuni antara ibu-ibu dimulai.
"Ta, gue cakep nggak?" Radit menyenggol tangan Tata.
"Dih," dengus Tata tak acuh.
"Sumpah," Radit menjeda kalimatnya sebentar, "lu cakep."
Tangan Radit terangkat menyelipkan beberapa helai rambut Tata yang luput darii jepitan ke belakang telinga.
Tata cantik dengan rambutnya yang diurai dan jepit emas yang menghiasi.
Kalau begini, bagaimana bisa ia tidak merona?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Teen FictionBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...