***
Radit yang masih tersenyum membuat Tata kesal. Setelah memotret dirinya dan mengirimnya ke Ghani, ia terus saja seperti itu. Apalagi masalah Ghani yang ribut bertanya Tata sedang bersama siapa. Tata menggerutu sembari menjawab pesan dari Ghani. Masalahnya jadi panjang gara-gara Radit.
"Ngomel mulu nggak abis-abis," kata Radit.
"Gara-gara siapa, hah?"
"Iya, maapin, Tata," kata Radit lugas.
Tata menghentikan ketikannya. Ia menoleh ke arah Radit. Biasanya, anak itu tidak minta maaf selugas ini, pasti berputar-putar dulu mencari alasan. Belum lagi senyum yang masih menempel di wajah Radit. Manis sekali, Tata betah melihatnya. Coba kalau dari dulu Radit begini, tidak akan Tata sering marah.
"Ta?" Radit menjentikkan jarinya di depan mata Tata.
"Sorry, abisnya manis."
"Apanya?"
Tata gelagapan. Dia keceplosan. "Eh, mmm..., nggak. Ini es buahnya manis."
Sial, Tata jadi salah tingkah sendiri.
Gadis itu memperhatikan Radit yang kini sibuk dengan semangkuk es buahnya. Benar kata Aurel waktu itu, Radit itu tidak tampan. Hanya saja...,
menyenangkan. Senyumnya cukup manis kalau sedang tulus, matanya yang sering tampak tajam juga ikut tersenyum.Pemandangan yang cukup indah.
***
Arinta Mahesa : dit, gak plg bareng dl ya, ada acara
Radit bangke : kemana? sama siapa?
Arinta Mahesa : ky mak mak lu. dah ya, bye
Radit bangke : ydh see u jam 8 mlm nnti. gamau tau harus keluar sm gue
Tata berdecak setelah membaca pesan itu. Laki-laki itu selalu saja memutuskan sesuatu sesukanya. Kalau sudah begitu, penolakan tidak akan diterima, apa pun alasannya. Ia memilih meninggalkan pesan itu tanpa balasan, lalu berjalan menyusul laki-laki di depannya.
"Mau ke mana emang?" tanya Tata.
Tadi, Ghani datang sebelum Radit. Memang Radit sudah bilang kalau akan datang sedikit telat, ada diskusi kelompok sebentar katanya. Sialnya, saat itu Ghani datang tanpa diundang, lalu mengajak Tata pergi. Tata sudah tidak punya alasan untuk menafikan permintaan Ghani. Tidak ada penyelamatnya, Radit.
"Nggak tau nanti, liat di jalan deh," kata Ghani.
"Oh, okey."
"Suka es krim nggak?"
Tata menyejajarkan langkahnya bersama Ghani. Tiba-tiba ia merasa semangat mendengar kata es krim. Bagaimana pun, tetap saja Tata adalah perempuan penyuka es krim dan hal manis lainnya.
Senyumnya Radit, contohnya.
Eh?
Gadis itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Pikirannya sudah tidak waras kali ini.
"Ta? Kenapa? Pusing?"
"Eh, enggak," sangkal Tata. "Gue suka es krim."
"Bagus. Gelato mau?"
Mata Tata kini terlihat senang. Ghani menjadi ikut senang karena ekspresi Tata. Gadis itu ekspresif sekali. Tidak segan menunjukkan emosinya, baik tentang hal baik mau pun buruk.
"Mau!" sahut Tata bersemangat. "Kalo ditraktir tapi. Bokek," lanjutnya sambil terkekeh.
Ghani tersenyum. "Iya lah, mana mau gue ditraktir cewe."
Such a straightforward girl.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Novela JuvenilBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...