14

572 72 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tata menunggu Ike masuk ke kamar sebelum ia keluar dari dapur. Sungguh, sejelek-jeleknya keadaan rumahnya, ia benar-benar tidak ingin pindah. Apa lagi bersama kakaknya mama yang tinggal di Singapur.

Gadis itu menghela napas kasar. Ia duduk di sofa ruang tengah.

Sebentar lagi, keluarganya akan benar-benar hancur.

***

"Arintatatata!"

"Apa sih, Dit? Budek gue bisa-bisa."

"Abisan, dari tadi ngelamun mulu," kata Radit. "Kenapa?"

Hari Sabtu ini, Radit mengajak Tata ke salah satu mall di kotanya. Mereka tengah duduk di McD, resto cepat saji favorit kedua remaja itu.

"Tata, ih!" Radit menggoyangkan tangan Tata karena tak kunjung mendapat jawaban.

Gadis itu menarik tangannya, lalu menopang dagu. Terlihat sekali kalau ia sedang memiliki begitu banyak pikiran.

"Sekolah tinggal berapa bulan, sih?" tanya Tata tiba-tiba.

"Berapa ya? Minggu depan udah ulangan akhir. Dilanjut try out dan lain-lainnya," jelas Radit, kemudian ia berdecak. "Ck, bukan pemerintah gue, Ta."

"Dua sampe tiga bulan, nggak sih?"

"Iya kali." Radit menaikkan dua bahunya. "Kenapa?"

Tata menggeleng. "Nggak, males sekolah aja."

"Lu PMS ya? Ngeselin bener," kata Radit.

Tata menggeleng sekali lagi. "Lagi jelek mood."

Radit bangkit dari kursinya. Ia menuju ke kasir.

Beberapa waktu kemudian, laki-laki itu kembali ke hadapan Tata.

"Nih, kurang pengertian apa gue," katanya lantam. "McFlurry ini, mantep banget topping milo oreo."

Tata menerima uluran Radit. Ternyata ia masih hafal es krim kesukaannya di sini. "Pengertian banget emang kalo lagi nraktir."

"Ya nggak, utang itu. Nanti ganti, oke?'

Tata mendelik.

"Nggak, Ta, ampun! Itu mata udah mau keluar dari tempatnya."

"Lagian!" Mata Tata kembali normal, ia sibuk memakan es krimnya. "Enak, deh."

"Ya iya, tau nggak rasa apa?"

"Oreo milo, kan?"

"Bukan," kata Radit. "Rasa cintaku padamu!"

"Najis."

"Bener, Ta! Makanya enak," kata Radit bersikeras.

"Najis."

"Najis sekali lagi, gue doain kita jodoh," kata Radit.

"Najis," ucap Tata spontan. "EH! Nggak! Nggak!"

"Asik! Jodoh di depan mata."

***

Radit tengah mengantre tiket bioskop yang lumayan panjang antreannya. Sedangkan Tata, ia duduk manis di kursi yang disediakan sambil menunggu Radit mendapat tiketnya. Tentu Radit akan mengalah dengan gadis satu itu. Kalau tidak, Tata akan bilang: Kan lu yang ngajak.

"Loh, Ta? Di sini juga?" Satu suara menyapanya.

Tata mendongak. "Eh, Ghan? Iya nih."

"Sama siapa?"

Dagu Tata menunjuk arah antrean. "Tuh, anak setan. Lo sendiri sama siapa?"

Muka Ghani sedikit berubah, agak kesal sepertinya. Maklum, gadis incarannya jalan berdua dengan laki-laki lain. "Sama anak-anak."

"Oh, udah punya anak ya? Kok nggak kabar-kabar? Selamat ya, Bapak."

"Nggak gitu," kata Ghani.

Tata terkekeh.

"Ngapain lu di sini, Ghan?"

Radit datang membawa dua wadah pop corn.

"Ngapel Tata, dong."

Radit mendelik, sedangkan Tata berdecak.

Mulai lagi si Radit mah.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang