***
Kadang, Radit bisa menjadi sosok paling menyebalkan yang pernah Tata kenal. Namun, laki-laki itu bisa juga berubah menjadi sosok yang paling pengertian. Tata tahu, hubungan mereka tidak sesederhana teman biasa. Ada ikatan lain karena mereka tumbuh bersama. Tata tidak bisa menyangkalnya.
"Mau ke mana?" tanya Tata menyenderkan punggungnya di jok. Pandangannya beralih ke Radit yang memegang setir.
"Nggak tahu." Radit menyalakan mesinnya. "Liat bintang?"
Alis Tata saling bertaut mendengar tawaran Radit. "Hah? Di mana?"
Pertanyaan Tata tidak mendapat jawaban.
***
"Random banget lu. Asli," kata Tata saat sampai di lokasi pilihan Radit.
Tata keluar dari mobil. Ia dan Radit berada di sebuah tanah lapang. Banyak rumput yang sudah cukup tinggi di sana. Gadis itu tidak mengerti dari mana Radit tahu tempat semacam ini. Perjalanan mereka berlangsung selama sekitar 30 menit.
Pandangan Tata di arahkan ke depan. Sejauh mata memandang, hanya tanah lapang dan rumput setinggi betisnya, hampir menyentuh lutut.
"Bagus, kan," kata Radit bangga. "Tuh liat langit."
Tata mendongak. Bintang bertaburan di sana. Ada bintang kejora, satu dari sekian bintang yang paling terang. Bulan malam ini sedikit redup, kalah oleh terangnya bintang.
Mereka menumpukan badannya ke depan moncong mobil sedan Radit.
"Ta," panggil Radit.
"Hm?"
"Bahu gue kosong, pinjem dulu nggak apa-apa. Nggak ada yang marah kok, tenang aja."
"Dih? Romantis bener lu?" cibir Tata. "Ya orang kayak lu mana punya pacar."
Tata mengindahkan kalimat Radit. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Radit.
"Papa selingkuh lagi."
Kalimat yang meluncur dari bibir Tata setelah keduanya diam beberapa menit membuat Radit menolehkan kepalanya, menatap gadis itu.
Tata anak tunggal. Ia harus merasakan haru biru dalam rumah hampir setiap malam. Radit juga tidak mengerti kenapa Tante Ike, mamanya Tata, tidak mau melepaskan suaminya yang berkali-kali tertangkap basah selingkuh.
Mata Tata sudah berair. Tinggal satu kedipan, dijamin air matanya akan luruh.
"Just cry if you want to," ucap Radit.
***
Mata sembab Tata menerawang jalanan depan. Hanya di depan Radit, Tata bisa sampai seperti ini.
Tangan Radit terulur memutar radio mobil. Mencari lagu kebanggaannya dan Tata, mencari sesuatu yang ceria.
"Udah dong, Ta. Jelek tau. Idung udah kayak tomat."
Tata menarik tangan kiri Radit. Mendekatkan tangan itu ke hidungnya dengan cepat.
"TA! Ya Gusti!"
Seketika, reflek Radit menarik tangannya yang sialnya sudah terkena ingus Tata.
"Kalem, Dit. Orangnya habis nangis. Kalem, kalem." Radit menenangkan dirinya sendiri, lalu mengusapkan tangan dengan tisu.
Tata tertawa kecil. Diikuti Radit tersenyum karena gadis di sebelahnya sudah mulai tertawa.
Gelak tawa Tata terhenti melihat reaksi Radit. "McD yok?"
"Boleh, pengen cheeseburger deh."
Radit memacu mobilnya kembali ke arah kota, menuruti permintaan Tata.
Sikap Radit mengentaskan Tata sekali lagi kalau sebenarnya ia benar-benar tidak sendirian. Juga, bahwa Radit tidak semenyebalkan itu.
Tata kembali tertawa kecil. Membuat Radit menoleh heran.
"Sehat, Mbak?"
"Sehat wal afiat, Mas."
"Bagus, Mas juga sehat nih. Jaga kesehatan terus ya, Dek," ucap Radit seolah pada pacarnya.
"Alah gundulmu!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Teen FictionBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...