13

605 78 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah merecoki Tata dan Ghani, Radit meninggalkan mereka berdua. Sialnya, beberapa menit sehabis itu, bel berbunyi. Ghani berdecak kesal, cukup keras hingga terdengar Tata. Gadis itu menjadi merasa tidak enak.

"Emmm, sorry banget ya, Ghan?" ucap Tata. "Nganu, Radit emang begitu. Suka ganggu, nyebelin pokoknya mah."

"Nggak apa-apa lah, Ta. Bukan salah lu juga."

"Kan gue nggak enak, Ghan."

"Santai aja, kan bukan lu." kata Ghani. "Btw, Radit suka sama lu ya?"

"Hah?" heran Tata. "Kata siapa?"

"Nggak siapa-siapa, sih."

Tata mengernyitkan dahinya. Dari mana anak ini bisa menyimpulkan Radit punya perasaan begitu padanya.

***

"Dit, ih!" kesal Tata.

Dari tadi, sejak ia kembali dari kantin, Radit sudah duduk di tempat Aurel, di sebelahnya. Sedangkan Aurel, entah di mana gadis itu. Sepertinya masih di kantin dengan teman sepergibahannya. Sayang sekali Tata harus ke kantin bersama Ghani tadi, ia jadi kehilangan banyak berita dari Aurel belakangan ini.

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kali itu tidak kunjung masuk ke kelas. Jadilah Radit duduk di sebelah Tata cukup lama.

"Apaan sih, Dit?"

Radit cuma menatap Tata dengan pandangan tidak menyenangkan, tanpa bicara.

"Nggak, gue lagi kesel."

Tata bisa ikut kesal karena mood Radit ini dolak-dalik. Padahal, tadi di kantin Radit terus membicarakan hal tidak penting dan tertawa, demi mengganggu waktu mereka berdua. Sekarang, justru begini.

"Kalo kesel mah kesel aja, nggak usah ngeliatin gitu. Kenapa sih?" Tata mulai sewot. "Jadi ikut kesel nih gue."

"Ya makanya gue liat lu biar nggak kesel."

"Hubungannya apa, njir!"

"Ta, kucir rambut dong!" pinta Radit.

"Kenapa lagi? Random kok nggak abis-abis."

"Cepetan. Biar nggak kesel lagi."

"Kenapa juga gue harus nurutin lu?"

Walau begitu, Tata tetap mengucir rambutnya, menuruti permintaan Radit.

Radit tersenyum. "Nah, cantik."

"Nggak danta, anjing."

***

"Mbak, nggak bisa," suara Mama tertahan, terisak.

Tata yang berada di dapur, hendak minum, mendengar suara isakan Ike samar-samar.

"Tata masih sekolah, Mbak," lanjut Ike. "Gimana sekolahnya? Harus pindah?"

Tata terkejut. Ia berhenti minum. Kepalanya penuh tanda tanya. Kenapa juga harus pindah?

"Iya, Mbak. Tapi habis lulus ya? Kasian Tata. Tahun terakhir harus pindah," kata Ike.

"Iya, Mbak. Makasih. Secepatnya Ike urus perceraiannya."

Tenggorokan Tata mendadak kering. Buru-buru ia kembali minum air dingin dari botol yang ia pegang.

Akhirnya, mamanya memutuskan untuk menggugat cerai.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang