30

740 63 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Berani sumpah, tadi adalah saat-saat paling mengerikan selama hidupnya. Puncak dari pertengkaran orang tuanya. Ike yang melawan membuat Adi semakin ganas. Tata juga menjadi imbas. Tidak mungkin ia meninggalkan mamanya yang sedang diamuk.

Saat ini, Tata ada di rumah tantenya. Sebenarnya, ia adalah kakak dari Ike. Cuma karena wajahnya yang terlihat sangat muda, Tata terbiasa memanggilnya tante—namanya Riska omong-omong.

Tangan Tata gemetar memegang ponsel yang ia tempelkan di telinga. "Dit?" Suaranya ikut bergetar.

"Kenapa, Ta? Lu di mana? What's going on? Suara lu kok gitu, kenapa?" Pertanyaan bertubi-tubi datang dari seberang sana. Kentara sekali nada khawatir terselip.

"Di rumah Tante Riska," jawab Nilam lirih. "Papa udah main tangan, Dit. Mama nggak kuat, gue juga."

Tata tidak tahan untuk tidak kembali menangis.

"Lu kena?"

Bagaimana tidak, Adi benar-benar mengamuk tadi saat Ike berani membalas perkataannya. Sebenarnya cuma bilang kalau ia lebih memperhatikan Tata daripada papanya yang sudah tega berselingkuh. Akibatnya, tamparan melayang di pipi Ike bahkan sebelum ia menyelesaikan perkataannya. Dorongan dan tendangan juga Ike dapatkan. Kalau sudah begitu, tidak mungkin Tata pura-pura tuli dan buta.

"Iya," jawab Tata.

Pipi Ike tentu sudah berkelukur, pun dengan Tata yang juga terkena tamparan ketika berusaha melindungi mamanya. Pipinya masih merah sampai sekarang. Kepalanya juga masih terasa pusing.

"Share loc, gue ke sana sekarang."

"Nggak papa, Dit. Gue udah aman. Biar urusan gue selesai dulu, oke?"

"Ta...."

"Sumpah, gue udah nggak apa-apa," kata Tata menghentikan isakannya. "Gue selesein urusan gue dulu. Perceraian mama, hak asuh, kepemilikan rumah, semuanya."

"Lu bakal balik kan?" Suara Radit terdengar gusar.

"Iya," jawab Tata. "Tapi nggak tau kapan."

"Just don't leave me, okey?"

"Wait for me," ucap Tata.

"I will."

Panggilan diakhiri. Serius, Tata juga tidak mau pindah rumah. Namun, kondisi memaksanya untuk tinggal di rumah Riska sementara. Setidaknya sampai semua urusan selesai.

Mungkin juga Tata akan menunda kuliahnya setahun. Ia akan coba mendaftar SBMPTN tahun depan, ia sudah dinyatakan tidak lolos SNMPTN. Padahal, Tata dan Radit sudah berencana satu kampus bersama. Tidak berencana juga sebenarnya, lebih tepatnya Radit yang memaksa.

Tata tertawa kecil.

Halah, apa bisa Radit lolos SBMPTN? Swasta paling.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang