***
yth.
arinta tersayang.kata orang jadi secret admirer capek ya? yaudah deh gak lama-lama gue begini. tunggu aja.
gue jadul banget ga sih? etapi gapapa lah, biar romantis. abisnya belum punya line lo, kalo udah dapet, kita pindah di line, oke?
besok-besok gue kasih nama deh. sekarang penasaran dulu. pokoknya, kalau nanti ada yang nabrak lo, itu gue.
tertanda,
yang suka sama arinta.***
Sambil melangkahkan kaki, Tata membaca surat tanpa nama pengirim itu. Berusaha ia membolak-balik amplop, mencari pentunjuk. Nihil.
"Aw!" Tata mengaduh ketika bahunya disenggol cukup keras.
Seorang siswa, tanpa mau menoleh sekadar minta maaf, menyimpuk Tata cukup keras.
"Heh, apaan sih? Liat-liat kek kalo jalan!" seru gadis itu memegang bahunya yang sedikit berdenyut.
Tanpa menoleh, siswa itu mengangkat tangannya. Dua jari ditunjukkan untuk Tata, jari telunjuk dan jari tengah, simbol peace. Setelah itu, tangannya masuk ke saku celana dan menghilang di belokan lorong.
"Masalahnya apa sih?" gerutu Tata.
Tata termenung sejenak. Tunggu, tunggu..., dia orangnya?
Satu kalimat kembali ia baca, memastikan kalau matanya tidak salah. Hanya butuh beberapa detik untuk memastikannya. Kemudian, yang terjadi adalah Tata melangkahkan kakinya dengan cepat mengejar siswa tadi.
Sialnya, selain badge kelas 12, Tata cuma tahu sepatunya karena cukup mencolok. Warna abu-abu muda dan merk berlogo centang yang pasti akan disita guru yang melihatnya.
***
"Eh, Ta! Ta! Ampun, akhirnya ketemu!"
Anak ini lagi. Radit menahan bahu Tata yang tadi disimpuk cukup keras oleh siswa yang ia duga si penulis surat cinta.
"Sakit, goblok!" Tata menghentikan langkahnya, kembali memegang bahu yang jika terlalu keras dipegang akan kembali berdenyut.
Tata resmi kehilangan siswa yang tadi ia kejar. Ya udah, cari lagi besok, cuma kelas 12 juga.
"Kasar," cibir Radit.
"Apa?"
"Nganu..., itu, ih. Jangan ngambek dong, Ta! Masa gitu aja marah...."
"Gitu aja palamu! Ini kalo orangnya tau lo nyebar-nyebar suratnya, mau digeprek apa lo?" semprot gadis itu menjunjung amplop tadi di hadapan Radit.
Radit sedikit meringis mendengar semprotan dari Tata. Selain nyaring, suaranya cukup meninggi dari biasanya. Duh, singa ngamuk.
"Engga digeprek kok, gak usah khawatir gitu lah," kata Radit cengengesan.
"Siapa yang khawatir?" Tangan Tata terlipat.
"Iya gue. Gue yang khawatir, pokoknya gue." Radit menaikkan kedua tangannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Novela JuvenilBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...