***
Radit baru saja selesai dari kelasnya. Ia sudah beberapa bulan menjalani hari sebagai mahasiswa di salah satu kampus swasta. Yah, seperti dugaan Tata. Kini, laki-laki itu duduk dengan tenang di satu bangku di kantin, bersama es teh yang menemaninya di meja.
"Halo?"
Ponselnya sudah menempel di telinga. Radit tidak tahu siapa yang menelepon, nomornya tidak bernama.
"How's your day going?"
Degup jantung Radit mau berhenti saja rasanya. Rasanya mau menangis. Sial, ia begitu merindukan suara ini.
Radit menempelkan dahinya di atas meja. Berbagai perasaan meluap, tidak bisa dijelaskan. Rasanya begitu rumit. Sumpah, ia tidak tahu harus bagaimana.
"Damn, Ta!" Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Radit. Selebihnya, ia kesusahan menemukan suaranya.
Setelah berbulan-bulan tidak ada kabar, tiba-tiba Tata meneleponnya. Radit tidak tahu sesibuk apa urusan Tata dan keluarganya sampai Tata menghilang. Tidak ada yang aktif dari sosial medianya. Mungkin kadang Tata menyukai satu unggahan di Instagram, tapi itu jarang sekali. Beberapa kali Radit mau nekat mendatanginya saja, sayang sekali ia sama sekali tidak punya petunjuk di mana rumah Riska.
Suara tawa di seberang sana terdengar. "Sorry, sibuk banget habisnya. Ini gue udah selesai."
Tata sudah memugas segala urusan. Rumah yang memang atas nama Ike berhasil ia dapatkan, hak asuh tentu saja diambil Ike, perceraian telah berhasil. Sepenuhnya, Tata dan Ike menang. Begitu bersyukurnya Tata punya Riska dan suaminya, yang mau membantu segala urusan.
"Ta, I like you," kata Radit. Tidak tahu kenapa, ia cuma ingin mengatakannya, sebelum terlambat lagi. "As a girl, as a woman."
***
Tata terkekeh di tempatnya. Ia berada di tempat yang sama dengan Radit, berada di meja sebelah kanan Radit. Tidak tepat di sebelah, ada satu meja—kosong—lagi di antara meja mereka. Tata memang berniat menemui Radit. Persetan dengan ia bukan mahasiswi sini. Sepertinya, Radit terlalu terkejut sampai tidak menyadari keberadaannya.
Tentu gadis itu melihat semua ekspresi Radit.
"Kanan lu ada siapa? Tengok coba?" pinta Tata.
"Hah?" Radit bingung—bagaimana tidak?—tapi tetap menjalankan permintaan Tata.
Akhirnya, Radit menyadari keberadaan Tata di tempatnya. Sial, kenapa tidak bilang dari tadi?
Gadis itu melambai dengan lengkung di bibirnya.
"I like you too," jawab Tata akhirnya.
***
p.s yes, u meet an ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Fiksi RemajaBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...