***
Radit dinyatakan bersalah karena mengacum Ghani duluan. Hukumannya seperti biasa, berdiri menghormati bendera sampai bel pulang berbunyi. Masih bagus tidak diskors.
Dua remaja duduk berhadapan di kantin. Tata memutuskan mengajak Ghani berbicara berdua, mumpung Radit sedang dihukum.
"Kok bisa?" tanya Tata langsung pada intinya.
Ghani menyiahkan rambutnya, gelagat tidak enak terpancar. "Ya gitu, Ta."
Tata terdiam, terus menatap Ghani. Ia menuntut jawaban. Serinci-rincinya.
Lawan bicaranya berdecak. "Anak-anak tuh ngira lu sama Radit pacaran. Gue bilang enggak, karena gue cukup deket sama Radit kan."
Gadis itu menganggukkan kepala.
"Terus ya mereka nantang, kalo emang bener lu sama Radit nggak pacaran, mereka bilang harusnya gue bisa macarin lu," lanjut Ghani kemudian menghela napas. "Ya begitu, Ta. Jadi begini."
"Lu..., dari dulu begini?" tanya Tata mengingat larangan Radit yang dilayangkan padanya sejak awal.
"Begini..., gimana?" tanya Ghani. Beberapa waktu kemudian, ia mengerti apa yang Tata maksud. "Oh. Enggak, cuma beberapa kali deketin cewe karena iseng. Kalo taruhan nggak pernah, Ta. Sumpah baru ini!"
"Just don't do this again. It sucks," kata Tata. "Cewe bukan barang, Ghan."
"I know, I know. I'm sorry?" Tangan Ghani berpindah di atas tangan Tata yang ia letakan di atas meja.
Spontan, Tata menarik tangannya. "Iya, cuma jangan begini lagi aja."
***
Tata tersenyum dari atas menatap Radit yang berdiri menghormati bendera di siang yang terik. Entah merasa dipandangi atau bagaimana, Radit mendongak. Tata tertawa kecil lalu menjulurkan lidahnya.
"Haus," kata Radit tanpa suara, hanya menggerakkan bibirnya.
"Derita lu," balas Tata kembali menjulurkan lidah.
Radit yang memajukan bibirnya membuat Tata terkekeh. Ia pindah dari posisinya, menuju kantin.
***
Tata sampai di hadapan Radit dengan satu botol air mineral dingin di tangannya. Pada akhirnya, Tata membelikan air minum juga untuk Radit yang sedang dijemur begini. Sebenarnya posisi Tata tidak di depan Radit persis, ia berdiri di sisi teduh lapangan, berseberangan dengan laki-laki itu.
"Dit!" panggil Tata yang membuat Radit menoleh.
Radit menampilkan rentetan giginya. Sedangkan Tata malah mengernyitkan dahi. Wajah Radit terlihat manai. Sepertinya sudah kelelahan dan kepanasan.
"Pusing nggak? Kalo iya, neduh aja," kata Tata.
"Dikit sih, tapi nggak bakal pingsan kok. Jangan khawatir gitu dong," sahut Radit enteng.
"Siapa yang khawatir?"
"Nggak tau tuh siapa yang lagi makan ketoprak," sahut Radit asal.
Tata mendengus.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWC
Fiksi RemajaBukannya apa-apa, masalahnya Radit ini menyebalkan sekali bagi Tata. Ia selalu mau tahu urusan Tata, selalu merecoki apa pun yang menjadi masalah Tata, bahkan sampai meributi siapa pun yang mendekati Tata. Sampai sedetail itu, makanya Tata sering ke...