Gita menatap lurus ke depan sambil terus melangkah dengan pasti menuju lift yang akan membawanya ke lantai 10 dimana ruangan Papi-nya berada.
Sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki di perusahaan milik Papi-nya hanya segelintir karyawan yang mengenalnya dan tentu beramah-tamah sedangkan kebanyakan adalah karyawan baru yang malah memandang aneh bahkan tadi dirinya dikira kurir karena menenteng dua gelas es dawet di tangan kirinya.
Tiba di lantai 10 Gita berpapasan dengan sekelompok orang yang menunggu lift. Seketika itu tatapannya beradu dengan Ningtias dan juga Papinya.
"Loh ini Pandanita ya?"
Bapak-bapak botak di samping Papinya itu langsung bersuara. Oh Gita ingat! Dia om Kris sahabat Papi, dulu dia sangat sering ke rumah sebelum Mami dan Papi memilih berpisah. Tapi sekarang dia tidak tahu menahu akan hal itu.
"Iya Om. Om Kris sehat? Panda lihat makin bugar aja nih"
Om Kris tertawa lebar sambil merentangkan tangannya. Gita tanpa ragu memeluk tubuh tambun itu, Om Kris adalah satu-satunya teman Papi yang sangat menentang keputusan Papi untuk menikahi si Ningtias. Tapi sudahlah, semuanya sudah berlalu.
"Tambah cantik aja. Udah punya pacar belum? Kalau belum om jodohin sama asisten om deh. Anaknya ganteng ,baik,santun, insya Allah setia juga"
Gita terkekeh pelan "wahh makasih banget om atas tawarannya. Tapi Panda udah ada Macannya nih"
Om Kris kembali tertawa terbahak-bahak sambil mengacak rambut Gita gemas.
" Ya udah kalau gitu. Om masih ada rapat habis ini. Jalan-jalan ke rumah om loh""Pasti" balas Gita sembari tersenyum lebar.
Rombongan tersebut pun masuk kedalam Lift. Matanya menangkap sosok Dion diantara rombongan itu yang menatapnya datar.
Gita tersenyum miring sebelum pintu lift tertutup sempurna dan menyisakan dirinya juga Ningtias.
"Seolah-olah kamu yang punya perusahaan semaunya datang kemari dengan pakaian seperti itu? Memalukan". Ningtias berkata dingin sambil memainkan kukunya yang di cat merah.
Gita tersenyum "well, Gita Pandanita memang bakalan menguasai perusahaan ini. Saat ini dan nanti. Tunggu sampai saya merasa pantas untuk duduk di kursi pimpinan dan mengambil alih semuanya Ningtias. Saya akan memperlihatkan kamu bagaimana caranya memainkan kekuasaan"
Gita melangkah mendekat pada Ningtias yang geram dengan perkataan Gita. Puas rasanya memainkan emosi wanita jalang itu. Wajahnya mendekat kemudian berbisik
"Oh ya, ini es dawet buat Papi. Tolong kamu bawakan, karena saya gak bisa lama untuk nunggu Papi selesai dengan urusannya."
Walaupun dongkol, Ningtias tetap menerim a es dawet itu.
"Saya dengar kamu juga akan memulai kampanye kamu akhir bulan ini. Semoga beruntung, dan... Jangan sampai gila kalau kalah"
Setelahnya Gita tertawa terbahak-bahak sebelum masuk kedalam lift. Hal itu membuat Ningtias semakin geram dan melemparkan dua gelas es dawet tadi ke pintu lift yang tertutup. Tangannya mengepal erat hingga kuku panjangnya menancap di telapak tangannya sampai meninggalkan luka.
Didalam lift, Gita berhenti tertawa dan malah terlihat kesal saat bajunya terciprat air es dawet yang dilempar Ningtias tadi.
"Dasar mak lampir! Di kasih es dawet malah dibuang. Gak lama tuh orang gue lempar ke es dawet deh"
*
Pandu menghela nafas bosan saat jam istirahat yang seharusnya digunakan untuk mengisi tenaga kembali malah disia-siakan hanya untuk meladeni si Kirana gadis pilihan mamanya ini."Mas Pandu belum makan kan? Ini aku bawain makanan buatan aku"
Setelah banyak berceloteh ini itu, si Kirana baru mengutarakan maksud dan tujuan utamanya.
"Saya memang belum makan"
"Nah karena itu, aku bawain makanan. Enak loh mas buatan aku sendiri" kata Kirana dengan senyum
"Tapi saya sudah ada janji untuk lunch bareng pacar saya"
Gubrak...
Seketika senyum manis Kirana luruh begitu saja.
"Mas kan udah aku bawain makanan. Seharusnya kan mas gak boleh nolak pemberian aku"
Pandu menghela nafas "kalau begitu seharusnya kamu gak usah bawain saya makanan Kirana. Saya mau makan bareng pacar saya"
Setelah itu tidak ada lagi percakapan hingga Kirana nekat bergerak maju dan duduk diatas pangkuan Pandu yang tentu sangat terkejut.
"Dengar Kirana, sebelum saya bertindak kasar sama kamu lebih baik kamu turun sekarang juga"
"Gak akan mas. Pacar kamu yang bitch itu rayu kamu kayak cara begini kan sampai kamu mau sama dia yang gak ada apa-apanya dibandingkan dengan aku. Aku lebih segalanya dari dia mas"
"Dia lebih segalanya dari pada kamu"
Merasa geram dengan tindakan anak kecil yang terlalu bersikap dewasa didepannya ini membuat Pandu mendorong dengan keras kedua bahu Kirana hingga....
"Apa-apaan kalian berdua!!!"
Pandu membelalakan matanya dan mencoba bangkit dari duduknya namun gagal dalam cobaan pertama karena berat badan Kirana menganggunya.
"Dasar bajingan!!!"
Gita melangkah lebar maju dan segera menarik paksa Kirana dengan jambakan kuatnya dirambut pelakor itu hingga Kirana terpelanting jatuh kelantai.
"Kamu juga!! Keenakan ngerasain empuknya bokong dia? Iya?!!"
Gita sudah melotot dengan maksimal dan amarahnya sudah mencapai ubun-ubun.
"Gita saya bisa jelasin"
Pandu hendak menggapai tangan Gita namun dengan cepat Gita menyingkir dan mendatangi Kirana yang sedang berusaha bangkit dari lantai.
"Astaga Anggita!!"
Plakk...
Satu tamparan berhasil dilayangkannya dipipi mulus Kirana yang kini sudah dibawahnya dan mencoba melepaskan diri.
Plakk...
Yang kedua kali hingga hampir tamparan yang ketiga kali akhirnya Pandu mengangkat Anggita yang menindis Kirana yang sudah tidak berdaya dilantai.
"Apa? Kamu mau belain dia? Hah?"
"Tidak sayang, biar saya jelaskan dulu supaya kamu tidak salah paham"
"Ok silahkan jelaskan sedetail mungkin supaya aku gak salah paham sama kamu yang lihat kamu berduaan disini, pangku-pangkuan, oh atau mungkin udah ciuman?"
"Gita!" Pandu berteriak keras menghentikan racauan Gita yang sedang emosi.
Lalu kemudian suara lirih dari arah lantai membuat semuanya semakin kacau.
"Bibir kamu lembut banget ya mas" kekehan dari Kirana yang sudah berhasil duduk dengan wajah kacaunya.
Gita langsung menatap tajam pada wajah Pandu kemudian mendesis
"Dasar bajingan!"
.
.
.
.Author minta maaf baru muncul setelah sekian lama ditenggelamkan😅
Gimana? Puas gak? Udah 900 word loh ini
Vote & komen jgn di lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves Dawet Book 2 [COMPLETED]
Fiksi RemajaGita memutuskan pindah ke rumah Papi-nya saat merasa tidak lagi sepemikiran dengan Mami dan juga Suami Maminya.