9. Mohon Bersabar Ini Ujian

6.4K 827 93
                                    

Bonus nih, jadi gue double update.

Sebelum gue menghilang untuk bertapa lagi.

Belum di edit yah...

Komennya gue tunggu.

Silahkan juga Follow akun ig gue. Ada di profil, baru bikin gue😅. Pasti gue Follback.

Bye
Salam manis dari gadis manis gula jawa

Pagi hari yang cerah tidak berhasil menghangatkan tubuh Gita yang baru beradaptasi dengan lingkungan. Mungkin karena tinggal di kota jadi tubuhnya sudah biasa dengan hawa panas yang malah biasanya seperti neraka bocor kalau kata Tito. Sekalinya di desa yang hawanya sejuk bahkan bagi Gita cenderung dingin membuatnya masih betah mengenakan sweater tebal saat aktivitas pagi

Oh well, rasanya sudah lama sekali Gita tidak berhubungan dengan kawannya itu. Apakah Tatha dan Tito sudah jadian atau belum, entahlah. Mungkin nanti dia akan mencari di medsos akun mereka lalu meminta kembali nomornya. Berhubung HP dan kartu SIM-nya sudah banyak kali berganti hingga mereka tidak pernah saling berhubungan lagi.

Semalam juga Gita mendapat pesan dari Dion, mengabarkan bahwa si Ningsih sedang dalam masa tenang sebelum pemilihan. Kampanye-nya berjalan sukses berkat sokongan dana dari perusahaan milik Papinya. Tapi Gita pastikan akan ada kejutan-kejutan kecil yang menanti, jadi biarlah the bitch from the hell itu menikmati masa tenangnya sebelum negara api meluluhlantahkan ketenangan itu.

"Lo mau gue temenin beli pemutih kan?"

Gita mengangguk masih dengan Hoodie sweater kebesaran nangkring di kepalanya. Rifki sendiri masih berselimut sarung dengan mata bengkak khas bangun tidur.

"Gue perlu mandi dulu gak?"

"No, lo cuman perlu cuci muka dulu. Udah sana, gue tungguin didepan mesjid"

Rifki hanya bergumam lalu beranjak kearah WC untuk mencuci muka. Sedang Gita berjalan ke depan masjid sesuai dengan perkataannya tadi.

"Seharusnya kemarin gue gak pake sepatu put-"

Langkah Gita terhenti saat melihat sosok berkaos putih sedang duduk didekat beduk. Inginnya Gita balik kanan nyusul abang Rifki, but tatapannya dan Papan lebih dulu bertabrakan.

Kalau gue balik berarti gue kalah dong? Kan ceritanya gue harus terlihat hidup lebih indah dan damai tanpa dia setelah putus hubungan asmara. Apalagi yang mutusin kan gue.

"Bapak kenapa disini?"

Akhirnya Gita memilih untuk melangkah maju dan mendekati Pandu yang masih setia menatapnya dengan tatapan datar.

"Saya tunggu seseorang"

Jawabannya membuat Gita memutar otak untuk mendoktrin bahwa mungkin saja bukan dia yang ditunggu.

Jangan besar kepala Gita!

"Oh, memang mau kemana?"

"Ke warung. Beli pemutih"

Kini jawaban itu sukses membuat Gita mengernyitkan kening.

"Kan saya udah bilang kemarin Pak. Kalau saya perginya sama Rifki". Nada bicara Gita sudah mulai naik.

"Iya memang. Saya ingat kok"

"Terus?"

Pandu berdiri dan memasukkan tangannya disaku celana puntung miliknya.

Loves Dawet Book 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang