1

2.9K 274 0
                                    

Suara dentuman bola yang beradu dengan lantai memenuhi auditorium. Riuh rendah percakapan siswa yang tengah disibukkan dengan pemanasan untuk kelas Pendidikan Jasmani hari ini terdengar di sana sini. Di luar matahari tengah bersinar sangat cerah, membuat banyak siswa diam-diam bersyukur SMA Aksara punya auditorium luas untuk kepentingan mereka.

Tidak semua siswa menyukai pelajaran yang menguras tenaga ini, dan Yan adalah salah satunya. Orang tidak akan percaya jika ia berkata demikian, sebab lihat saja posturnya. Dengan tinggi melampaui 170cm, dia terlihat seperti seseorang yang menguasai segala bidang atletik. Tapi menjadi tinggi bukan berarti ia mumpuni di bidang itu, dia buruk sekali dalam mengendalikan tubuh bongsornya yang membuatnya sangat ceroboh.

Tapi toh dia Yan, cowok paling populer di SMA Aksara. Mungkin dia buruk dalam bidang atletik, tapi semua orang seakan tidak pernah fokus pada keburukannya itu. Selalu ada 1001 kelebihan lain yang sangat menyenangkan untuk dibahas mengenai Yan. Misalkan bagaimana orang-orang tak hentinya membahas akan kerupawanan wajahnya yang punya fitur lembut. Mata cemerlangnya yang berubah menjadi bulan sabit ketika ia tertawa. Bagaimana cara bicaranya yang menggemaskan membuat orang tidak bosan menyimaknya. Bukan hanya soal fisik saja, Yan juga dikenal sebagai siswa berotak encer dan sopan yang membuatnya sangat disenangi oleh banyak guru SMA Aksara. Jika hal ini diteruskan, maka akan butuh lebih dari lima halaman untuk memuat segalanya.

Suara peluit yang ditiup memekakakan telinga, menyita perhatian para siswa. Itu Pak Teguh, guru Pendidikan Jasmani mereka. Peluit menandakan waktu pemanasan selesai dan saatnya masuk ke pelajaran inti hari itu.

"Hari ini, kalian akan dibagi menjadi dua kelompok dan memainkan dodge ball," ujar Pak Teguh. Selanjutnya beliau menjelaskan bagaimana cara main dodge ball dengan singkat, padat dan jelas.

Setelah dibagi menjadi dua kelompok, para siswa berpisah menempati tempat masing-masing. Peluit kembali ditiup sebagai tanda mulainya permainan. Yan yang berada di regu merah mendapat kesempatan pertama untuk melempar bola. Dengan canggung dia melempar bola ke arah lawan yang dapat ditangkap dengan mudah oleh temannya. Beberapa lemparan kemudian permainan jadi makin sengit tanpa pandang bulu. Yan pun jadi ikut terbawa suasana dan melempar bola sekuat tenaga ke arah lawan yang dibidiknya.

Yan lupa selain buruk mengendalikan kekuatannya, ia juga pembidik yang payah. Bola lemparannya melesat cepat melambung jauh dari lawan yang dibidiknya, dan malah mengenai seseorang yang tidak dimaksudkan tepat di kepala. Si korban pun terjatuh setelah menerima lemparan bola itu. Beberapa orang ada yang menertawakan dan ada beberapa yang khawatir, tapi tidak ada yang seterguncang Yan sendiri.

Permainan dihentikan sejenak ketika Yan menghampiri korbannya dengan khawatir. Si korban masih terduduk sambil memegangi kepalanya bekas terkena sasaran bola.

"Kamu nggak apa-apa?" Yan menggoncang pelan bahu korbannya dengan perasaan panik.

"Em, aku nggak apa-apa," balas si korban yang akhirnya mendongak membalas tatapan khawatir Yan. Namun yang ada, Yan semakin membelalak lebar ketika melihat darah merah mengalir dari hidung korbannya.

"Astaga, kamu mimisan," sergah Yan panik.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang