Yan memandang khawatir korbannya yang tengah dirawat oleh petugas UKS. Dalam hati ia terus merutuki dirinya yang tidak bisa mengatur tubuhnya dengan baik hingga menyebabkan seseorang terluka.
"Dia nggak apa-apa Yan, tenang," ujar si penjaga UKS menenangkannya. Yan mengalihkan perhatiannya pada si penjaga UKS dan membalas dengan senyum canggung. Ia kadang masih belum terbiasa dengan semua orang yang seakan mengenalnya tapi tidak sebaliknya.
"Sudah, biar dia istirahat sebentar di sini. Nanti kalau ada apa-apa bisa kabari aku, ini nomorku," gadis si penjaga UKS beranjak dan memberinya lembaran kecil yang diterima Yan dengan enggan. Jika diingat, mungkin ini nomor cewek ke sekian yang didapatnya hari ini. Padahal hari ini baru dimulai.
Yan teralihkan pada sosok korbannya yang berjalan ke arah kasur yang disediakan UKS. Dia tampak pucat dan terus mengernyitkan keningnya selama berjalan. Yan gatal ingin membantunya, tapi dia takut malah mengganggu korbannya ini. Jadi dia hanya melihatnya naik ke kasur dan berbaring di sana, memunggungi Yan.
Ia mengenal korbannya ini, tentu saja dia teman sekelasnya. Namanya Naya Alana atau biasa dipanggil Naya. Yan hanya sekadar kenal gadis berambut pendek itu tanpa tahu banyak hal lainnya. Jika orang-orang lain seakan berlomba-lomba ingin masuk ke putaran tata surya dimana Yan menjadi pusatnya, Naya tidak demikian. Ia terkesan tenang dan tidak ikut-ikutan. Begitu menurut Yan, jadi dia cukup segan untuk melanggar batas tak kasat mata di antara mereka.
"Kamu butuh bantuan lain? Mau minum?" Yan masih merasa bertanggung jawab atas ulahnya, maka ia bertanya.
"Nggak usah, aku mau istirahat saja di sini. Kamu bisa pergi Yan."
Oh Naya tahu namanya.
Yan mendengus akan pikirannya ini. Dengan berat hati, Yan akhirnya meninggalkan Naya sendirian di UKS.
🌚🌚🌚
Naya menghela napas lega setelah kepergian Yan dari UKS. Ia membalikkan diri dan tidur terlentang di kasur sembari memijat keningnya. Berurusan dengan Yanuar Aditama adalah hal terakhir yang diinginkannya, tapi kenapa bola itu malah menyasar kepalanya? Naya ingin marah, tapi tidak tahu pada siapa. Jadi ia pun hanya bisa kembali menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.
Yanuar Aditama mungkin adalah siswa populer di SMA Aksara dengan reputasi super mentereng, tapi sebisa mungkin Naya tidak ingin terlibat dengannya. Berada satu kelas dengan Yan saja sudah membuat Naya pusing setengah mati. Jika saja ia bisa meminta untuk dipindahkan dari kelasnya yang sekarang, tentu dia akan melakukannya. Tapi untuk meminta perpindahan kelas, tentu dibutuhkan alasan yang rasional. Nah, itu yang tidak dimilikinya.
Alasan yang rasional. Siapa yang bisa percaya pada alasannya jika ia mengutarakan bahwa Naya tidak tahan sekelas dengan Yan karena ada makhluk yang menempelinya? Demi Tuhan ia yakin akan jadi cemoohan saat itu juga. Tapi percaya atau tidak, demikianlah kebenarannya.
Ketika pertama kali bertemu Yan di SMA Aksara, saat itulah ia bertemu pula dengan makhluk itu. Sebuah entitas yang tidak banyak orang bisa mengerti, bersembunyi dekat sekali di belakang Yan. Di mata Naya, entitas itu memperlihatkan diri sebagai wanita super cantik dan molek tapi punya wajah yang tidak ramah. Apalagi ketika Naya mengetahui keberadaannya, si entitas selalu mendesis pada Naya seakan mengancam untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada orang lain, dan itu sangat melelahkan bagi Naya.
Ada hal aneh lainnya pada Yan dan si entitas yang disadari Naya. Si entitas seakan meminjamkan auranya pada Yan. Hal itu menyebabkan Yan semakin tampak bersinar, berkarisma dan mempesona di depan banyak orang, yang sebaliknya malah membuat Naya selalu waspada. Naya tidak tahu apa tujuan si entitas, dan tidak ingin tahu. Hari-hari sekolahnya sudah cukup melelahkan untuk menghindari Yan dan si entitas, ia tidak butuh terlibat lebih jauh.
🌞🌞🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocently Evil [FIN]
ParanormalBagaimana jika cowok terpopuler di sekolahmu ditempeli makhluk halus dan cuma kamu yang sadar akan hal itu? Start: 6/12/2019 Fin: 6/01/2020