Yan memarkir sepedanya dekat mobil Naya sambil terengah. Rambut di pelipisnya lembab karena keringat. Ia hampir lupa dengan permintaan aneh Naya ini dan bangun kesiangan kalau ini bisa dibilang siang. Ia bergegas menyelinap keluar dari rumah dan mengebut dalam gulita malam. Dia masih ragu dengan permintaan Naya ini, namun kata hatinya menyuruhnya pergi dan di sinilah ia sekarang.
Naya turun dari mobilnya, mendapati Yan yang tampak cukup berantakan. Entah mengapa ia melemparkan senyum menyesal dan akhirnya menawarkan air mineral pada Yan. Yan menerima air mineral itu dan menenggaknya dengan kalap.
"Maaf memintamu bertemu di waktu dan tempat aneh seperti ini," mulai Naya.
"Tentu kamu harus mempertanggung jawabkannya," sergah Yan seusai menenggak separuh isi botol air mineral.
Naya diam beberapa saat, mencoba merasakan keberadaan si entitas. Namun nihil. Bahkan auranya yang menyelubungi Yan hanya serupa kabut tipis. Ia memperhatikan Yan sejenak, bertanya dalam hati, apa seperti ini kenampakan Yan tanpa bantuan si entitas? Sebab jika iya, Naya tidak merasakan perubahan yang signifikan. Hanya saja, ia bisa merasakan Yan tidak lagi punya aura yang memabukkan seperti biasanya. Dia tampak normal. Dan masih rupawan.
Naya bisa merasakan pipinya memanas akibat pemikirannya itu. Ia bersyukur ini malam hari, sehingga Yan tidak perlu melihatnya.
Naya memerintahkan dirinya kembali fokus. Ia menengok ke arah mobil mencoba meminta pendapat kakeknya, dan Kakek Ghana mengangguk.
"Jadi apa yang mau kamu bicarakan? Ada apa dengan Mala?" Yan yang sudah tidak sabar mulai mencecar Naya dengan pertanyaannya. Naya pun menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara.
"Apa kamu tau kamu itu istimewa Yan?" Yan mengerutkan keningnya tidak paham dengan pertanyaan balasan Naya. "Maksudku, ada yang berbeda dengan keberuntungan hidupmu?"
Yan seakan mulai paham kemana arah pembicaraan ini, dan mengangguk sebagai jawabannya.
Keberuntungan. Tentu saja dia tau. Entah sejak kapan, hidupnya mulai dipenuhi keberuntungan. Banyak orang yang tiba-tiba baik padanya dan seakan mau melakukan apa saja untuknya. Awalnya Yan menganggapnya hal biasa, tapi belakangan ia mulai jengah dengan orang-orang yang mengelu-elukannya seakan dia adalah dewa. Ia merasa ada sesuatu yang janggal tapi tidak tau apa.
"Apa kamu tau apa yang membuatmu istimewa? Atau bahkan kamu memang melakukan sesuatu untuk mendapatkan keistimewaan itu?" Yan mencerna kedua pertanyaan itu dan akhirnya menggeleng untuk keduanya. Sekilas, Yan bisa melihat kelegaan di wajah Naya entah karena apa.
"Baiklah, akan kuberitahukan alasannya. Tapi jangan menyelaku dan kumohon kamu bisa percaya akan apa yang aku katakan. Waktu kita nggak banyak."
Naya pun memulainya dengan menjelaskan akan kemampuan melihat entitas tidak lazimnya. Dilanjutkan dengan pertama kali ia bertemu Yan di SMA Aksara, dan di sanalah pula pertemuan pertama Naya dengan si entitas. Naya mencoba sebisa mungkin mempermudah penjelasannya untuk dimengerti Yan, ketika ia mulai menyebutkan si entitas membantunya membuat semua orang bertekuk lutut pada Yan hingga ada yang cocok untuk dijadikan tumbalnya. Dan entitas itu menginginkan Mala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocently Evil [FIN]
ParanormalBagaimana jika cowok terpopuler di sekolahmu ditempeli makhluk halus dan cuma kamu yang sadar akan hal itu? Start: 6/12/2019 Fin: 6/01/2020