14

821 138 0
                                    

Beberapa hari kemudian, rumor jadian yang hangat di kalangan siswa SMA Aksara dikonfirmasi oleh orang-orang yang terlibat, yakni Yan dan Mala sendiri. Mereka mulai terang-terangan saling bertemu di sekolah, saat jam istirahat ataupun ketika pulang sekolah. Respon dari para murid mengenai hal ini bermacam-macam, ada yang merasa patah hati, marah serta mendukung pasangan ini. Bagi para siswa yang mendukung, Yan dan Mala seperti pasangan ideal yang mereka kagumi sekaligus membuat mereka iri.

Di tengah hiruk pikuk siswa yang sibuk membicarakan dua tokoh utama SMA Aksara itu pada jam istirahat, Naya termenung memandangi bungkusan kertas coklat di depannya. Pagi ini, ibunya menitipkan sesuatu padanya untuk diberikan pada Mala. Ini memang titipan rutin. Sebagai apoteker, ibu Naya sering menitipkan suplemen yang dikonsumsi oleh Ayah Mala padanya, lebih praktis, kata ibunya. Tapi hari ini tentu Naya punya kekhawatirannya sendiri yang membuatnya ragu untuk menemui sepupunya itu.

Setelah mengumpulkan keberanian, Naya akhirnya beranjak dari kursinya menuju kelas sepupunya. Sesampainya di sana, ia tak menemukan keberadaan Mala di manapun. Ia pun bertanya pada teman-teman sekelas Mala kemana perginya, dan mendapatkan jawaban bahwa Mala pergi ke kantin.

Langkah Naya kian gentar ketika ia mendekati kantin. Entah sejak kapan, Naya selalu merasa tidak enak ketika memikirkan si pasangan ideal SMA Aksara itu. Melihat mereka berduaan dari jauh saja kadang Naya merasa mulas dan kebas. Dan sekarang ada kemungkinan ia akan bertatap muka dengan mereka.

Sesampainya di kantin, Naya celingukan mencari keberadaan Mala. Tidak lama kemudian, ia menemukan Mala tengah asik dengan ponselnya, dan yang paling penting dia terlihat sendirian. Naya mengembuskan napas lega dan bergegas menghampiri Mala.

"Kak Mala, ini ada titipan dari mamah," Naya langsung menyodorkan bungkusan itu di depan Mala yang tengah duduk di salah satu bangku kantin.

Mala mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke orang yang ada di depannya. Ia tersenyum menyambut Naya yang menyampaikan titipan rutinnya.

"Halo Nay, terimakasih ya. Oh iya, kamu udah makan?" tanya Mala selanjutnya.

"Udah kak," jawab Naya singkat. Berhubung ia telah menuntaskan tugasnya, ia ingin segera pergi sebelum mimpi buruknya datang, "Aku balik dulu ya kak," pamit Naya.

"Oke, titip salam buat tante dan om ya," Naya sudah berbalik hendak pergi ketika ia mendapati wajah familiar itu sudah berada di belakangnya dan tengah tersenyum kepadanya.

"Hey Nay, ngapain di sini?" sapanya. Itu Yan tentu saja yang tengah membawa nampan berisikan dua mangkuk bakso.

"Oh iya, kalian satu kelas kan?" kali ini Mala menyahut antusias.

Mereka bertiga saling pandang satu sama lain. Yan memandang heran Mala dan Naya, bertanya dalam hati ada kepentingan apa mereka berdua. Naya melenguh dalam hati, hilang sudah kesempatan kaburnya dari mereka berdua.

"Sebentar, kayanya ada yang nggak aku tau?" Yan menempatkan diri di samping Mala dan memberikan satu mangkuk baksonya.

"Sini duduk dulu Nay," ajak Mala. Naya memandang mereka berdua, ragu akan pilihan yang akan dia pilih.

Dengan berat hati, Naya ikut bergabung dengan si pasangan ideal dan duduk di hadapan mereka. Ia bisa langsung merasakan hujaman bisikan di kepalanya yang membuatnya meringis tertahan. Tuhan, cepatlah ini berlalu.

"Aku tau kalian pasti sudah saling kenal, tapi biar kukenalin lagi," Mala menggosokkan kedua telapak tangannya dengan bersemangat sementara Yan mengangkat satu alisnya dengan heran.

"Ini Naya, sepupuku. Dan ini Yan," Mala menjeda kalimatnya dan mendekat pada Naya, "cowokku," ujar Mala setengah berbisik padanya.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang