26

784 131 0
                                    

Senyum herannya mengembang menjadi senyum penuh memperlihatkan dua lesung pipinya. Yan mengerjap mendengar kabar mengenai Mala. Kelegaan lantas membuncah di dalam dadanya.

"Kakek, Kak Mala udah baikan!" teriak Naya girang pada kakeknya yang ada di ujung ruangan. Kakek Ghana hanya mengangguk sambil tersenyum lega dan melanjutkan membersihkan sesajennya.

"Aku nggak benar-benar paham apa yang telah terjadi, tapi terimakasih Nay," pinta Yan mengalihkan perhatian Naya.

"Terimakasihnya sama Kek Ghana aja, jangan denganku," balas Naya masih dengan tersenyum. Ia benar-benar lega segalanya berjalan seperti yang semestinya.

Naya yang menyadari suara hujan sudah tidak terdengar pun teringat mengecek jam di ponselnya. Ia kaget mendapati saat ini sudah pukul 2.08. Mencekamnya suasana ritual pengusiran membuatnya tidak menyadari berapa lama hal itu berjalan. Ia jadi kepikiran bagaimana Yan akan pulang ke rumah.

"Bukannya aku menyuruhmu cepat pulang atau apa, tapi apa kamu butuh bantuan untuk pulang?" tanya Naya mengutarakan pikirannya.

Sebelum menjawab, Yan menggeleng, "Nggak usah, kayanya aku pulang ke rumah temanku di dekat sini."

Naya memerhatikan Yan dengan perasaan khawatir. Ia masih terlihat lesu dan pucat. Naya ingin menawarkan bantuan, tapi juga tidak tau bantuan apa yang dibutuhkan Yan. Yan yang sadar akan wajah khawatir Naya pun tersenyum sebagai balasan.

"Nggak usah khawatir Nay, aku udah nggak apa-apa. Cuma pegal-pegal sedikit," Yan mengatakannya sambil meregangkan otot-ototnya dan melanjutkan, "Apalagi mendengar kabar Mala yang mulai membaik, rasanya aku bisa langsung bersepeda pulang kalau saja aku nggak takut kepergok orang tuaku pulang dini hari tanpa pamit," ia terkekeh akan penjelasannya sendiri.

Naya terbelalak mendengar penjelasan Yan, "Kamu ke sini nggak pamit?!" sergahnya kemudian yang diinterupsi dehaman Kakek Ghana.

"Maaf mengganggu anak-anak, apa kita bisa melanjutkan bercakap-cakapnya di atas saja?" ajak Kakek Ghana jenaka.

Beliau telah selesai membereskan basementnya dan sudah menyalakan lampu utama. Dengan cahaya lampu seperti ini, benda-benda yang ada di basement ini makin terlihat jelas. Tapi Naya dan Yan tidak punya waktu untuk memperhatikan satu-satu karena Kakek Ghana sudah menggiring mereka ke atas.

Kakek Ghana menyuguhkan cemilan dan teh hangat untuk dinikmati bersama. Setelah bercakap-cakap beberapa saat, hujan telah sepenuhnya berhenti. Yan pun akhirnya pamit untuk pulang. Kakek Ghana sempat menawarkan untuk mengantarnya tapi ditolaknya. Yan sudah sangat berterimakasih atas bantuannya dan tidak enak kalau mau merepotkan lebih dari ini. Ia juga menjelaskan kalau rumah temannya ada di kompleks sekitar sini, jadi mereka tidak perlu khawatir.

Naya akhirnya mengantarkan Yan sampai di gerbang rumahnya. Setelah menyantap cemilan yang diberikan Kakek Ghana, Yan tampak lebih bertenaga. Kekhawatiran Naya pun jadi sedikit berkurang.

"Sekali lagi terimakasih Nay, maaf kalau aku sempat berkata-kata cukup kasar padamu," ujar Yan tampak menyesal. Ia mengatakannya sambil menunduk dan menendang-nendang kerikil di depannya. Entah kenapa itu terlihat menggemaskan bagi Naya.

"Nggak masalah Yan, itu respon normal banyak orang kok," balas Naya menenangkan sambil tersenyum. Yan pun balas tersenyum menyesal.

"Baiklah, aku pulang dulu Nay."

"Oke, hati-hati Yan," ujar Naya.

Yan pun menaiki sepedanya dan mengayuhnya pergi, menyempatkan diri untuk melambaikan tangan untuk terakhir kali pada Naya yang dibalasnya.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang