4

1.3K 202 2
                                    

Para siswa kembali ke bangku masing-masing setelah selesai bersiap untuk praktikum dengan mengenakan jas laboratorium, masker dan sarung tangan. Bu Suci pun melanjutkan dengan memperagakan bagaimana cara membedah katak di depan, dan Naya tengah berusaha untuk fokus memperhatikan dengan seksama. Di sampingnya duduk Yan yang juga memperhatikan Bu Suci tampak tanpa dosa.

Tadi ketika pembagian kelompok selesai dibacakan, Naya mendengar bisik-bisik banyak siswi yang menyayangkan karena tidak bisa satu grup dengan Yan, padahal itu bisa menjadi kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan Yan. Jika saja mereka tahu, Naya bersedia berganti posisi dengan mereka tanpa syarat.

Bahkan tadinya Naya sempat minta bertukar partner pada Bu Suci ketika Yan sibuk mengambil peralatan praktikum. Tentu Bu Suci memandang Naya heran. Kenapa dengan Yan? Dan Naya kembali terdiam ketika tidak menemukan alasan yang tepat untuk berganti partner selain Yan. Naya pun dengan berat hati kembali ke bangku di sebelah Yan yang sudah selesai mengambil peralatan praktikum.

"Apa kamu takut dengan katak?" suara berat Yan di sampingnya membuyarkan fokus Naya.

"Ah, nggak juga," jawab Naya singkat.

Di depan mereka, terpapar katak yang sudah siap di bedah. Tampak menjijikkan, tapi Naya tidak bergeming. Kepalanya sibuk membagi tugas antara memahami penjelasan Bu Suci dan mengalihkan dari bisikan-bisikan si entitas yang berisik sedari tadi. Sedangkan Yan sendiri sibuk memperhatikan katak sambil menggaruk tengkuknya, kesusahan untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya pada Naya.

"Em, bisakah kamu saja yang membedah kataknya? Aku punya masalah dengan kecerobohan tanganku, jadi..." sebenarnya Yan tidak enak mengatakan ini, apalagi pada Naya yang hampir tidak dikenalnya. Yan mau melakukan apa saja yang lain, tapi tidak dengan menggunakan tangannya untuk membedah si katak. Ia takut menimbulkan lebih banyak kerusakan timbang hasil yang memuaskan.

"Iya, serahkan padaku. Kamu fokus saja merekam," potong Naya cepat tanpa memandang Yan. Yan merasa lega tapi cukup terusik.

Dari tadi Naya hanya fokus pada penjelasan Bu Suci dan katak di depannya, seakan menganggap keberadaan Yan hanya angin lalu. Dia lupa kapan terakhir kali ada orang berlaku demikian padanya. Yan mendengus dan menyisir ke belakang rambutnya untuk menghilangkan prasangkanya. Ini saatnya dia fokus pada praktikumnya, bukan hal lain.

Naya sudah mulai bekerja menggunakan alat bedahnya dengan teliti, sementara Yan merekam segalanya sambil sesekali mencatat pada lembar laporan. Yan bisa melihat betapa Naya sangat fokus dengan katak di depannya sampai tidak sadar keringat menjalari pelipisnya. Masih dengan merekam si katak, Yan mengeluarkan sapu tangan dengan tangan kirinya dan menyeka keringat di pelipis Naya.

Naya yang kaget seketika menghentikan pekerjaannya dan mengalihkan perhatiannya pada Yan. Di jarak mereka yang mungkin cuma beberapa jengkal, Naya sadar Yan tengah tersenyum di balik maskernya dan mengedikan bahunya.

"Maaf, kamu fokus banget sampai nggak sadar keringetan," jelas Yan sambil terkekeh pelan.

"Silakan lanjutkan, aku akan jadi asisten yang baik," Yan pun kembali fokus merekam si katak.

Dalam beberapa detik ketika ia bertatapan dengan Yan, Naya bisa merasakan jantungnya melewatkan satu detakan. Rasanya ia jadi tau apa yang dirasakan cewek-cewek SMA Aksara terhadap seorang Yanuar Aditama. Tapi tentu detik berikutnya ia diinterupsi oleh keberadaan si entitas.

Kadang Naya bisa merasakan, ada hari di mana si entitas hampir tidak terasa keberadaan maupun kekuatannya, tapi hari ini kebalikannya. Naya merasakan aura si entitas yang sangat kuat menyelubungi Yan membuatnya hampir linglung di sebelahnya. Lihat saja, si entitas tengah mengalungkan tangannya pada bahu Yan seakan menandakan kepemilikannya atas Yan. Naya sempat sekilas melihat si entitas tersenyum miring mencemooh Naya ketika jantungnya melewatkan satu detakan. Saat itulah Naya sadar kalau dia hampir kehilangan kendali.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang