17

795 134 0
                                    

Keresahan Naya makin menjadi ketika tahu Mala tidak masuk sekolah esok harinya. Ia melihat sekeliling kelas dan menemukan sosok yang dicarinya. Sosok itu tengah duduk termenung sembari memainkan ponsel di bangkunya yang berada di seberang terjauh Naya. Melihat murungnya wajah Yan, ia tahu Yan juga khawatir akan keadaan Mala. Naya benar-benar harus mendiskusikan ini dengan seseorang ketika pulang nanti, tidak boleh lupa.

🌞🌞🌞

Sampai rumah, Naya langsung berlari menuju halaman belakang rumahnya yang luas. Di sana, terdapat bangunan yang terpisah dari rumahnya berupa rumah joglo yang merupakan rumah tinggal kakeknya. Naya kerap berkunjung ke sana jika sekadar sedang bosan atau butuh petuah dari kakeknya itu.

Saat mendekati rumah joglo tersebut, Naya bisa melihat kakeknya tengah duduk di gazebo samping rumahnya sembari mengelap koleksi kerisnya. Untuk seseorang berusia 72 tahun, kakek Naya tampak lebih bugar daripada kebanyakan orang seusianya. Naya selalu bersyukur atas keberadaan kakeknya itu, Kakek Ghana namanya. Kakek Ghana adalah satu-satunya di keluarga Naya yang bisa ia ajak bicara mengenai entitas tidak lazim yang bisa dilihatnya misal demit dan lain sebagainya. Jika tidak ada beliau, entah apa yang harus dilakukan Naya tentang kemampuannya ini.

Kakeknya yang menyadari kedatangan Naya membereskan kerisnya dan mempersilakan Naya duduk di gazebo.

"Sudah lama kamu nggak main ke sini, mau kopi nduk?" kakeknya tersenyum menyambut Naya sambil mengemas keris-kerisnya.

Tiap kali kemari, kakeknya selalu menawarinya kopi hitam yang tidak pernah ditolaknya. Akibat dari kebiasaan ini, Naya jadi menyukai americano. Tapi tentu saja tidak pernah ada yang mengalahkan kopi racikan kakeknya itu. Rasanya tidak pernah terlalu manis maupun terlalu pahit. Selalu pas dan menyegarkan.

Setelah membawa masuk keris-kerisnya, kakeknya keluar dengan segelas kopi hitam yang menguarkan aroma harum menenangkan. Aroma ini selalu berhasil merilekskan perasaan Naya akan segala hal yang tadi dikhawatirkannya.

Kakek Ghana meletakkan kopinya di depan Naya dan mempersilakannya untuk minum. Beliau duduk menghadap cucunya yang tengah menikmati aroma kopi buatannya sambil tersenyum bersahaja.

"Coba kakek tebak, masalah cowok?" terka Kakek Ghana tiba-tiba sambil mengusap jenggot kelabunya dengan jenaka.

Naya sendiri sampai tersedak saat tengah asik menikmati kopinya dan kakeknya itu malah tertawa melihatnya. Yah, tebakan kakeknya memang tidak sepenuhnya salah. Toh dia memang mau membicarakan Yan dan entitas yang menempelinya.

Naya pun berdehem agar tenggoroknnya bersih dari sisa-sisa tersedak tadi dan siap bercerita.

"Kakek nggak salah kalau ini masalah cowok," mulainya, "temen Naya ini kayanya ditempelin sesuatu dan Naya mulai ngerasa nggak enak pas dia jadian sama Kak Mala kek," jelasnya.

"Bukannya itu namanya cemburu nduk?" gurau kakeknya yang entah kenapa membuat pipi Naya terasa panas. Sebetulnya ia pernah beranggapan demikian, tapi kenapa juga ia cemburu? Memangnya dia siapa? Dan selain itu perasaan kebasnya sangat tidak lazim sampai membuatnya bertanya pada kakeknya.

Kakek Ghana kembali serius dengan mengusap jenggotnya sembari mencerna cerita Naya. Ekspresinya menerawang mencoba menangkap sesuatu, hingga akhirnya ia berkata, "Kamu ada fotonya? Yang paling baru kalau bisa," tanyaya kemudian.

Naya menelengkan kepalanya, mengingat apa dia punya foto Yan. Barulah dia teringat ponselnya. Dia mengambil ponselnya dari tas dan mengetuk-ngetuknya untuk beberapa saat. Ia sempat ragu ketika membuka aplikasi instagram. Ia jarang menggunakan aplikasi tersebut, sampai merasa cukup asing ketika ia mengetikkan nama Yan di kolom pencariannya. Dengan mudah ia menemukan akun milik Yan, dan saat memuat laman ia berdoa akunnya tidak digembok.

Setelah selesai memuat, laman profil Yan terpampang di sana dengan foto-foto random yang diunggahnya. Naya sempat berdecak kagum melihat followersnya yang menyentuh angka 1000. Dia mengetuk unggahan yang paling baru, tapi ternyata tidak terlalu baru karena itu sudah diunggah seminggu yang lalu. Naya pun memperlihatkan fotonya pada kakeknya.

Kakek Ghana memperhatikan foto dari ponsel yang diberikan cucunya itu. Beliau bisa melihatnya dengan jelas, selain si anak laki-laki, ada sesuatu berenergi tinggi yang menempel lekat di belakangnya. Ia sudah di sana cukup lama hingga energinya hampir bercampur dengan si anak membuatnya menggeleng prihatin.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang