22

780 127 0
                                    

Setelah selesai menjelaskan, terjadi jeda hening di antara mereka berdua. Yan mencoba mencerna seluruh penjelasan Naya yang tiba-tiba dan dirasanya amat konyol itu. Tapi entah kenapa ada sebagaian kecil dirinya yang menganggap beberapa hal seakan masuk akal.

Hal pertama yang bisa dilakukan Yan untuk merespon segalanya adalah tertawa skeptis. Tawa itu berbeda dari tawa menular Yan biasanya. Kali ini tawa itu membuat khawatir Naya, kalau-kalau Yan tidak memercayainya.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan Nay?" lanjutnya setelah tawanya reda.

"Aku bisa membantumu Yan, datanglah ke rumahku esok ketika bulan mati tepat pukul 12 malam, kakekku-"

"Konyol sekali," sembur Yan membuat Naya menghentikan kalimatnya. Entah kenapa Naya seperti tidak mengenal orang di depannya ini. Yan yang biasanya berkepala dingin dan selalu santun tidak di sana malam itu.

"Kumohon percayalah Yan, ini demi Kak Mala," sergah Naya putus asa.

"Terakhir kali, aku hampir nggak mengenalmu walaupun kita teman sekelas. Bahkan tiap kuperhatikan, kamu seakan membenciku. Dan sekarang kamu membuatku datang dini hari begini di depan gerbang sekolah untuk mendengarkan omong kosongmu berharap aku percaya? Jangan konyol Nay, sebenarnya apa maumu?!" racau Yan sembari mengacak rambutnya frustrasi.

"Jika kamu nggak percaya, dan terus datang menemui Kak Mala seperti biasanya, maka Kak Mala yang bakal kena imbasnya, bukan kamu." Tanpa sadar Naya turut meninggikan suaranya.

"Mala hanya sakit demam biasa dan sekarang kamu menyalahkan aku? Kamu sungguh nggak waras Naya!" Yan yang sudah kepalang emosi beranjak menuju sepedanya dan mengayuhnya pergi meninggalkan Naya tanpa pamit.

Naya hanya mampu melihat punggung Yan yang perlahan menghilang di telan malam tanpa punya daya untuk menghentikannya. Menjelaskan hal-hal seperti ini pada seseorang yang tidak bisa melihat apa yang bisa dilihatnya tidak pernah mudah. Naya sudah lama menyerah untuk dimengerti oleh orang lain dan lebih memilih menyimpan kemampuannya rapat-rapat.

Turut campur dalam masalah Yan sendiri tidak pernah ada di rencananya, kalau saja ini tidak menyangkut keselamatan sepupunya. Tapi kini Naya merasa segalanya tidak akan berjalan sesuai yang diharapkannya, dan itu membuatnya ingin menangis saat itu juga.

🌚🌚🌚

Semenjak malam itu, hari-hari di sekolah Naya makin terasa menyesakkan. Rasanya lebih susah dijalani daripada ketika ia hanya perlu menghindari Yan. Sekarang ia sangat terlibat dengan Yan, tapi dalam konteks yang negatif. Tiap kali Naya berpapasan dengan Yan, Yan hanya menatapnya dingin. Diperlakukan demikian oleh Yan entah mengapa membuat hati Naya bagai diremas.

Kabar Mala tidak lebih baik. Ia dianjurkan untuk diopname di rumah sakit kemarin. Ketika keluarga menanyakan mengenai penyakit Mala yang memburuk dalam waktu singkat, dokter kesusahan menjelaskan penyebabnya.

Lusa adalah harinya. Suasana hati Naya buruk setiap kali memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Sebagai usaha terakhir, Naya mengerimkan pesan teks pada Yan untuk mengingatkannya serta melampirkan alamat rumahnya. Meskipun ia tidak yakin Yan mau datang, ia tetap harus menyiapkan segalanya dengan harapan Yan berubah pikiran.

🌝🌝🌝

Malam ini adalah malam bulan mati. Langit tampak gelap tanpa bulan, ditambah berkumpulnya awan mendung. Sekarang sudah pukul 11 malam. Naya menunggu di dalam kamar dengan cemas, bolak balik mengecek jendelanya yang mengarah ke gerbang depan rumah. Sementara ia di sini, kakenya tengah sibuk menyiapkan segalanya di rumah joglonya.

11.30 malam, hujan mulai turun dan Naya makin cemas. Barusan ia menerima telepon dari orang tuanya yang sedang berada di rumah sakit, bahwa keadaan Mala tiba-tiba memburuk menjadi koma. Semakin tidak memperbaiki keadaan, hujan turun makin deras.

11.55 Naya mendengar pagarnya berkelontang yang sontak membuatnya melihat keluar. Tidak ada tanda-tanda kedatangan lainnya setelah itu kecuali deru suara hujan. Naya akhirnya memutuskan untuk keluar sambil membawa payung. Ketika pagar dibuka, ia tidak mendapati orang yang diharapkannya. Ia mencoba menunggu sebentar di tengah hujan yang tidak mau mengalah, sampai perlahan harapannya terasa luntur dibasuh air hujan.

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang