20

786 134 0
                                    

Hari Jumat yang biasanya terasa cepat berlalu, kali ini terasa sangat lama. Kaki kanan Naya terus bergerak gelisah selama pelajaran hingga Ara merasa terganggu dan menegurnya. Tentu Naya hanya bisa meminta maaf tanpa menjelaskan banyak hal. Beberapa menit kemudian kakinya kembali bergerak-gerak gelisah membuat teman sebangkunya itu memutar bola matanya heran dengan kelakuan temannya hari itu.

Di sisi lain kelas, Yan dengan fokus memperhatikan gurunya yang tengah menjelaskan mengenai konfigurasi elektron. Ia punya keraguannya sendiri, tapi saat ini waktunya ia fokus dengan pelajarannya. Sungguh pribadi yang patut untuk dicontoh.

Bel tanda akhir pelajaran akhirnya berdering nyaring. Semua murid melemaskan otot-ototnya yang tegang selama hari ini atau bahkan seminggu ini, bersiap menyambut akhir pekan yang selalu dinanti.

Naya keluar kelas dengan tergesa, tanpa tau Yan celingukan mencari keberadaanya hendak berbicara. Rencananya, Yan mau bicara hari ini saja dari pada menunggu nanti, pukul 3 pagi lagi. Ia sangsi bisa datang ke gerbang sekolah pada waktu seperti itu. Entah apa yang akan orangtuanya pikirkan jika Yan memaksa untuk pergi. Tapi Naya sudah keburu menghilang meninggalkan satu-satunya pilihan tidak masuk akal yang kini memenuhi otak Yan.

🌛🌛🌛

Jam dinding rumah Naya berdentang kencang 12 kali menunjukkan saat ini tepat tengah malam. Naya tengah terjaga di atas tempat tidurnya, memikirkan banyak hal. Akankah Yan datang pada waktu dan tempat yang dijanjikan? Bagaimana dia harus memulai menjelaskan ini semua? Bagaimana kira-kira respon yang akan Yan berikan?

Naya tidak tau akan terlibat sebegini jauhnya pada masalah Yan dan Mala. Tapi ia sendiri merasa bertanggung jawab karena hanya ia yang tau mengenai apa yang tengah terjadi. Apalagi ini melibatkan sepupunya.

Tepat pukul dua, ia beranjak dari tempat tidurnya. Naya sudah mendapat izin dari orang tuanya karena akan ditemani oleh kakeknya sendiri. Saat turun ke garasi, Naya bisa melihat kakeknya dengan rajin mengelap Bentley tua kesayangannya.

"Sudah siap untuk petualangan malam hari cucuku?" Naya menertawakan kakeknya yang terdengar seperti tokoh di sebuah film petualangan.

"Sudah lama Naya nggak disupirin kakek," canda Naya. Naya bisa merasakan kegelisahan yang sejak tadi dirasakannya perlahan mulai surut karena keberadaan kakeknya.

Deru mobil memecah keheningan malam. Pelan-pelan Bentley hitam itu meninggalkan rumah Naya di belakang beranjak menuju sekolah. Mengapa SMA Aksara dijadikan titik temu Naya dan Yan adalah saran dari kakek Naya. Alasannya adalah karena SMA Aksara merupakan wilayah familiar yang dirasa aman. Takutnya jika bertemu di lokasi lain, apalagi rumah Naya, maka si entitas bisa saja merasakan perbedaan energi dan mencurigai sesuatu yang dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Mereka sampai di gerbang sekolah pukul 2.42. Naya dan kakeknya harus menunggu kehadiran Yan sampai pukul tiga. Saat inilah kegelisahan kembali melingkupi Naya, meragu bila Yan mau datang menemuinya.

Waktu bergulir begitu lambat sampai waktu menunjukkan pukul 2.58. Gerbang sekolah masih lengang tanpa ada tanda kehidupan lain. Naya pun semakin cemas.

Naya tak hentinya memerhatikan jalan sekitar gerbang ketika waktu menunjukkan tepat pukul tiga. Naya sudah hampir putus asa ketika matanya menangkap kelebat suatu sosok. Dari arah berlawanan, ia melihat lelaki dengan hoodie kelabu menaiki sepedanya. Itu Yan. Naya mengembuskan nafas separuh lega. Kini tugasnya masih separuh lagi, yakni meyakinkan Yan. Ia menyemangati dirinya dalam hati, Naya pasti bisa!

Innocently Evil [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang