4. Pegangan

3K 186 9
                                    

"Pak sampe gerbang aja Pak, gausah masuk!" Sudah berkali-kali aku katakan pada Pak Arden, namun beliau tetap menginjak gas dan kini memasuki komplek. Aku mau menangis, sangat ingin menangis.

Seandainya aku ketahuan pulang bersama cowok, aku bisa membayangkan para tante dan antek-antek Kansa akan menertawaiku dari belakang. Mereka akan mengejekku seperti, "Oh, kalah dari Kansa makanya nyari om-om kaya."

Barangkali mereka juga akan berpikir aku mendapat beasiswa karena main belakang dan pemegang sponsor. Bisa-bisa harga diriku langsung retak, retak sejadi-jadinya. Aku ingin menangis, sudah menyesal minta pulang. Bukan! Sebenarnya aku menyesal karena sudah mau pulang ke Bandung, tau gitu aku fokus mengurus VISA di Jakarta saja!

Mungkin ini memang azab anak tidak tahu diuntung, Maminya sedang berbaring di rumah sakit dia malah keliweran di Bandung dan masih searogan itu untuk memikirkan status percintaannya. Dasar aku, anak tidak tahu diuntung! Padahal dulu Mami selalu sabar menangani aku yang sakit-sakitan, mana bisa senang-senang...

"Ini rumah kamu, kan?" Tanya Pak Arden memastikan, aku segera melirik ke samping berpikir bahwa tebakannya akan salah, namun diluar dugaan! Boom, ternyata benar.

"Bapak peramal, ya?" Tanyaku setengah bercanda, sementara ia malah berpose menaruh tangan di dagu ala detektif-detektif keren yang sedang menerka suatu kasus.

"Bercanda Pak!" Seruku kini meninggikan nada, aku membuka pintu mobil kemudian membalikkan badan menunduk sedikit agar bisa melihat wajah Pak Arden secara langsung, "Makasih, ya Pak."

"Makasih aja?"

Ya ampun, selain memberi beban batin bapak mau nambah apalagi, nih?

"Tadi mah saya naik gojek aja Pak, lagi ada diskon 7 ribu" Malah kalo pake gopay seribu lho Pak! Intinya kalau bapak niatnya mau minta ganti biaya bensin aku cuma mau ganti seribu...

"Enggak, maksud saya tadi kata Leo saya harus laporan ke orang rumah dulu"

Astaga, mati aja aku Pak!

一一一

Nissau : Anak haram :)
Nissau : Ganti ongkos gua 7x lo anj
Nissau : Astaga, ingin berkata kasar babi
Setelah mengirim pesan aku segera mematikan ponsel total. Hari ini aku harus fokus mengajukan pembuatan VISAku, karena aku notabenenya anak beasiswa yang buat VISA dengan dana yang sudah disediakan maka aku tidak bisa memberi uang lebih untuk menyuap proses pembuatan agar lebih cepat.

"Astaga, pengen nikah sama orang kaya..."

Setelah menghela napas sesaat, aku segera memfokuskan pikiran ke layar laptop. Sebelum mengetik kata kunci yang hendak aku buka, terlebih dahulu aku membuka website Instagram. Aku berani bersumpah hanya sebentar, sedang butuh hiburan walau hanya sebentar.

Benar, kok!

Beneran cuman sebentar saja bukanya. Abis bosen aku langsung keluar dan fokus. Sumpah, deh!

Setelah memasukkan akun instagram, aku segera membuka akun Kansa. Bukannya tidak mungkin aku belum menghapus total dendamku padanya. Caranya kemarin dan tadi pagi memamerkan 'tunangan' membuat aku gedek bukan main! Mentang-mentang baru sekali menang dariku dia bisa seenaknya memamerkan kemenangannya.

Hampir seluruh postingan Kansa berisikan fotnya dan Raden, lantas aku segera mengitari akun Kansa. Mulai pengikut, yang ia ikuti sampai orang yang menyebut dia. Tidak ada yang spesial, hanya anak SMA biasa yang bodoh dengan teman yang terbilang cukup banyak. Foto-foto yang menyebut akun Kansa kebanyakan berisikan foto alaynya, sementara postingan Khansa sendiri berisi foto-foto dia dan Raden.

Ninetynine of Hundred Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang