Part 51: Perkelahian Dini Hari

1.4K 55 13
                                    


🎵🎵TANPA BATAS WAKTU

LIRIK LAGU INI YANG NGENA BANGET ADALAH "ENGKAU JAUH DI MATA TAPI DEKAT DI DOA"

MAU NANGIS DENGERNYA GEH 😭

🌸🌸🌸

Jangan lupa untuk Vote dan tinggalkan komentarnya 😘

Kadang suka sedih yang komen sepi huhu



Selamat membaca😊


Rintik hujan yang sudah berjatuhan menimpa tubuh, tidak berarti bagi seseorang yang sedang kuat untuk menunggu. Entah sudah berapa jam dia lewati. Duduk, berharap dan bertanya.

Seharusnya dia pulang ke rumah setelah dari sekolah. Tetapi karena seseorang, dia datang ke danau dekat rumah kayu. Salah satu tempat berkesan yang penuh dengan kenang. Rintik hujan masih berjatuhan. Pelan, perlahan dan tidak menyakitkan. Kedua mata gadis yang sedang menunggu itu sengaja dia tutup sempurna.

"Kamu pergi ke mana lagi Arkana?"
"Kemarin malam kamu bilang hari ini bakalan masuk sekolah!"
"Kamu ternyata menghilang tiba-tiba lagi."

Kirana, dialah gadis yang sedang kuat untuk menunggu. Baginya rintik hujan sore ini bagai teman ditengah jenuh dan juga sepi yang mengelilingi tempatnya duduk saat ini. Kirana menengadahkan kedua tangannya. Merasakan setiap sentuhan rintik hujan yang jatuh bergantian.

Kirana tersenyum. Dia mulai senang dengan hal ini. Dia ingin merasakannya lebih dalam lagi. Kirana menutup kedua matanya. Apa pedulinya dengan tubuhnya yang sudah basah? Dia menikmatinya. Tenang dan sedikit mampu meluruhkan segala harap dan cemas yang akhir-akhir ini seringkali mengganggu perasaannya.

"Ra..." panggil seseorang. Kirana menoleh. Dia melihat sosok yang memanggilnya. Nyatanya bukanlah Arkana. Tetapi Reifansyah.

"Ayo pulang Ra!" ajak Reifansyah. Tanpa izin dia sudah memegang pergelangan tangan kanan Kirana dan hendak membawa gadis itu pergi.

Kirana menahannya. Dia belum ingin beranjak. Dia masih ingin menunggu kedatangan seseorang.

"Aku masih mau di sini Rei!" Kirana berkata tegas. Ada raut kecewa yang nampak jelas di wajah Reifansyah karena ucapan Kirana barusan.

"Lagian kenapa bisa kok kamu ada di sini?" Kirana bertanya. Dia menatap tidak suka Reifansyah. Dia melepaskan pelan tangan Reifansyah dari tangannya.

"Gue sengaja ikutin lo hari ini! Gue takut lo kenapa-napa Ra! Apalagi pas di sekolah gue perhatiin lo murung terus!"

"Jadi kamu diem-diem merhatiin aku dan ikutin aku sampai sini?"

"Iya! Memang salah ya kalau gue khawatirin lo Ra?"

"Kenapa harus khawatirin aku?"

"Karena lo teman gue Ra. Gue nggak suka lihat lo yang murung kayak gini!"

Kirana tidak lagi merespon. Dia memilih mengabaikan Reifansyah. Kirana duduk kembali di kursi kayu yang semula dia duduki. Reifansyah di belakang Kirana berjalan semakin mendekat. Dia segera melepaskan jaket yang dia kenakan dan dia pakai untuk melindungi Kirana dari hujan. Karena hal ini Kirana mendongak, dia menatap Reifansyah.

"Kalau lo sakit gimana Ra? Jangan kayak gini dong Ra! Ayo pulang!" ajak Reifansyah kesal. Kirana diam. Dia menatap lurus ke depan. Kirana menangis kali ini. Padahal sedari tadi dia ingin menangis. Tetapi dia tahan berkali-kali. Tetapi akhrinya tangisannya keluar juga.

After With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang