Part 37: Genggaman Seorang Gadis

1.3K 63 7
                                    

HAI APA KABAR KALIAN?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAI APA KABAR KALIAN?

SEMOGA SELALU BAIK DAN SEHAT YA

HAI, AYO YG BELUM VOTE KASIH VOTE NYA UNTUK PART INI

RAMAIKAN DENGAN KOMEN KALIAN DI KOLOM KOMENTAR. SUNGGUH AKU SANGAT BAHAGIA DAPET KOMENTAR DARI KALIAN

SELAMAT MEMBACA 😊



Kirana tidak peduli ini pukul berapa. Dia bangkit dari kasur tidurnya dan keluar dari kamar. Mimpinya sangat buruk. Bahkan begitu nyata. Tepat di ambang pintu rumah, ayah dan ibunya mencegah kepergian Kirana.

"Kirana, kamu mau ke mana?" tanya Hendra panik.

"Kirana harus temuin Arkana, Yah!" Kirana menjawab.

"Kirana ini pukul dua malam. Yang bener ajah kamu mau ke rumah sakit!" Hendra memberikan nasihat dengan tegas.

"Kirana mau ketemu Arkana, Yah, Bu. Kirana tadi mimpi kalau Arkana udah pergi. Kirana takut terjadi apa-apa sama Arkana." Kirana masih semangat ingin pergi. Tania mendekat, menenangkan putrinya.

"Tadi Ayah sempat tanya keadaan Arkana ke Ginan. Arkana memang belum sadar, tapi kondisi dia baik-baik ajah. Kamu jangan kayak gini Kirana!" Hendra semangat memberikan nasihat ke putrinya.

"Arkana nggak baik-abaik ajah Yah!"

"Kirana, dengerin Ayah! Ayah nggak suka ya lihat kamu kayak gini! Kamu harus pikirin diri kamu juga! Lihat, kamu nggak fokus sekolah, nggak mau makan dan kamu murung! Kalau kamu kayak gini terus, kamu juga nanti yang sakit!" Hendra lepas kendali. Nasihat yang dia ucapkan penuh penekanan.

Kirana menangis. Tania mendekap putrinya. Hendra memilih membiarkan Kirana berdua dengan ibunya.

"Ayah kenapa bentak Kirana, Bu? Apa salah kalau Kirana khawatirin Arkana?" Kirana bertanya bersamaan dengan tangisnya.

"Kirana, kamu harus maklumin Ayah kamu. Semenjak hal buruk yang menimpa kamu waktu itu, ayah kamu takut kalau sampai kamu kenapa-napa lagi, Kirana. Yang bisa kita lakuin sekarang cuman berdoa yang terbaik untuk Arkana, ya?"

"Iya Bu. Maafin Kirana kalau udah bikin Ibu sama Ayah cemas."

Tania tersenyum. Memeluk putrinya lebih hangat. Dia mengusap lembut punggung putrinya. Persis seperti bagaimana dulu Kirana saat masih kecil. Itulah cara yang dia lakukan untuk menenangkan putrinya yang sedang sedih ataupun sedang mengambek.

***

Hari-hari di sekolah rasanya sangat hambar. Tidak ada hal yang menarik yang dia temukan. Setiap jengkal dan sudut sekolah yang biasanya ramai karena Arkana, Kirana tidak merasakannya lagi.

Kirana sudah berjanji. Tidak ingin terlalu murung. Dia baru sadar kalau murungnya dia, ternyata melukai orang terdekatnya.

Dua mata pelajaran yang dia lalui tadi, Kirana sudah bisa fokus. Meskipun tetap saja, pikirannya tentang Arkana masih mengganggu. Karena pikirannya akhir-akhir ini memang terpusat ke cowok itu.

After With You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang