Pagi itu, jam pelajaran ketiga, pelajaran Bahasa Inggris. Abiem dan teman-temannya sekelas sedang asyik nge-game bersama guru Bahasa Inggris mereka. Sedang asyik mereka belajar, tiba-tiba pintu diketuk. Tampak salah satu guru BK berdiri di depan pintu. Bu Guru bahasa Inggris mendekatinya. Sejurus, mereka berbicara. Lalu, masuklah seorang gadis berambut panjang.
"Listen, Class! Attention, please!" Suara ibu guru menghentikan kegaduhan. Dia berdiri di depan kelas bersama gadis yang baru saja masuk tadi. Semua siswa bertanya-tanya, siapakah dia. "Well, today, you've got a new friend. A new classmate." Lanjut ibu guru.
"Anak dari mana ini, Mom? Kayaknya udik gitu!" Seloroh Nana, diikuti tawa anggota gengnya.
"Silent, please..." Bu guru memperingatkan. "Well, Girl, would you introduce yourself?" Bu guru mempersilakan. Gadis itu mengangguk. Canggung dan malu tampak jelas dari gerak-gerik gadis itu.
"Halah... Paling dia nggak ngerti apa yang Mom omongin." Sekali lagi Nana berseloroh dan tawa anggota gengnya kembali terdengar.
"Ssst! Sista! Dunot spik laik det! Let dis biyutipul gel spik-spik. Olrait?" Emon Lesmana mulai cari muka dengan ngomong bahasa Inggris yang sangat belepotan. Kini, giliran seluruh kelas menertawakan Si Emon.
"Sssttt...! Silent, please..." Kata bu guru. Lalu, dia berkata pada gadis pendatang baru itu. "OK, Girl. Go on!"
Kelas kembali tenang. Semua mata tertuju pada gadis baru itu. Gadis itu tampaknya bukan dari kota. Tidak ada make up sama sekali di wajahnya. Rambutnya lurus, panjang, hitam, dengan poni di kening. Seragam yang dia kenakan juga bukan seragam seperti yang mereka kenakan. Gadis itu tampak salah tingkah menyadari seluruh kelas memandanginya.
"Hallo, everyone." Dia mulai membuka suara. "I'm Sundari. Please, call me Riri." Walau terdengar canggung tapi pronunciation gadis itu lumayan juga. Hampir sama dengan bu guru mereka. "I come from downtown. I moved here few days ago. It's nice to get here in this class with you all. Hopefully, we can make friends. Thank you." Gadis itu mengakhiri perkenalannya.
Abiem terkesiap mendengar gadis itu memperkenalkan diri. Sundari? Riri? Dari desa? Berarti dia anak Om Kris, dong? Begitu yang terbersit di benak Abiem.
"Yes! I love you, sweety... Will you marry me?" Tiba-tiba suara Emon membuyarkan lamunan Abiem. Gelak tawa teman-temannya menyeruak kembali melihat Emon berlutut sambil menyodorkan bunga beserta vasnya yang dia sambar begitu saja dari meja guru. Riri tampak sangat tidak nyaman dengan itu.
"Lesmana... Go back to your seat, please!" Bu guru memperingatkan. Lesmana tampak kecewa. Lalu, dengan langkah gontai, dia kembali ke tempat duduknya. "Well, Riri, thanks for introducing yourself. Now, please sit down on ..." Bu guru melihat ke seluruh ruangan, melihat adakah bangku kosong yang bisa ditempati Riri. "That one! Next to Lesmanawati." Lanjut bu guru sambil menunjuk bangku kosong paling belakang, dekat tempat duduk Nana. "Oh, no! No! No! No! No!" Bu guru meralat. "That one! Next to Abimanyu, behind Lesmana." Kata bu guru sambil menunjuk bangku kosong di barisan kedua, dekat dengan bangku yang diduduki Abiem. Itu berarti, Riri duduk di belakang Emon. Riri tampak kurang nyaman diminta untuk duduk di belakang Emon. Tapi, sebagai anak baru, dia tidak bisa menolak. Dia segera menuju bangku yang ditunjuk ibu guru. Emon tampak bahagia. Sedangkan Abiem, dia terus memperhatikan gadis yang sekarang duduk di bangku sebelahnya.
Bel istirahat berdering. Pelajaran Bahasa Inggris berakhir. Bu guru menutup pelajaran dan meninggalkan kelas. Teman-teman Abiem banyak yang langsung keluar kelas. Emon mulai berulah.
"Hai, Cantiiik..." Sapanya dengan suara merayu-rayu. "Kenalin! Nama gue Lesmana Mandrakumara. Pangeran tampan putra bos PT. Gajahoya." Lanjutnya sambil mendekatkan wajahnya pada Riri. Riri memalingkan muka. "Lo mau kan jadi pacar gue? Apapun yang Lo minta, pasti gue turutin! Asal Lo mau jadi pacar gue ..."
"Eh! Emon! Sopan dikit dong ama cewek!" Abiem mendekati Emon dan menarik baju Emon sehingga wajahnya menjauh dari Riri.
"Eh, Lo kayaknya kagak seneng banget lihat gue PDKT ama cewek! Apa urusan Lo?" Kata Emon sambil mendorong bahu Abiem.
"Lo PDKT ama siapapun memang bukan urusan gue. Tapi, gue nggak bakalan biarin Lo nggangguin cewek siapapun di depan gue!" Kata Abiem.
"Ah...! Brengsek Lo, Biem!" Emon mendorong tubuh Abiem hingga Abiem mundur beberapa langkah. Emon lalu keluar kelas sambil mengumpat. Abiem melihat Riri yang masih duduk diam di bangkunya. Sekilas Abiem tersenyum. Ingin dia ngobrol dengan Riri tapi dia ingat harus segera mengambil buku paket di perpustakaan untuk pelajaran berikutnya. Abiem pun meninggalkan kelas.
Rupanya, Nana melihat saat Abiem membela Riri tadi. Dia pun terbakar cemburu. Dia langsung menghampiri Riri yang belum beranjak dari bangkunya.
"Eh, Gadis Udik! Lo jangan pernah macem-macem di sini, ya! Ingat itu! Apalagi, jangan sampai Lo deket-deket dengan Abiem! Abiem itu milik gue!" Ancam Nana. Nana lalu menggebrak meja Riri. Riri tersentak. Nana berlalu pergi.
Riri merasa hancur! Semua yang dia hadapi sangatlah di luar dugaannya. Sebelum berangkat tadi, dia membayangkan akan bertemu dengan teman-teman yang menyenangkan. Namun ternyata, kenyataan tak semanis yang dia bayangkan. Dia tutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tak kuasa, dia pun menangis.
"Kenapa menangis, Riri Sundari putri Om Krisna Harimukti?" Suara itu tiba-tiba mengagetkan Riri. Siapa yang menyebut nama lengkap ayahnya sedangkan tadi dia sama sekali tidak memperkenalkan nama orang tuanya. Riri segera mengusap air matanya. Temannya itu menyodorkan selembar sapu tangan. Riri menerimanya dan menghapus air matanya dengan sapu tangan itu. "Aku Abimanyu. Panggil saja Abiem!" Kata Abiem sambil menyodorkan tangannya. Riri mencoba tersenyum dan menyambut jabat tangan Abiem.
"Dari mana kamu tahu kalau aku ini anak Pak Krisna Hari Mukti?" Tanya Riri.
"Om Kris sahabat papaku. Om Kris sempat cerita tentang kamu." Jawab Abiem. Sebelum berangkat sekolah tadi, ayah Riri juga sempat bercerita bahwa anak sahabatnya juga ada yang sekolah di sini, namanya Abiem. Kini, Riri sudah bertemu dengan Abiem. "Kenapa kamu menangis?" Tanya Abiem lagi.
"Aku sedih! Aku bingung!" Kata Riri. "Baru beberapa hari aku datang ke kota ini. Kota yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Aku harus tinggal dengan ayah yang aku tidak begitu akrab dengannya, juga dengan ibu tiri yang belum pernah kutemui sebelumnya. Lalu, di sini, bayanganku di sekolah temanku semua baik. Ternyata tidak!" Kata Riri. "Aku merasa seperti alien saja." Lanjutnya.
Abiem tersenyum mendengar penjelasan Riri. "Jangan khawatir, Ri! Om Kris dan Tante Rukmini itu orang yang baik. Mereka pasti sayang ama kamu, kog." Hibur Abiem. "Dan soal teman-teman, jangan terlalu merisaukan Lesmana dan Lesmanawati. Jika mereka mengganggumu, kamu tenang saja! Ada aku!" Kata Abiem.
Riri tersenyum mendengar perkataan Abiem. Benar kata ayahnya tadi, Abiem anak yang baik dan akan bisa jadi sahabat yang baik bagi Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abiem
Teen FictionAbiem disudutkan pada pilihan yang rumit. Papanya menjodohkan dia dengan Utari sedangkan dia sendiri jatuh cinta pada Sundari. Di satu sisi, Abiem tidak bisa menuruti keingingan papanya. Dia sangat menyayangi papanya dan tidak ingin mengecewakannya...