Challenge

15 3 1
                                    

Kenapa ya, kok ada yang beda antara Abiem dan Riri? Abiem yang biasanya memperlakukan semua temannya sama rata, kini mulai ada perhatian lebih ke Riri. Riri juga mulai merasakan hal aneh, sejak peristiwa dia bertemu Abiem di rumah Pak Ismoyo, pelukan spontan itu, juga genggaman tangan Abiem, rasanya setiap Riri ketemu Abiem seperti ada konser musik rok di dada Riri: jedag-jedug.

"Eh, Riri! Lo udah jadian ya, sama Abiem?" Gertak Nana saat yang lain sudah keluar pas istirahat pertama.

"Enggak..." Jawab Riri.

"Tapi Lo dah keterlaluan dekat sama Abiem..." Kata Nana, gemas. "Awas kalau Lo sampai jadian sama Abiem!" Kata Nana sambil mengepalkan tangannya ke arah Riri. Dia lalu keluar bersama gengnya.

Sementara, di luar kelas.

"Hei, Biem! Lo jadian ya sama Riri?" Gertak Emon.

"Enggak..." Jawab Abiem. "Cuma dekat biasa, kog."

"Awas kalo Lo sampai jadian sama Riri!" Kata Emon sambil mendorong Abiem hingga ke tembok. "Gue akan buat Lo binasa kalau sampai Lo jadian ataupun dekat-dekat dengan Riri!" Ancamnya.

Abiem mendorong Emon. "Gue mau dekat dengan siapapun, itu urusan gue." Kata Abiem.

"Gue cuma ngingetin Lo, Biem! Awas! Ingat-ingat itu!" Kata Emon sambil mengepalkan tangan ke Abiem. Dia lalu pergi bersama gengnya.

Abiem lalu menuju kelas. Dilihatnya Riri sedang duduk di bangkunya sambil mencorat-coret kertas. Sepertinya, dia sedang menggambar. "Gambar apa, Ri?" Tanya Abiem.

"Ah, bukan apa-apa. Iseng aja." Jawab Riri masih asyik dengan kertas dan pensilnya.

"Kamu nggak ke kantin?" Tanya Abiem.

Riri menggeleng. Dia mengambil penghapus, menghapus beberapa bagian dari gambarnya, dan meniup sisa-sisa serpihan penghapus dari kertas gambarnya. "Tadi sudah sarapan di rumah. Dibuatin nasi goreng spesial oleh bunda." Jawab Riri.

"Cie... Yang punya bunda jago masak..." Goda Abiem. Riri menghentikan gambarnya lalu menatap Abiem. Dia tersenyum.

"Selama ini aku tidak pernah merasakan kasih sayang ibu. Ayah pun jarang berkunjung. Aku sempat ragu saat ayah membawaku ke kota untuk tinggal bersamanya. Yang paling kukhawatirkan adalah bunda. Begitu banyak cerita ibu tiri itu kejam. Ternyata, bunda tidak seperti itu. Dan, ternyata kamu benar, Biem. Bunda itu orangnya baik. Aku sekarang benar-benar merasakan punya ibu." Kata Riri.

"Aku senang kamu mulai nyaman bersama keluargamu, Ri." Kata Abiem. "Semoga kamu juga segera nyaman dengan sekolah kita, kelas kita." Sahut Abiem.

"Sebenarnya, aku sudah mulai nyaman sih, Biem. Hanya saja, masih ada yang membuatku terganggu." Kata Riri.

"Apa itu?" Tanya Abiem. Riri menjawab dengan menunjuk tempat duduk Emon dan Nana. "Hahahahaha... Kalau tentang Lesmana Bersaudara itu, jangan diambil pusing, Ri! Cuek saja!" Kata Abiem.

"Penginnya, sih. Sepertinya, kamu ada benarnya. Buat apa pusing karena mereka berdua. Ya, kan?" Kata Riri.

Bel tanda masuk berdering. Satu per satu teman-teman Abiem memasuki kelas. Yang masuk kelas paling akhir adalah Gatot, si ketua kelas. Dia berdiri di depan kelas sambil membawa selembar kertas dan gulungan-gulungan kertas kecil-kecil semacam undian arisan.

"Guys, minta waktunya sebentar, ya." Kata Gatot. Pemuda bernama lengkap Gatot Tetuko itu memukulkan spidol ke papan tulis, minta perhatian dari teman-temannya. Sejenak, teman-temannya pun diam memperhatikan. "Kita ditunjuk sekolah untuk mengikuti challenge di Festival Budaya Tingkat Kota." Kata Gatot.

Cinta AbiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang