Menjalin Hubungan Baru

14 2 0
                                    

Rumah Pak Gandana yang sekaligus base camp Matsya Enterprise malam itu tampak berbeda. Rumah dengan pendapa luas itu didekor dengan indah. Kursi-kursi tamu berjajar di sana. Di tepi pendapa telah tertata hidangan beraneka rupa. Para tamu satu per satu datang. Mereka sebenarnya bukan orang lain, hanya karyawan Matsya Enterprise ditambah sedikit kerabat Abiem. Alunan musik mulai terdengar menambah kesan meriah di pendapa itu.

Tepat jam 8 malam, acara dimulai. Acara yang sengaja dibuat singkat dan padat. Dimulai dari sambutan Pak Gandana selaku tuan rumah, dilanjutkan Papa Abiem mengutarakan niat untuk mempertunangkan Abiem dan Utari. Selanjutnya, Utari dan Abiem dipertemukan di hadapan para tamu. Mereka tampak serasi dengan batik sarimbit yang mereka kenakan.

"Acara selanjutnya adalah penyematan cincin dari Abiem untuk Utari." Pembawa acara mengumumkan. Abiem segera mengeluarkan sebuah kotak biru dari sakunya. Dibukanya kotak kecil itu. Sebuah cincin indah mengintip dari balik kotak. Abiem segera mengambilnya dan menyematkan ke jari manis Utari. Utari tampak tersenyum bahagia. Abiem membalas senyuman itu. Dalam hatinya, dia lega bisa menuruti keinginan papanya. Para tamu pun satu per satu segera memberikan selamat kepada keduanya.

"Selamat ya, Biem. Semoga lancar hingga nanti tiba saatnya kalian menikah." Abiem terkesiap mengetahui orang yang terakhir memberikannya ucapan selamat.

"Om... Om Kris? Om Kris datang?" Tanya Abiem, gugup.

"Iya, dong. Kan papamu sahabat baik Om. Mana mungkin dia tidak mengundangku di acara penting anaknya." Jawab Om Kris sambil tersenyum.

"Oh... Makasih ya, Om. Maafkan Abiem jika..."

"Ah, nggak pa-pa!" Om Kris memotong kalimat Abiem. "Selamat ya, Nak Utari." Kata Om Kris.

"Makasih, Om." Balas Utari.

"Para hadirin yang berbahagia, bagaimana jika kita minta Abiem dan Utari untuk bernyanyi duet? Setuju?" Suara MC tiba-tiba membuyarkan pembicaraan mereka. Para hadirin langsung berteriak setuju. Utari pun segera menggandeng Abiem menuju kru musik.

"Makasih ya, Kris, kamu sudah datang ke sini." Kata Papa Abiem setelah Abiem dan Utari meninggalkan mereka. "Terima kasih juga untuk dukunganmu untuk meyakinkanku menerima perjodohan ini." Lanjutnya.

"Sama-sama, Jay. Sebagai sahabat, aku hanya bisa memberikan dukungan." Kata Om Kris.

"Ayo, Kris, makan dulu!" Papa Abiem mempersilakan.

"Maaf, Jay, aku harus segera pamit." Kata Om Kris.

"Lho? Kok terburu-buru?" Tanya Papa Abiem, heran.

"Riri sakit, Jay. Kemarin sepulang sekolah, kami membawanya ke rumah sakit dan Riri harus diopname." Kata Om Kris. Kecemasan tergambar di wajah Om Kris.

"Sakit apa, Kris?" Tanya Papa Abiem.

"Diagnosa sementara dari dokter, Riri terserang DBD." Kata Om Kris.

"Demam berdarah?" Papa Abiem terkejut. Om Kris hanya mengangguk. "Aku ikut prihatin, Kris. Semoga Riri cepat sembuh, ya." Kata Papa Abiem.

"Terima kasih, Jay. Kalau begitu, aku pamit dulu." Om Kris undur diri.

"Iya, Kris. Hati-hati di jalan." Kata Papa Abiem. Baru beberapa langkah Om Kris melangkah, dia balik lagi menghampiri Papa Abiem.

"Jay," Om Kris menarik lengan Papa Abiem, mendekatkan bibirnya ke telinga Papa Abiem. "Tolong, jangan cerita ke Abiem kalau Riri sakit, ya!" Bisik Om Kris. "Bagaimanapun juga, aku yakin, di sudut hati Abiem masih ada rasa cinta kepada Riri. Aku tidak mau Abiem tahu kalau Riri sakit. Itu akan memunculkan kembali simpati Abiem kepada Riri. Dan, itu akan tidak bagus untuk kelanjutan hubungan Abiem dan Utari." Pungkas Om Kris.

"Iya, Kris. Aku paham maksudmu." Jawab Papa Abiem. "Semoga Riri segera sembuh ya, Kris." Lanjut Papa Abiem. Om Kris mengangguk.

Om Kris segera meninggalkan rumah Pak Gandana. Dari sudut pendapa, terdengar Abiem dan Utari sedang menyanyikan lagu Anyam-anyaman Nyaman, lagu yang sama yang pernah dinyanyikan Abiem dengan anaknya.

Cinta AbiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang