"Abiem..." Sapa Riri, lirih. Abiem yang sudah berada di ambang pintu kelas pun urung melangkahkan kaki.
"Ya, Ri." Jawab Abiem. Dia urung pulang. Sudah beberapa hari ini dia jarang berbincang dengan Riri. Hanya sekedar mengucap "hai" saja. Kini, Riri memanggilnya. Abiem rasa, tidak ada salahnya sekedar berbincang dengannya sebentar. "Ada apa, Ri?" Tanya Abiem.
"Sudah lama ya, kita tidak jalan bareng pas weekend." Kata Riri. Waduh! Abiem harus menjawab apa? Sekarang sudah tidak akan mungkin dia jalan bersama Riri saat weekend. "Aku paham kok, Biem, kalau weekend kamu banyak job." Lanjut Riri yang menyadari betapa Abiem kikuk mendengar pernyataannya.
"Ya, begitulah, Ri." Kata Abiem seraya tersenyum, bingung harus bilang apa.
"Kalau misalkan kamu besok tidak ada job, maukah kamu menemaniku ke Taman Budaya, Biem?" Tanya Riri.
"Ke Taman Budaya?" Abiem balik bertanya.
"Iya. Akan ada pentas Wayang Orang di sana besok malam." Kata Riri. "Ya, sesekali nonton pertunjukan tradisional begitu." Lanjut Riri.
"Tumben kamu tertarik nonton pertunjukan wayang orang?" Tanya Abiem.
"Karena judul ceritanya Banjaran Abimanyu. Kalau dari sinopsis yang kubaca, ceritanya itu tentang Raden Abimanyu mulai dari lahir hingga dia gugur di medan laga Bharatayuda." Jelas Riri.
"Lalu?" Tanya Abiem.
"Lalu, aku tertarik untuk menyaksikan pertunjukan itu. Aku penasaran kenapa papa kamu menamaimu Abimanyu. Aku ingin tahu, sehebat apa sih tokoh Abimanyu yang namanya kamu pakai itu. Apa dia sebaik kamu?" Kata Riri. Abiem tersenyum geli mendengar penjelasan Riri. Dia pandang wajah Riri lekat-lekat. Ingin sekali Abiem menemaninya nonton. Tapi, Sabtu malam nanti akan diselenggarakan pertunangan Abiem dengan Utari. Apa yang harus Abiem katakan pada Riri?
"Mmmm... Maaf, Ri. Besok malam itu ada job di tempat orang nikahan." Kilah Abiem.
"Oh, ya sudahlah. Aku nggak jadi nonton saja. Penginnya ngajak ayah atau Bunda. Tapi katanya mereka ada acara menghadiri pertunangan anak temannya." Abiem terhenyak mendengar pernyataan Riri. Pertunangan anak teman ayah Riri? "Makanya, aku ngajakin kamu. Tapi, kalau kamu tidak longgar, ya sudahlah." Kata Riri.
"Maaf ya, Ri. Sorry banget, aku tidak bisa nemenin kamu." Kata Abiem sambil memegang kedua lengan Riri. Abiem terkejut. Tubuh Riri terasa panas sekali. Mukanya juga pucat, tampak lesu. Suaranya pun lebih lirih daripada biasanya. "Ri, kamu sakit ya?" Tanya Abiem, cemas. Dia langsung meletakkan telapak tangannya ke kening Riri.
"Aku nggak pa-pa kok, Biem. Paling kecapekan." Jawab Riri.
"Kamu demam, Ri!" Kata Abiem, semakin panik. "Sudah ke dokter? Sudah minum obat?" Abiem semakin khawatir. Riri menggeleng. "Ke dokter dong, Ri! Badanmu panas banget, lhoh!" Kata Abiem.
"Aku nggak pa-pa, Biem. Buktinya, aku masih bisa masuk sekolah, kan?" Bantah Riri.
"Serius! Demam kamu tinggi banget, lho." Wajah Abiem semakin menunjukkan kekhawatiran.
"Nggak pa-pa. Nanti aku minta bunda untuk ngerokin. Sebentar juga sembuh." Kata Riri.
"Jangan hanya kerok, Ri! Ke dokter! Kamu pucet banget lho! Apa perlu aku yang antar?" Ujar Abiem.
"Tenanglah, Biem! Aku nggak pa-pa, kok. Aku pulang dulu, ya. Bunda sudah nunggu di luar." Riri pamit. Abiem tidak menegakan Riri dalam kondisi seperti itu. Abiem langsung memeluk Riri. Abiem bisa merasakan betapa Riri demam hebat.
"Cepat sembuh, ya. Jaga diri baik-baik!" Pesan Abiem. Abiem melepaskan pelukannya dan membiarkan Riri keluar kelas.
"Hai, Riri cantik! Abang Emon antar pulang, ya." Abiem tiba-tiba mendengar suara Emon di luar sana. Dia segera bergegas keluar.
"Tolong, jangan ganggu aku, Mon! Aku mau cepat pulang." Kata Riri. Emon masih menghadangnya.
"Halah... Nggak usah jual mahal! Kamu dipeluk-peluk sama Abiem aja mau, masak aku cuma nawarin ngantar pulang kamu tolak?" Plak! Kalimat Emon terpotong oleh tamparan Abiem.
"Cepatlah pulang, Ri! Jangan hiraukan makhluk biadab ini!" Kata Abiem. Riri mengangguk dan segera berlalu dari mereka berdua.
"Hei, Abiem! Lo jangan sok suci, ya! Ngatain gue biadab! Kalau gue biadab, Lo apa? Di kelas saja kamu berani peluk-peluk Riri. Di luar, kamu pasti melakukan yang lebih dari itu." Cerocos Emon. Plak! Sekali lagi, Abiem mendaratkan tangannya di pipi Emon.
"Lo jangan bawa-bawa Riri! Riri itu gadis baik-baik!" Bentak Abiem.
"Mana ada gadis baik-baik mau dipeluk-peluk seperti itu?" Plak! Emon mendapat tamparan untuk ketiga kalinya. "Abiem! Aku tidak akan pernah berhenti berusaha mendapatkan Riri."
"Riri tidak akan pernah jadi milikmu!" Balas Abiem.
"Akan kurebut darimu apapun yang terjadi. Kalau perlu, dengan menghancurkanmu!" Ancam Emon. Buk! Abiem sudah tidak bisa menahan diri. Abiem menendang perut Emon hingga Emon terjengkang.
"Awas kalau kamu sampai berbuat macam-macam dengan Sundari!" Abiem balik mengancam. Dia pun berlalu meninggalkan Emon.
Emon bangun dan meneriaki Abiem, "Aku tidak akan terima perlakuanmu kepadaku hari ini, Biem! Aku akan membalasmu dengan lebih keji! Tunggu pembalasanku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abiem
Teen FictionAbiem disudutkan pada pilihan yang rumit. Papanya menjodohkan dia dengan Utari sedangkan dia sendiri jatuh cinta pada Sundari. Di satu sisi, Abiem tidak bisa menuruti keingingan papanya. Dia sangat menyayangi papanya dan tidak ingin mengecewakannya...