Papa Abiem pulang dengan wajah ceria. Setelah dua belas hari lontang-lantung mencari kerja, akhirnya Papa Abiem mendapat pekerjaan juga.
"Pentasmu di Festival itu memang seperti bratawali, Biem. Pahit tapi sekaligus memberi kesembuhan." Kata Papa Abiem. "Pahit! Karena dari situ Papa kenal dengan Pak Suyudana, yang membuat Papa collapse. Sembuh! Karena kini Papa dapat pekerjaan di Matsya Enterprise, EO kegiatan yang menyelenggarakan Festival Budaya yang kamu ikuti dulu itu." Kata Papa Abiem.
"Trus, Papa di sana kerja sebagai apa, Pa?" Abiem penasaran.
"Hehehe... Papa jadi sopir juragannya. Hahaha..." Jawab Papa Abiem. "Ya, kalau ada yang perlu bantuan di bagian even acara, Papa masuk Tim Kreatif juga, lah." Lanjutnya.
"Emangnya Papa bisa?" Goda Abiem.
"Lho... Kamu ini gimana to, Biem? Papa kan dulu anggota teater kampus." Kata Papa Abiem.
"Wah... Asyik tu, Pa. Kalau ada even, Abiem boleh ikut, Pa?" Tanya Abiem.
"Hmmm... Kebetulan Sabtu besok kami mau ada even. Kamu gabung aja!" Kata Papa Abiem.
"OK, Pa!" Sahut Abiem.
Keesokan harinya, hari Sabtu, Abuem sudah berdandan rapi guna ikut papanya. Dia tampak cool dengan T-shirt hitam, celana jeans, dan sneakers. Dia sudah siap dengan motornya. "Siap, Biem!" Kata Papa Abiem sambil duduk di boncengan motor.
"OK, Boss! Berangkaaat!" Kata Abiem sambil menarik gas. Mereka pun melaju, menuju lokasi di mana even yang diselenggarakan Matsya Enterprise akan berlangsung.
Tiba di lokasi, Abiem langsung memarkirkan motornya. Begitu turun dari motor, HP Papa Abiem berdering. "Halo, Pak. Ya, ya, ya! Ini saya sudah sampai di lokasi. Ya, ya, ya. Siap!" Kata Papa Abiem. Papa Abiem berlalu begitu saja dengan terburu-buru tanpa memperhatikan Abiem. Mungkin dia lupa kalau kali ini berangkat kerja diantar anaknya, bukan naik ojek.
Abiem celingukan sendiri. Dia mencari-cari papanya yang cepat sekali menghilang dari pandangannya. Dia segera mendekati panggung tempat pelaksanaan kegiatan. Dari backdrop acara, sepertinya itu nanti acara pentas musik.
"Hei! Ngapain celingukan di situ? Cepat itu box nya dibawa ke sini!" Teriak seorang gadis berkaos hitam bercelana jeans. Abiem bingung. Apakah gadis itu berbicara dengannya? Abiem menoleh kanan-kiri. Tidak ada orang lain selain dia. "Malah tengak-tengok. Cepetan! Itu box dekatmu itu dipindah ke sini!" Teriak gadis itu lagi.
OK. Tidak ada pilihan lain. Apa salahnya membantu. Begitu pikir Abiem. Dia pun langsung mengangkat box di dekatnya dan dia bawa ke arah yang ditunjuk gadis itu.
"Nah... Taruh situ! Hati-hati! Itu barang baru!" Kata gadis itu. Abiem meletakkan box itu pelan-pelan.
"Ada lagi?" Tanya Abiem.
"Eee... Pakai tanya! Alat musiknya masih banyak yang belum diturunin, lhoh. Cepat bantuin nurunin sana! Mau segera ditata di panggung." Kata gadis itu.
"Alat musik? Mana alat musiknya?" Tanya Abiem.
"Ya Tuhan... Ini karyawan baru apa anak PKL, sih... Hadew..." Gadis itu menepuk jidatnya.
"Eh, Mbak Tari. Ada apa, ya?" Papa Abiem tiba-tiba muncul.
"Ini lho, Pak Jay. Ini karyawan baru atau anak PKL, sih? Masak apa-apa harus ngajarin?" Jawab gadis yang dipanggil Tari tadi.
"Oh... Maaf, Mbak! Ini bukan karyawan baru ataupun anak PKL. Ini anak saya. Tadi ngantar saya kemari." Jawab Papa Abiem. Gadis itu terbelalak. Lalu tersenyum malu.
"Ya ampuuun... Sorry, sorry! Aku kira kamu karyawan baru yang belum kebagian seragam. Sorry, sorry!" Kata Tari.
"Nggak pa-pa, Mbak." Jawab Abiem.
"Oh ya, kenalin! Utari!" Kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya kepada Abiem.
"Abiem! Abimanyu Putra Dananjaya." Abiem menyambut uluran tangan Utari.
"Hmmm... Namanya keren!" Kata Utari.
"Abiem, Mbak, bukan keren." Kata Abiem.
"Okay... Baiklah, Abiem Unyu..." Goda Utari.
"Abimanyu, Mbak, bukan Abiem Unyu..." Kata Abiem gemas. Utari tertawa lepas melihat reaksi Abiem.
Tiba-tiba, HP Utari berdering. "Halo, Bil." Diam sejenak. "Apa? Waduh... Kog bisa gitu sih, Bil? Terus, aku mau nyari gantinya siapa, coba?" Pekik Utari. "Waduh... Ya... Ya, sudahlah! Bye!"
"Ada masalah, Mbak?" Tanya Papa Abiem.
"Ini, Pak Jay. Abilawa baru saja telfon, dia tidak bisa berangkat. Ayahnya masuk rumah sakit. Haduuuh! Kalau sudah mepet kaya gini, mau cari gitaris pengganti di mana coba?" Gerutu Utari.
"Jangan khawatir, Mbak!" Kata Papa Abiem sambil mengarahkan jempolnya ke Abiem. Tari ternganga gembira. Abiem terbelalak kaget. "Ayolah, Biem... Papa yakin, kamu bisa, kok." Lanjut Papa Abiem.
"Uuuuuh... Abiem unyu... You save the day!" Kata Utari, girang.
"Abimanyu, Mbak." Kata Abiem lagi.
"Whatever! Let's go!" Utari langsung menarik tangan Abiem, diajak naik ke panggung untuk gladi bersih. Well, that's it! Abimanyu saves the show that day.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Abiem
Teen FictionAbiem disudutkan pada pilihan yang rumit. Papanya menjodohkan dia dengan Utari sedangkan dia sendiri jatuh cinta pada Sundari. Di satu sisi, Abiem tidak bisa menuruti keingingan papanya. Dia sangat menyayangi papanya dan tidak ingin mengecewakannya...