Alya pun mengajak Abielo ke rumahnya untuk mengungkapkan semuanya kepada Abielo. Alya yang kebetulan membawa mobil meminta Abielo untuk menyetir karena kepalanya mendadak pusing.
"Harsh... Kamu bisa bawa mobilku gak? Kepalaku mendadak pusing."
"Iya udah gw yang bawa... Capek ya jadi panitia acara." Ucap Abielo dengan tertawa kecil.
"Banget... Rasanya kepala ini mau pecah walaupun masih 4 bulan lagi tapi proposal semuanya itu harus dikumpulkan bulan depan. Gimana gak mumet nih otak ditambah udah banyak Ujian lagi." Keluh Alya.
"Namanya juga kewajiban... Gw aja Ketua Osis dan Ketua kelas aja santai. Tapi ya gitu tetep tanggung jawab."
"Ya udah masuk mobil yuk! Dingin banget diluar nanti lahi ceritanya di mobil aja." Ajak Alya.
Tanpa mereka sadari, Rana melihat kebersamaan mereka dari dalam sekolah dengan wajah penuh curiga. Ada apa hubungan Abielo dengan Alya?
"Woi! Ngapain lo disini?! Udah tahu udah malem sendirian pula disini..." Ucap Calvin.
"Kampret lo! Kaget gw gara-gara lo doang..."
"Makanya jangan sendirian disini nanti diculik setan loh..."
"Berisik!"
"Eh btw, lo lihat Abielo gak? Dicariin sama Sabitha."
"Dia lho pergi sama Alya tadi pake mobilnya Alya kalau gak salah."
"Eh sumpah lo?! Berduaan doang?" Ucap Calvin panik.
"Iya makanya itu gw disini kambing..."
"Iya gak usah ngatain juga." Jawab Calvin malas.
"Terus gw harus ngomong ke Sabitha ya apa?" Ucap Calvin.
"Bilang saja, Abielo tadi pergi bentar ada urusa gitu."
"Kalau ditanya kemana, ngapain, urusan apa terus-"
"Sekali lagi lo ngomong gw sumpel mulut lo pake sepatu gw lumayan sepatu gw enak."
"Iya sorry..."
"Bilang saja gw gak tahu dia kemana soalnya dia gak ngomong kok susah..."
"Ya udah beneran ya pertanyaannya kayak gitu."
"Haduh! Kesel ya gw lama-lama sama lo... Iya nanti pasti jawabannya kayak gitu. Kayak gak kenal Abielo saja sih lo."
"Iya udah..."
Di dalam mobil, Abielo hanya melihat Alya yang masih memegangi kepalanya yang sakit. Abielo pun mengambil botol minum milik Alya yang terletak di jok belakang.
"Nih minum dulu... Makanya lain kali jaga kesehatan Pelangi." Ucap Abielo sambil memberikan minumannya.
"Kamu masih inget nama panggilanku?" Sambil menerima dan minum.
"Iya masih lah... Kita tuh berteman dari masih TK dan gw inget lo nangis pas gw jahilin kan."
"Iya karena kamu naruh ember di kepalaku terus mukul-mukul makanya aku nangis."
"Dasar cengeng!" Ucap Abielo sambil mencubit pipi Alya.
"Haduh sakit Harsh..." Dumel Alya.
"Udah gak usah kayak anak kecil. Ini lewat mana btw?"
"Lewat dari Rumah Mode saja lewat situ lebih dekat."
"Oke."
Sesampainya di rumah Alya, mereka berdua disambut oleh ibu dan adik dari Alya yang sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Mama aku pulang..." Ucap Alya
Abielo hanya melihat sekitar rumah Alya yang sederhana. Alya hanya tinggal bertiga dengan ibu dan adik laki-lakinya yang masih berumur 10 tahun. Ayahnya Alya meninggal karena kecelakaaan 3 tahun silam dan Abielo merasa bersalah karena tidak bisa melayat pada saat itu.
"Tante... Masih kenal aku kan?" Ucap Abielo sambil tersenyum.
"Kamu Harsh bukan? Anaknya Angelica dan Marco?" Balas Davina.
"Iya tan..."
"Astagah! Kamu berubah banget padahal sewaktu kamu kecil kamu itu gendut terus sering banget isengin Alya sekarang ganteng banget kayak pangeran."
"Makasih tan atas pujiannya. Ini Fidelio kan?" Ucap Abielo.
"Iya ini adikku. Udah gede kan sekarang."
"Kamu kenal aku gak nih... Aku yang dulu suka kasih kamu balon sewaktu kamu masih umur 5 tahun loh."
Fidelio hanya terdiam dan dia lupa semua karena itu sudah sangat lama. Fidelio pun langsung mengumpat di belakang Alya.
"Sepertinya dia lupa sama gw..." Ucap Abielo.
"Dia seperti ini karena Papa. Semenjak Papa gak ada, Fidel jadi sering diam di rumah padahal dulu pas ada papa dia suka banget jalan-jalan keluar."
"Maaf ya pas papa lo meninggal gw gak bisa datang soalnya pas itu gw juga ada masalah lo pasti tahu kan? Makanya pas itu gw bingung banget mau ke tempat lo atau urus keluarga gw."
"Iya gak masalah kok. Aku paham masalahmu."
"Ya udah kalau begitu ikut aku ke kamar aku ada yang mau au tunjukkin ke kamu." Ucap Alya.
"Jangan macem-macem ya di kamar!" Peringatan dari Davina.
"Iya tan gak akan macem-macem. Tapi nyolek dikit gak apa ya tan." Balas Abielo dengan tersenyum.
"Ohh... Minta dihajar anak ini ya lama-lama." Ucap Alya sambil mengepalkan tangannya di depan wajah Abielo.
Alya pun mengajak Abielo ke kamarnya. Sampai di kamar, Alya langsung menyuruh Abielo masuk dan menutup pintu. Alya pun mengambil sebua paper bag besar dari lemari bukunya.
"Ini adalah hasil ronsen kepala dari Gio. Gio menderita kanker otak stadium 2. Memang masih ada tanda kehidupan baginya tetapi tidak lama. Dia menderita penyakit ini semenjak kelas 7. Yang tahu hanya aku, Ashilla, dan keluarganya saja." Ucap Alya dengan duduk disamping Abielo.
Deg
Bagai disambar petir. Abielo tidak percaya kalau Gio menderita kanker otak stadium 2. Dirinya merasa bersalah dulu meninggalkannya.
"Apa?! Jadi kalau Gio sering mimisan itu karena efek dari penyakitnya?"
"Iya... Dia sering banget mimisan kalau sudah lelah makanya kayak tadi gw berinisatif buat nganterin dia pulang. Gw hanya takut kalau dia gak bisa yang dia inginkan."
"Tapi kemaren itu gw juga dibilang sama dia buat jagain Sabitha. Maksudnya apa?"
"Sabitha itu mantannya Gio. Mereka pacaran selama 3 tahun. Saat mereka masih SMP lebih tepatnya. Tetapi saat Gio tahu kalau dia gak akan hidup lebih lama lagi makanya Gio mutusin Sabitha karena dia gak mau Sabitha punya pacar penyakitan."
"Astagah... Selama ini gw sama sekali gak tahu apa-apa. Gw terlalu sibuk sama urusan pribadi gw juga sampai-sampai sahabat gw pun gw gak tahu gimana keadaannya."
"Aku hanya minta tolong sama kamu Harsh... Jaga rahasia ini. Demi sahabat lo juga Gio. Jangan kecewain dia."
"Iya gw janji. Gw gak akan ngomong-ngomong ke siapapun terutama ke Sabitha. Makasih ya Pelangi infonya." Ucap Abielo sambil memegang kepala Alya.
"Iya sama-sama Harsh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR
Teen Fiction"Kenapa harus sekelas dan sekarang deket? Dulu aja cuek udah kayak gak kenal." Itulah yang dirasakan oleh Sabitha Alicia. Gadis keturunan Jawa-Sunda ini harus mengalami takdir yang tidak mengenakan dimana dia harus sekelas dengan Abielo Yeremia yang...