Ep. 01

13.6K 1.5K 153
                                    

"Serem banget anjing sumpah."

"Serem apaan sih?"

"Apaan dah?"

"Bangun tidur tadi tiba-tiba kepikiran, dua puluh satu taun hidup gue ngapain aja."

"Dari brojol ampe lima taun semua orang juga gada yang inget, tolol."

Aku bagian ikut ketawa aja dengar temen-temenku ngobrol. Tapi betul juga, dua puluh satu tahun ini aku ngapain aja. Diantara tahun-tahun yang bisa kuingat di hidupku, tahun yang gak akan pernah aku lupakan ada di tahun-tahun ketika umurku tujuh belas tahun.











.
.
.












Satu yang aku gak suka dari Ibu adalah, dia suka ikut-ikutan. Dengar anak temennya pada les nyuruh aku les juga.


"Ya udah aku lesnya sama Nadin aja, Bu."

"Jangan ditempat les umum gitu ah yang ada gak kekontrol kamu bisa aja bolos!"

"Dih?"

"Les kayak gitu tuh sama aja kayak sekolah 'kan? Satu kelas isinya banyak. Kamu sekolah aja loyo gitu apalagi ini."

"Astaga, terus gimana?"

"Les privat aja gitu yang di rumah biar Ibu tau kamu beneran belajar. Kak, inget. Masuk universitas gak bisa main hoki-hokian. Harus disiapin dari sekarang!"

"Aaaah iya, iya ah! Bawel."

"Heh! Ngomong apa kamu barusan?!"




BUGG!




Aku banting pintu kamarku lalu kukunci kemarin malam. Bawel banget, ah. Banyak gaya. Kenapa harus les-les segala sih nanti juga ada jam kelas tambahan dari sekolah. Ribet-ribet amat.

"Woi!"

"Ck, apa sih ah?!"

"Galak amat yeuuu, gak mau pulang?"

"Males pulang gua, Din."

"Dih kenapa?"

"Gue disuruh les privat."

"Ah iya hari ini gue les! Gue duluan ya, Li. Daaaah!"

Nadin buru-buru pergi, di pintu aku lihat ada anak kelas lain udah nunggu dia. Enak banget lesnya rame-rame sama temen.





Ibu Negara
| Kak dimana,,??
15:34

lily
skrg plg |
15:35






Sore itu rasanya aku gak mau pulang ke rumah, tapi aku lapar dan gak punya uang. Jadi terpaksa pulang. Belum betul-betul sampai didepan rumah, kulihat ada mobil hitam minimalis terparkir didepan rumahku. Aku melewati mobilnya sewaktu mau masuk rumah. Pintu udah terbuka lebar, rupanya begitu aku masuk,

"Nah, pulang juga."

Aku salim ke Ibu dan ke laki-laki yang duduk dihadapan Ibu, dia senyum dan ngelus rambutku setelah aku salim ke tangannya.

"Sini duduk, nak." Ibu nyuruh aku duduk disampingnya lalu beliau rangkul aku.

Laki-laki di hadapan aku dan Ibu masih senyum sambil natap mataku. Dia cukup ganteng, pakai kacamata dan outer. Aku tau dia akan jadi siapa setelah hari ini. Ibu noel lenganku,

"Liandra, Pak." kataku.

Laki-laki itu ketawa dan lihat ke arah Ibu, begitupun Ibu.

"Saya masih muda, keliatannya tua?" tanyanya dengan sisa tawa, tapi aku cuma senyum kikuk.

"Saya Rega, umur saya masih dua puluh tiga."

"Lesnya mulai besok?" tanya Ibu.

"Iya besok." kataku.

"Hari ini langsung juga boleh, untuk awal-awal saya bantu kerjain tugas yang kurang dipahami." jelasnya.

"Ah, iya betul."

Tau apa? Sore itu rasanya aku ingin bunuh laki-laki yang namanya Rega itu.











































Tau apa? Sore itu rasanya aku ingin bunuh laki-laki yang namanya Rega itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang