Ep. 23 - 🎶

2.6K 746 109
                                    

song:
Heather - Conan Gray









Entah di rumah entah di sekolah, rasanya sama, hambar. Selama lebih dari satu minggu ini aku gak tau Pak Rega ada dimana. Ibu jadi gak banyak ngajak aku bicara selain nyuruh makan dan hal-hal yang perlu. Waktu kejadian malam itu, laki-laki yang katanya 'Ayah' itu ada di rumah. Bahkan waktu Ibu lihat aku dan Pak Rega yang lagi begitu, dia dengan Ibu. Dia ada, tapi gak bicara apa-apa. Malam itu dia natap aku tapi aku gak peduli sama sekali. Gak penting.

"Ly!"

"Hah? Apa?"

"Lo kenapa sih?!"

"Kenapa apanya?"

"Lu dipanggil dari tadi gak nyaut-nyaut, kenapa?" tanya Nadin.

"Gak kenapa-napa, ah udah lah."

"Lo kayak orang sakit."

"Eh Ly, hari ini gue sama Nadin lagi pengen makan wagyu, ikut yuk? Lo bisa bolos les sekali, 'kan?"

"Gue berhenti les."

"Serius? Kok bisa?"

"Bagus lah, lagian ujian juga udah bentar lagi 'kan? Istirahat jangan belajar mulu, sakit otak lo." kata Cindy.

"Lah iya juga? Gue pengen berhenti juga deh, capek. Udah enam bulan ini."

Percakapan Cindy dan Nadin kayak radio di telingaku, gak terlalu aku dengarin lagi setelahnya. Rasanya kayak ganjel banget tau gak? Rasanya kayak melayang gak jelas. Aku cuma ngikutin Cindy dan Nadin. Pulang sekolah hari itu aku tiba-tiba sampai ditempat yang Cindy bilang.

"Eh, Ly. Waktu itu lo kemana?" tanya Nadin.

"Waktu itu kapan?"

"Oh iya, waktu itu, Ly. Lo bolos, gila!" sahut Cindy.

"Nyokap lo nelpon nyokap gue." kata Nadin.

"Hah? Oh, gak kemana-mana."

Beberapa saat hening, mereka gak ngajak aku bicara lagi. Aku juga cuma panggang dua potong daging, itupun satunya yang mateng belum aku makan.

"Ly,"

"Lo tau kita gak pernah kemana-mana." tiba-tiba Nadin bilang begitu.

"Bener, Ly." Cindy ikutan. "Gue selalu ngajakin lo, ngajakin Nadin, itu karena gue percaya sama kalian."

"Gue gak ngerti." kataku yang bikin mereka hampir melotot.

"Kita percaya sama lo, Ly! Tapi lo enggak!" hampir sumpit Nadin kena mukaku.

"Apaanㅡ"

"Lo kalo ada apa-apa bilang, Ly. Jangan kayak gini." dua kali, sumpit Nadin hampir kena mukaku lagi.

Aku gak tau harus mulai dari mana, rasanya ini malah kayak drama. Ini yang setiap hari selalu aku rasa. Aku taro sumpit dan kemudian nunduk, bingung harus apa.

"Tuh kan!"

"Nadin..."

"Ini anak emang harus ditanya-tanya gini, Cin!"

"Keluarin aja, Ly. Gue sama Nadin bakal dengerin."

"Siapa yang bikin lo begini? Eril?"

Aku nggeleng, "Gue cuma pengen les lagi."

Kayaknya cukup pake satu kalimat itu Nadin sama Cindy udah tau garis besarnya apa.

"Ayo cerita aja, Ly."

Setiap hari yang aku pikirin cuma gimana caranya biar semuanya balik lagi ke semula. Harus apa, harus bagaimana. Setiap hari cuma itu. Aku cuma pengen semuanya jadi jelas, yang aku lakukan sama Pak Rega malam itu gak sengaja. Aku begini karena aku pengen belajar sama Pak Rega lagi. Lebih tepatnya aku pengen ketemu Pak Rega lebih lama lagi.

Tiba-tiba aku inget Yasa. Yasa pasti masih les sama Pak Rega 'kan? Iya! Saat itu aku langsung buka ponsel. Lalu, ah! Gak bisa kirim text!

"Din, tethering dong!"

"Gak ada, sama. Pake WiFi sini ajaㅡ"

"Duh, Cin! Cin! Tethering, dong!"

"Oke, oke bentar." Cindy ngeluarin ponselnya.

"Passwordnya apaan?"

"Cindy satu sampe sembilan." katanya yang bikin aku ngerasa ribet banget.

Lalu terhubung!

"Gosong noh daging lo."

"Lu angkat kek, elah."

Aku langsung text Yasa tapi dia gak langsung baca. Satu menit aja rasanya kayak satu jam tau gak. Aku terus ngecek layar ponsel berkali-kali.

"Makan, Lyㅡ"

"Gampang itu."








yasa: kenapa ly







Waktu Yasa bilang iya bahwa hari ini dia ada jadwal les, aku tanya apa aku boleh kesana dan Yasa bilang boleh! Aku langsung bubar sendiri, Nadin dan Cindy nawarin buat anterin tapi aku tolak. Mereka gak perlu tau ini. Pulang sekolah hari itu aku ke rumah Yasa dan diluar rumahnya aku udah bisa lihat mobil Pak Rega!

Aku teken bel rumahnya sampai pintunya dibuka Yasa sendiri, dan tau apa? Betul, ada Pak Rega. Belum berapa lama matanya jatuh ke arahku Pak Rega langsung memutus kontak seolah-olah gak lihat aku. Pak Rega pura-pura gak lihat aku.

"Masuk, Ly."

Setelah aku dipersilahkan masuk, aku duduk di ruangan yang beda tapi masih bisa lihat Yasa dan Pak Rega dari sini sebab gak ada sekat.

"Lo mau minum apa?"

"Gak usah."

"Oh? Tunggu, ya. Gue bentar lagi beres kok."

Lihat Yasa dan Pak Rega belajar, rasanya sedih. Aku kangen Pak Rega. Aku mau belajar lagi sama Pak Rega. Apa yang Yasa bilang kalau dia bentar lagi selesai, hal itu benar. Waktu Pak Rega pamit dan berdiri, dia kemudian jalan dari arah sana sampai melewati aku, kemudian keluar.

"Ly, gue bikinin minum yaㅡ"

Pak Rega tetap gak lihat aku sama sekali. Aku langsung berdiri dan keluar sebelum Pak Rega pergi. Diluar, Pak Rega masih berdiri sebelum keluar pagar. Buru-buru aku jalan sampai sana dan,

"Pak."

Dia gak nyahut, beberapa saat aku cuma bisa lihat punggungnya sampai akhirnya dia balik badan.

"Iya?"

Setelah dia berbalik, rasanya asing. Rasanya kayak aku gak pernah ketemu dia. Sebab hari itu rasanya Pak Rega jadi beda.

Dua LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang