Ep. 21 - 🎶

2.6K 782 223
                                    

song:
Are You Bored Yet? - Wallows (feat. Clairo)








Aku tutup rapat pintu kamar dan nyalakan sedikit musik di kamar sambil angkat teleponnya.

📞"Ada apa telepon, Lia?"

Hah?

📞"Lho 'kan Bapak yang telepon saya..."

Kudengar disana Pak Rega terkekeh. Dia-kenapa-sih?!

📞"Kenapa belum tidur, hm?"

Aku bingung mau jawab apa, Pak Rega juga langsung telepon!

📞"Lia?"

📞"Yaㅡ"

📞"Saya ganggu gak?"

📞"Enggak, Pak."

Pak Rega malah menghela nafas.

📞"Kita cuma beda 6 taun."

📞"Iya, tau."

📞"Takut kamu lupa. Gak ketuaan kan?"

📞"Ketuaan buat apa?"

📞"Buat kamu. Aku tua gak?"

Astaga, Pak Rega!

📞"Lia?"

📞"Ya, Pak?!"

Aku deg-degan!!!

📞"Kirain pingsan."

Ah, mulai lagi dia...

📞"Apa sih..."

📞"Ini mau terus diem begini?"

📞"Terus aku harus ngapain? Bapak yang langsung telepon lagian."

📞"Masa sih? Kirain kamu."

📞"Pak..."

Kudengar lagi dia terkekeh. Gak banyak percakapan, aku berul-betul cuma temenin Pak Rega. Kalau aku dan dia gak saling bicara yang kedengaran samar cuma suara tik dari keyboard laptop. Atau kadang-kadang Pak Rega bicara sendiri, bahkan helaan nafasnya kadang kedengaran.

📞"Kamu tidur, ya?"

📞"Hm? Enggak? Bapak kali."

📞"Aku masih ngerjain laporan."

📞"Harus selesai sekarang."

📞"Nanti kalo ini selesai aku langsung tidur. Kamu tunggunya di mimpi aja."

Aku sudah senyum-senyum terus dari tadi kayak orang sinting.

📞 "Hng..."

Suaranya enak didengar, kau harus tau.

📞"Ini jam berapa sih, Lia..." katanya.

📞"Hm? Jam..." aku lihat jam dinding kamar.

📞"Astaga jam sepuluh, kamu gak lihat jam apa?" tanyanya sambil ketawa.

📞"Kok jadi aku, sih?"

📞"Aku matiin teleponnya, ya?"






Saat itu kepalaku kayak tiba-tiba pening. Aku gak tau, yang aku rasain cuma jantungku kayak sudah gak ditempatnya lagi. Aku gak jawab apapun dan dia langsung melaju lagi anterin aku pulang.

Kenapa harus, sih? Disaat kayak gini macet? Perbaikan jalan-ah-apa-sih?! Kenapa harus lewat sini?! Belasan menit aku dan Pak Rega cuma saling diam waktu itu. Beberapa menit kemudian tangan Pak Rega nyalain musik di mobilnya. Lalu tiba-tiba,

"Aku sayang kamu."

Aku masih gak tau harus bicara apa. Dadaku mendadak deg-degan lagi, rasanya oksigen juga gak mau menyeruak ke hidungku. Aku gak jawab Pak Rega. Aku gak percaya apa yang baru aja keluar dari mulutnya. Bisa-bisanya! Astaga, Tuhan!

"Aku sayang kamu." katanya lagi.

Aku noleh, dia sama.

"Bapak kenapa, sih?!"

Tapi Pak Rega malah naikin volume musiknya.

"Pakㅡ"

"Aku sayang kamu!" katanya makin kenceng karena ketutup suara musik.

"Iyaㅡ"





TIIN! TIIN!





Tiba-tiba klakson datang dari mobil di belakang dan jalanan mulai lancar. Aku diam lagi! Musik di mobilnya masih dengan volume yang tinggi, aku lirik dia-ngapain nahan ketawa, sih?! Gak jelas.

"Mana tangannya?!"

"Buat apa?!" tanyaku gak lebih kenceng dari musik.

"Mana?!" ulangnya kelihatan geram.

Kuperlihatkan telapak tangan kananku, tapi malah Pak Rega genggam!

"Bener!" dia bilang.

Ini musiknya bisa dikecilin dulu gak, sih?!

"Apanya?!"

"Telapak tangan kamu dingin. Grogi, ya?!"

Bapak bisa diem gak?!

Kutarik tanganku, Pak Rega ketawa.

"Ngapain ketawa?!" kutanya.

Disaat musik di mobilnya kenceng banget, aku kesal, Pak Rega noleh. Lalu kita saling tatap. Dia senyum, lebih ke arah nahan ketawa. Di otakku rekaman itu gak seberisik kenyataannya. Tanpa aku sadar semuanya terekam baik. Sampai rasanya aku sendiri gak akan pernah bisa lupa semua tentang dia.































++ comment to unlock all eps faster from now on!

Dua LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang