Ep. 19

2.9K 792 178
                                    

Sejak dijemput Yasa sambil dikatain dulu, "Lu kayak gembel, Ly" dan dibawa kesini, dia gak nanya aku apapun. Tapi dia bilang,

"Lo boleh marah-marah kalo lo mau."

"Marah-marah apaan?" kutanya.

"Kalo."

Mungkin yang dia maksud, aku boleh cerita kalau aku mau. Dari awal ketemu buatku Yasa bukan orang yang diperkirakan sikapnya bakal gak menyenangkan, cenderung sok akrab yang kalau kenal dia berubah menyenangkan. Aku kenal Yasa memang belum lama, tapi semoga dia gak ngancurin ini dan kita bertahan lama.

Alasan kenapa aku gak ngubungin Cindy atau Nadin, ya gak kenapa-kenapa, mereka 'kan sekolah. Entah kebetulan dalam rangka apa hari ini Yasa gak sekolah.

Aku berharap Yasa mau nampung aku, seenggaknya untuk malam ini aja. Betul, aku sedang gak mau pulang ke rumah. Terakhir kulihat hampir jam enam sore.

"Kak Yasa, Kak!"

Yasa berdecak dulu sebelum menyahut,

"Apa, Mbak?" lalu aku dan dia sama-sama nengok ke pintu kamarnya yang ditutup tapi ada suara dibaliknya.

"Ada tamu buat Kak Yasa."

"Bentar ya, Ly."

"Oke."

Yasa keluar dan ngebiarin pintu kamarnya terbuka, aku lanjut baca novel punya Yasa. Sudah habis setengah, setengah lagi tamat. Gak lama tiba-tiba dia sudah diambang pintu kamarnya.

"Ly, sini deh."

Aku berdiri dan beranjak ngekor Yasa. Begitu aku jalan menuju tangga, kulihat Pak Rega duduk di ruang tamu Yasa! Aku jalan menuruni tangga dengan perasaan campur aduk, bingung mau menjelaskan apa kalau ditanya. Sementara Yasa cuma kelihatan biasa saja malah seperti lagi nahan ketawa, tau gak? Kesal.

"Saya tadi ke rumah." kata Pak Rega setelah aku sampai di hadapannya.

Aku tetap sedikit menunduk, yang ada di kepalaku sekarang cuma, "YASA". Beberapa saat cuma saling diam sampai secangkir teh diantar buat Pak Rega.

"Bentar, Kak."

"Oke."

Kemudian Yasa bawa aku naik lagi ke kamarnya.

"Pak Rega nanya?"

"Iya." jawab Yasa polos.

Dua alis sengaja kubuat bertaut, "Kok loㅡah! Lo gak suka ya gue ada disini?!"

Yasa ketawa, "Lo kalo salting cupu!"

"Gue gak salting!"

"Balik, Ly."

"Sa... gue gak mau, ah! Pulang sama Pak Rega? Gak mau!"

"Gue gak bakal ngasih lo tumpangan juga." jawabnya sambil melipat lengan.

"Astaga, Yasa!"

Dia ketawa lagi!

"Pulang, Ly. Nyokap lo pasti khawatir."

Aku diam. Ibu telepon aku gak, ya? Sejak tadi aku matiin ponsel.

"Dengerin gue," dua tangan Yasa mendarat di bahuku. "Lo harus pulang." katanya.

Aku cuma natap Yasa.

"Lo boleh ada disini, kapanpun. Tapi caranya bukan kayak gini, lo harus izin dulu. Jangan bikin nyokap lo khawatir."

Dua LusinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang