Aku sampai didepan rumah pada jam sembilan malam, masih didalam mobil Pak Rega. Musik di mobilnya masih sekenceng tadi.
"Makasih, Pak!" hampir aku teriak.
"Apa?!"
Aku langsung diam, tapi Pak Rega senyum sambil matiin musiknya.
"Bercanda."
Karena dirasa selesai, aku langsung siap-siap keluar tapi,
"Lia." panggilnya.
Aku noleh, Pak Rega gak bicara apa-apa. Aku sebetulnya mau bilang ini tapi rasanya susah. Aku takut. Sementara aku masih berhadapan dengan dia, tanganku sudah buka pintu mobilnya dan kakiku turun satu.
"Makasih... Pak."
Dua alisnya naik, aku nunduk.
"Makasih udah bilang kalo Bapak sayang aku." ngomong gitu aja akhirnya aku cuma bisa dalem hati.
"Iya, Lia."
Aku noleh, sorot matanya teduh. Beberapa saat aku dan Pak Rega cuma saling tatap, dalam hati sebenernya ribut sekali. Aku gak tau apa yang ada di kepalanya waktu itu, tangan Pak Rega terulur ngelus kepalaku beberapa kali sementara kita masih saling tatap. Didalam rekamanku senyum samar itu membawaku melayang, rasanya seperti pulang. Rasanya seperti rumah, tenang.
Setengah sadar setengah entah kakiku yang satu masuk lagi, tanganku juga tutup pintunya lagi waktu Pak Rega mendekat dan aku juga sama. Sedetik kemudian aku tutup mata. Belum lama dengan bibirnya, dia tiba-tiba berhenti dan langsung berjarak. Seketika aku langsung buka mata, lalu noleh ke arah yang dilihat Pak Rega.
Ibu?!
.
.
."Astaga, Ibu?!"
Akhir hari itu lagi-lagi kacau, ditambah pertanyaan Ibu yang bikin aku geleng-geleng kepala sebab aku dan Pak Rega gak sampai sejauh itu. Malam itu aku bener-bener malu, keadaan berubah makin kacau waktu Ibu ngira Pak Rega yang bawa aku pergi dari pagi.
📞 "Ly? Ada apa?"
Malam itu aku sampe harus telepon Yasa dan Ibu masih kurang percaya. Aku sampai sumpah saking Ibu gak percaya selama ini aku baik-baik aja. Setelah pertanyaan-pertanyaan dari Ibu dan aku yang bingung harus apa, aku gak boleh keluar kamar sementara aku gak tau apa yang Ibu bilang ke Pak Rega setelahnya. Aku cuma bisa nebak kalau Pak Rega pulang setelah gak kedengaran percakapan mereka lagi.
Hari itu aku tau Ibu marah, aku juga tau aku salah. Sekaligus hari itu aku tau kalau Pak Rega gak bakal ngajar aku lagi di rumah. Malamnya aku gak bisa tidur, aku nangis. Pusing banget rasanya. Dibanding malu ketauan Ibu tadi rasanya aku lebih gak mau kalau gak ketemu Pak Rega lagi.
++ comment to unlock all eps everyday
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Lusin
Short StoryBerdua tanpa makna, berada tanpa rencana. ©anyanunim, 2019 ⚠️ Mengandung beberapa adegan yang ambigu/mengganggu.