"Oh iya, Lia..." panggilnya.
Aku yang lagi nulis, noleh. Pak Rega keluarin sesuatu.
"Nih." katanya.
"Ini apa?"
"Buat Lia. Kalo saya kasih nanti takutnya lupa lagi kayak kemarin." katanya pelan.
Kabel data.
"Maksudnya apaㅡOh? Astaga, Pak. Aku cuma bercanda yang soal chargeranㅡ"
"Iya, iya, gak apa-apa. Ini saya emang ngasih aja buat kamu." potongnya. "Jangan bilang Ibu, ya." sambungnya makin pelan.
Hari itu aku dibuat hampir bingung, entah keberuntungan atau apa mengingat kabel data punyaku udah minta dibuang. Padahal aku 'kan bercanda! Tapi itu hari lalu, sekarang Sabtu, rencananya mau diluar rumah lagi. Pak Rega juga ajak Yasa lagi. Kukira mau kemana, tapi dia bawa aku dan Yasa ke tempat yang menaungi dia bekerja.
"Jadi ada tempatnya, ya?" tanya Yasa. "Organisasi atau apa sih, Kak?"
"Lembaga Bimbingan Belajar."
"Yasa kira Kakak ngajar seenak Kakak doang." masih kata Yasa.
Bangunannya berbentuk gedung tiga tingkat yang begitu kau masuk isinya gak sangat luas. Lantai dua dibangun khusus untuk beberapa kelas. Demi Tuhan, saking dulu aku gak mau les privat dan diajar Pak Rega aku jadi gak tau asal usul dia!
"Satu kelas berapa orang?" tanya Yasa.
"Maksimal tiga belas." jawab Pak Rega.
"Lo gak tau?" tanyaku ke Yasa pelan.
Yasa geleng-geleng.
"Lo sadar gak sih?" tanya Yasa waktu aku dan dia berdiri didepan dinding yang memamerkan potret-potret kegiatan dan para pengajar disini.
"Apaan?"
"Yang ngajar cakep semua, gak cewek gak cowok yang lebih dari Pak Rega aja lu liat nih." Yasa nunjuk salah satu foto.
Aku ketawa!
"Pantes gue disuruh privat, lah kalo gue les disini kacau isinya bentukan surga semua."
Serius aku betulan ketawa dibuatnya, Yasa juga ketawa.
"Bego!"
"Ngomongin saya, ya?"
Aku langsung balik badan sementara Yasa yang lagi cekikikan mulai batuk-batuk.
"Eh? Sa? Sa lo kenapa?"
.
.
."Kalo udah selesai lihat lagi ya koreksi, saya ke toilet dulu." Pak Rega kemudian berdiri dan pergi.
"Lo tadi kenapa, sih?" tanyaku setelah Pak Rega pergi.
Yasa geleng kepala, "Gara-gara kaget gue nelen ludah sendiri, sesek."
Baru kali ini aku punya teman yang bentukannya kayak bidadari tapi kelakuannya mirip setan. Aku dan Yasa dibawa ke lantai tiga, tempatnya mirip perpustakaan dengan salah satu dinding kaca sebagai sumber cahaya. Gak sepi, disini ada pengajar lain dan beberapa orang yang kurasa mereka juga sama kayak aku dan Yasa.
"Lembaga ini sengaja apa ya, nyari pengajar yang sedep semua."
Aku mengangguk-angguk, "Kayaknya iya deh, lo liat juga 'kan tadi pengajarnya gak banyak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Lusin
Short StoryBerdua tanpa makna, berada tanpa rencana. ©anyanunim, 2019 ⚠️ Mengandung beberapa adegan yang ambigu/mengganggu.