31|Pulau Jeju

5.1K 503 138
                                    

Warning! ☻☻☻

Jimin mengumpat berulangkali. Sudah terhitung enam kali sejak Taehyung mengatakan ingin membatalkan acara mereka ke Jeju. Jika saja Taehyung bukan atasannya, dia pasti sudah menjambak rambut pria itu sejak tadi.

"Bukankah kau sudah menghubungi ayahmu untuk meng-handle urusan kantor selama kita pergi?" Jimin berkacak pinggang. Dia lalu melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Bahkan suhu di ruangan ini mendadak panas karena efek kekesalannya pada seorang Kim Taehyung. "Aku bahkan sudah memesan tempat di Jeju. Semua sudah beres. Kita hanya tinggal berangkat besok sore."

"Batalkan saja. Atau kau bisa pergi dengan Kang Seulgi. Aku tidak ikut."

"Hya, brengsek!" maki Jimin setelah kesabarannya benar-benar terkikis. "Kalau kau tidak mau pergi, biarkan So Hyun pergi bersamaku dan Seulgi. Istrimu butuh liburan!"

"Apa kau pikir aku sebodoh itu? Membiarkan istriku liburan dengan pria berotak kotor sepertimu?"

"Nah ... kau tahu kan kalau otakku kotor? Jadi kau harus pergi dan jaga istrimu agar tidak kumacam-macami," Jimin lagi-lagi mengumpat tanpa suara. "Kau ini kenapa? Bertengkar dengan istrimu?"

"Ani."

"Lalu?"

Taehyung memejamkan matanya. Bayangan tentang So Hyun yang berpelukan dengan Jungkook kembali muncul di pikirannya. Tentang bagaimana istrinya yang menangis saat adik se-ibunya itu pergi.

"So Hyun tidak mencintaiku."

"Apa kau baru sadar?"

Taehyung cukup terkejut atas respon yang Jimin berikan. Ia pikir sahabatnya itu akan menunjukkan ekspresi kaget atau sejenisnya. Tapi nyatanya?

"Rencana ke Jeju ini justru salah satu usaha agar dia bisa mencintaimu. Jika kau ingin membatalkannya, maka kau benar-benar pria dungu! Ah, sialan! Mengapa aku semakin kesal!"

"Dia masih mencintai Jungkook."

"Dan kau menyerah begitu saja? Hati manusia berubah-ubah. Dia bisa berbalik mencintaimu jika kau tidak menyerah untuk memperjuangkannya," Jimin melepas kancing lengan kemejanya kemudian menggulungnya sebatas siku. Dia sangat kepanasan karena kesal. "Tugas sperma itu mengejar ovum. Jika kau tidak mau berusaha lagi, potong saja burungmu! Toh kau juga tidak pernah menggunakannya!"

Sekarang gantian Taehyung yang kesal. Secara tidak langsung, Jimin baru saja menghinanya.

"Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi aku, Park Jimin! Kau tidak pernah ada di posisiku!"

"Justru karena aku tidak pernah ada di posisimu, aku bisa memposisikan diri sebagai pihak yang netral. Astaga! Ayo berkelahi saja! Aku sangat ingin mematahkan tulangmu sekarang!"

Taehyung yakin Jimin sedang berada pada kemarahan level paling tinggi. Meski jika mereka berdua benar-benar berkelahi, Taehyung pasti akan menang. Hanya saja tidak lucu jika ada orang yang tahu bahwa penyebab mereka berkelahi adalah karena Taehyung tidak ingin pergi bulan madu. Sungguh, itu alasan paling memalukan sekaligus menggelikan.

"Hya! Palliwa! Berdiri dan ayo berkelahi!"

"Keluar dari ruanganku!"

"Shireo! Bahkan jika kau memecatku sekarang, aku tidak akan keluar sebelum kau menarik kembali kata-katamu!"

"Keluar, Park Jimin! Otakku sedang mendidih sekarang!"

"Bagus! Amputasi saja sekalian. Toh percuma kau memiliki otak tapi tidak pernah kau pakai!"

Rahang Taehyung mengeras. Dia memejamkan matanya lagi dan berulangkali membuang napas keras. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut Jimin selalu menyakitkan hati dan telinga.

AHJUSSI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang