Wati sedang duduk di depan teras menikmati hujan yang membasahi halaman yayasan. Suara burung yang sedang berteduh di atas dahan terlihat melebarkan sayapnya untuk mengeringkan bulunya, dan senyum bahagianya terpancar di wajahnya saat ia bisa melihat dengan matanya.
Sesekali Wati mengucap syukur dan berdoa. Tiba-tiba sebuah tangan merangkul Wati sampai membuat ia terkejut.
"Jangan bengong-bengong, nanti kesambet loh..." kata Vika. Kemudian ia memberikan secangkir susu cokelat hangat pada Wati.
"Eh nggak kak.. Cuma lagi nikmatin suasana hujan aja. Wah ini susu cokelat buat Wati?"
"Iya, buat kamu, biar makin relax dan bahagia, kan pas bisa nikmatin keindahan taman hehehe."
"Oh ya.. Nanti andai kaka Vika nikah sama kaka Aldo trus tinggalnya dimana?" taya Wati.
"Hmm.. Ya ampun masih lama Wati, ish.... kamu uda mikirin sampe kesitu. Belum tau sih, emang kenapa?" canda Vika.
"Yaaaa... Wati sih pastinya ngerasa kehilangan kalau kak Vika atau kak Icha pindah dari sini. Tapi bukan berarti Wati gak sayang sama temen-temen yang lainnya loh, cuma.... Kalian udah Wati anggap kakak sendiri." Jawab Wati sambil menunduk. Vika pun mengusap punggung Wati dan mendekapnya.
"Iya kaka juga sayang sama Wati, sama semuanya yang ada disini, tapi kaka janji kok silahturahmi akan terus terjalin. Semakin hari kan lama-lama Wati makin remaja, dewasa, saatnya nanti kamu punya keputusan dan jalan hidup sendiri. Itu memang siklus kehidupan. Yang terpenting selama kita masih saling menyayangi dan support kita akan tetap menjadi keluarga." jawab Vika.
"Iya sih.. Tapi nanti kak Evan juga nikah sama kak Icha? Trus mereka pergi dari sini?" tanya Wati.
"Hmm... kaka sih gak tau mereka nanti gimana kedepannya, kan itu rahasia hidup, kita tinggal menjalankan saja. Ya udah jangan di pikirin... sekarang tugas kamu belajar dan kejar cita-cita kamu ya." sahut Vika. Kemudian setelah beranjak dari duduk Vika masuk ke dalam.
Hanya tinggal Wati yang masih duduk di depan teras yayasa. Saat Wati menyeruput secangkir susu cokelat hangat ia seperti merasakan ada seseorang yang memperhatikannya dari balik pohon besar di luar pagar. Wati terdiam dan meletakkan cangkirnya.
Dengan perlahan Wati berdiri dari duduknya dan menengok ke arah sekeliling pohon yang besar du depan yayasa. Bulu kuduknya merinding.. Terdengar seperti ada yang menginjak ranting pohon. Wati pun mengambil secangkir susu cokelat dan membalikkan badannya, perlahan ia berjalan ke arah pintu depan.
"Wati...... " suara bisikan itu terdengar jelas ke telinganya saat memanggil nama Wati. Dengan keberanian Wati mulai menoleh ke arah suara itu berasal. Namun Wati hanya melihat sosok bayangan berambut hitam yang menunduk di balik pohon besar. Dengan penasaran Wati membalikkan tubuhnya dan ingin menghampiri apa yang ada di balik pohon itu. Seperti sebuah energi yang kuat yang menariknya ke sana. Saat Wati melangkah dan ingin menginjak sendalnya tiba-tiba sebuah tangan menarik Wati.
"Ih... kan hujan, Wati mau kemana? Hayuk masuk, tidur siang, nanti kamu sakit loh kalo kena air hujan." kata Icha.
"Eehh iaa ka.. Anuu tadi...."
"Tadi apa? Emang Wati mau kemana?" tanya Icha. Kan pager udah di gembok. Jangan main hujan-hujanan yaa. Kaka gak mau kamu sakit." kata Icha sambil mengusap wajah Wati.
"Eeehh... iya kak.. Tapi ituu....."
"Itu apa sih? Udah ish.. yuk.. Masuk.. Ntar diculik loh.." kata Icha sambil menarik tangan Wati dan masuk ke dalam. Icha pun menutup pintu depan. Suasana kembali senyap. Namun tanpa disadari ada sosok mahluk yang menunduk di balik pohon, dengan wajah tersenyum dan memanggil nama Wati.
Terlihat wajah yang menyeramkan dan pipi yang menteskan darah dari kedua matanya yang bolong..........
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️
Horrorini adalah lanjutan cerita Jingga 1,2,3 dan 4 Berawal dari tiga sahabat dan Dua mahasiswi yang bernama Icha dan Vika yang menempati kostan dengan bangunan yang sudah di renovasi. Terdapat anak-anak yayasan dan seorang Ibu pengelola yang dulunya men...