Matahari mulai terlihat bercahaya, pantulan cahayanya membias ke tirai kamar yang berwarna abu-abu. Yasa pun membuka pintu kamar dan melihat Aldo yang sedang berolah raga di delat balkon.
"Pagi Yas.. Mau mandi?" tanya Aldo.
"Iya nih mau ambil handuk, tumben lu pagi-pagi udah treadmill." kata Yasa sambil mengambil handuk dan menggantungnya di leher.
"Iya udah lama gua gak olah raga, biar bugar aja sih, Evan udah bangun? Gak ada schedule dia hari ini?" tanya Aldo.
"Belum, pules banget tidurnya, kalo gak salah dia mau terima job yang tantangan itu deh." kata Yasa.
"Siang ini?" tanya Aldo.
"Paling malem, ya kali cari suasana nya siang-siang, gak dapet dong moment nya, yang ada dia kegerahan makan cilok meledaknya. Makannya dia puas-puasin tidur kali, jadi malem dia bisa melek matanya." canda Yasa. Sementara Aldo hanya mengangguk.
"YASSSSAAAAAAAAAAAAAA…!!" Teriak Evan dari dalam kamar.
"Eh kenapa si Evan Yas!" tanya Aldo. Kemudian Aldo bergegas berlari ke kamar Yasa. Terlihat Evan dengan posisi terlentang, dan kaki yang rapat hanya memandang Aldo dari tempat tidur.
"Eh lu kenapa kok di iket kaki sama tangannya?" lu di rampok?" tanya Aldo panik. Perlahan Yasa berjalan masuk ke dalam kamar.
"Tau nih! Pantes dari semalem gua mimpi lompat-lompat, gak taunya kaki sama tangan gua di iket! Siapa sih yang iseng?" tanya Evan sambil berusaha membuka ikatan tali.
"Bukan iseng, emang sengaja gua iket pake tali sepatu. Lagian dari dulu gak pernah rapih tidurnya, masa jempol kakinya kelitikin punggung gua!" kata Yasa.
"Ah masa? Genit amat sih lu Yas!" sahut Evan.
"JEMPOL KAKI LU…! Kok gua! Sialan ye, gua di colek-colek, udah gitu mana kakinya nindihin paha gua!" kata Yasa.
"Hahahahahahahahah!" suara tawa Aldo pun pecah mendengar keributan antara Evan dan Yasa.
"Oh gua pikir elu yang genit, jadi jempol gua yang genit? Sabar pak… jangan suka emosi, ntar darah tinggi, emut gih ketumbar biar gak marah-marah mulu!" kata Evan.
"Ngapa jadi ketumbar lu bawa-bawa? Mandi sono! Udah ngiler tidurnya. Hadehh..! Tuh bantal kalo idup juga berontak." kata Yasa sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
"Ih dia kabur! Bukannya tulungin temennya, ini gua kaya lagi di sandra pake di iket segala, lu pikir gua kambing di angon! Bukain gak!" kata Evan sambil meronta-ronta. Sementara Aldo ikut membantu membuka tali sepatu.
"Udah dari pada berantem terus, mendingan lu tidur sendiri ya? Tuh kan ada kamar kosong." kata Aldo.
"Ah itu kan kamar kakak lu, gak mau ah, serem." jawab Evan.
"Atau gimana lu tidur di kamar gua, trus gua tidur sama Yasa?" tanya Aldo.
"Yah.. Tetep aja gua sendirian di kamar, gak mao ah! Eh tapi… kamar lu kan ada kulkas yak? Banyak cemilan gak?" tanya Evan sambil duduk di ranjang setelah talinya terbuka.
"Ada kok, tenang, ntar gua isiin deh isi kulkasnya, asal lu mau berani tidur sendiri. Gimana?" tanya Aldo.
"Ya...tapi gak enak lah Al, ini kan rumah lu, dan lu udah baik sama gua sama Yasa juga, masa gua harus ngerepotin lagi sih." kata Evan.
"Ya gak apa-apa, yaelah kaya sama siapa aja lu! Enak loh, banyak cemilan, ada es cream, ada minuman dingin, ada permen, cokelat, chiki." Kata Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️
Horrorini adalah lanjutan cerita Jingga 1,2,3 dan 4 Berawal dari tiga sahabat dan Dua mahasiswi yang bernama Icha dan Vika yang menempati kostan dengan bangunan yang sudah di renovasi. Terdapat anak-anak yayasan dan seorang Ibu pengelola yang dulunya men...
