Sore itu Yasa memarkiran motornya di garasi, kemudian segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Mbok Darmi sedang menyapu lantai. Yasa pun masuk ke dalam kamar dan segera mandi membersihkan diri. Setelah mandi Yasa bergegas keluar kamar mandi dan mengeringkan badannya dengan handuk saat di depan cermin.
"Tokk…." suara seperti ketukan meja terdengar di area meja kamar. Yasa melihat dari arah cermin sambil terdiam. Namun Yasa tidak terlalu memperdulikannya. Dengan santai ia membuka lemari dan mengambil sebuah baju. Saat menutup pintunya ia membalikkan arah ke luar kamar, namun Yasa tak menyadari ada mahluk berwujud menyeramkan, dengan wajah pucat dan mata hitam berdiri di dekat meja belajarnya.
"Eh lu udah balik? Evan mana?" tanya Aldo saat berjalan dari arah tangga sambil membuka kancing kemejanya.
"Iya nih, belum pulang dia, kayaknya dia syuting ulang deh." kata Yasa.
"Oh ya Yas, katanya nanti nyokap mau ngomong sama lu." kata Adlo.
"Ngomong sama gua? Ada apa ya? Kok gua deg-degan?" kata Yasa.
"Yaelah, santai aja… gua sih udah ceritain masalh ruko di dekat bengkel lu, trus katanya sih nyokap interest gitu, mungkin mau investorin kali sama usaha lu." kata Aldo.
"Ah yang bener lu!"
"Serius! Mana tau bisa lebih berkembang kalau lu yang kelola, itung-itung kerja sama lah." jawab Aldo.
"Wah.. Nyokap lu tuh udah baik banget loh, dari dulu sampe sekarang hatinya luar biasa, udah bantuin anak-anak yayasan, trus kasih izin buat gua sama Evan tinggal disini, sekarang mau bantu buka ruko jadi tempat usaha, emang kebaikan lu sama nyokap lu tuh luar biasa." kata Yasa.
"Ah jangan gitu, semua kan hanya titipan, selagi bisa berguna buat orang banyak kenapa nggak? Nyokap juga ngeliat pertemanan kita udah kaya saudara, apalagi semenjak kakak gua meninggal, jadi nyokap merasa kehilangan dan sedih, nah kehadirian lu berdua tuh bikin suasana di rumah jadi rame, apalagi nyokap mikir kalau gua juga biar gak ngerasa sepi kali." kata Aldo sambil tersenyum.
"Iya iyaa.. Wah makasih banyak ya Al, pokoknya gua, Evan, Icha, Vika, dan anak-anak yayasan berhutang budi sama lu." kata Yasa sambil menjabat tangan Aldo.
"Sama-sama. Makasih juga buat kalian ya. Oke deh, nanti kita ketemu pas maka malem ya, gua mau mandi dulu." kata Aldo.
"Oh oke siap.. Siap.." jawab Yasa tersenyum sambil memegang pundak Aldo. Kemudian Yasa berjalan menuju balkon belakang untuk menjemur handuknya.
**************Setelah makan malam Vika duduk sambil membuka laptopnya di samping Icha. Suasana malam itu sedikit lembab karena cuaca yang mendung. Wati pun membawakan segelas teh hangat di teras depan.
"Eh Wati makasih banyak ya, sini duduk samping kaka." kata Icha sambil memangku Wati dan mebelai rambutnya. "Gimana sekolahnya? Ada tugas sekolah gak?" tanya Icha.
"Udah selesai tadi di kerjain pas pulang sekolah, abis itu baru tidur siang." Jawab Wati.
"Wah kamu pandai ya, trus ada yang nakal gak di sekolah?" tanya Vika saat menutup laptopnya dan menyeruput teh hangat.
"Ada satu cowok suka nakalin Wati."
"Hah? Nakalin gimana?" tanya Icha.
"Katanya Wati dibilang anak jelek, anak gak punya orang tua." kata Wati.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️
Kinh dịini adalah lanjutan cerita Jingga 1,2,3 dan 4 Berawal dari tiga sahabat dan Dua mahasiswi yang bernama Icha dan Vika yang menempati kostan dengan bangunan yang sudah di renovasi. Terdapat anak-anak yayasan dan seorang Ibu pengelola yang dulunya men...