Yasa membuka matanya, dengan perasaan bingung ia hanya melihat langit-langit atap yang bersih. Ia merasakan sakit di sekitar tangan dan punggung. Terdapat selang yang menusuk di tangan.
"Kamu gimana keadaanya?" tanya Nadine saat berdiri dari duduknya, dengan perasaan khawatir ia sesekali mengusap keningnya.
"Aku dimana?" tanya Yasa.
"Kamu di rumah sakit, tadi pagi aku dateng pas aku di hubungi sama Evan.
"Icha, Vika, Aldo… mereka kemana?" tanya Yasa dengan menahan sakit dan kondisi tubuh yang masih lemah.
"Icha sama Vika masih di ruang IGD, makannya Evan nungguin di ruang tunggu, kondisi mereka lemah, kalau Aldo ada tuh di sebang kamu, dia lagi tidur, mungkin belum siuman." Kata Nadine.
"Gimana kita dibawa kesini?" tanya Yasa.
"Evan yang telfon ambulan dan polisi di rumah yayasan. Tapi semuanya sedang di urus, pak polisi juga lagi di depan IGD buat minta keterangan kronologinya, pak polisi juga tadi bantu kita anterin kita ke rumah sakit." kata Nandine.
"Anak-anak mana? Jaka, Wati dan yang lainnya?" tanya Yasa.
"Mereka berangkat ke sekolah, supir aku yang akan urus mereka, tadi juga katanya mamahnya Aldo mau dateng, Mamahnya Vika dan Icha juga mau dateng." kata Nandine. Kemudian Yasa berusaha mencari handphonnya. "Kamu cari apa?"
"Handphone aku."
"Ini ada di tas, tadi maaf aku juga udah hubungi orang tua kamu. Mungkin sebentar lagi orang tua kamu." kata Nandine, sementara Yasa hanya tersenyum lemas.
"Makasih ya buat kamu dan Evan. Seharusnya kamu gak usah repot dalam hal ini." kata Yasa.
"Gak apa-apa. Aku beneran gak ngerasa di repotin kok, justru aku bakal sedih kalo aku gak bisa bantu kalian. Sebentar ya aku juga mau liat kondisi Aldo, kasian dia, sementara calon istrinya masih di IGD untuk mendapatkan perawatan yang intensif." kata Nandie.
Dengan senyum lemas Yasa hanya mengangguk kecil sambil melihat Nandie yang berjalan ke arah depannya.
"Gimana kondisi Aldo." tanya Yasa.
" Masih tidur. Mungkin masih syok. Kamu mau makan apa? Apa mau buah? Aku beliin ya?" tanya Nandine.
"Gak usah repot-repot. Nanti aja, kamu cape." kata Yasa.
"Tapi kamu juga pasti laper, sebentar ya." kata Nadine sambil menggenggam jemari Yasa. Ia hanya tersenyum mengangguk.
"Makasih ya. Maaf ngerepotin." kata Yasa.
"Sama-sama, gak ngerepotin kok. Ya udah aku keluar sebentar yaa. Kamu istirahat aja dulu. Aku juga sekalian mau liat kondisi Vika dan Icha." kata Nandine. Yasa pun mengangguk bahagia.
***********
Evan duduk di bangku panjang sambil menunduk, wajahnya lesu, tak lama Nandine datang menghampiri dan duduk disampingnya. Perlahan Nandine mengusap pundak Evan.
"Sabar ya Evan.. Gua tau bagaimana lu sedihnya liat pacar dan sahabat-sahabat lu yang gak berdaya. Tapi gua salaut sama lu, memang gua akui lu tuh bawel, berisik, tapi hati lu tulus dalam persahabatan, baru kali ini gua liat persahabatan yang solid." kata Nandine.
"Makasih yaa.. Gua tuh.. Guaa…." kata Evan sambil menahan air mata dan sikap yang gugup. Bola matanya mulai berkaca-kaca. "Aaaggrrhhhh….!" kata Evan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️
Horrorini adalah lanjutan cerita Jingga 1,2,3 dan 4 Berawal dari tiga sahabat dan Dua mahasiswi yang bernama Icha dan Vika yang menempati kostan dengan bangunan yang sudah di renovasi. Terdapat anak-anak yayasan dan seorang Ibu pengelola yang dulunya men...