Nadine duduk di ruang tamu sambil menyeruput secangkir teh hangat di samping Yasa, suasana pagi itu terlihat tenang.
"Kamu gak harus check up ke dokter lagi?" Tanya Nandine.
"Nggak kok, ini lukanya perlahan udah baikan, asal rajin minum obat nya." Kata Yasa.
"Trus gimana sama kerjaan kamu?" Tanya Nandine.
"Masih aku bisa pantau sih dari sini, paling aku telfon karyawan aku. Kebetulan dia aku udah titipkan urusan kerja."
"Apa yang bisa aku bantu? Mungkin input data? Atau check keadaan di kerjaan?" Tanya Nadine.
"Gak usah kok, gak apa-apa." Jawab Yasa.
"Tapi kan kerjaan kamu numpuk, ya udah saran aku biar aku bantu ya, aku yang gantiin kamu selama kamu masih istirahat. Nanti setiap hasil laporannya aku infoin kamu." Kata Nadine.
"Jangan lah, kasian kamu nanti cape. Aku juga gak mau ngerepotin kamu." Kata Yasa.
"Gak apa-apa kok, aku niat bantu kamu, ya udah aku bantu ya."
"Udah tanggung jawab aku, kamu gak usah repot-repot gak apa-apa." Kata Yasa.
"Aku cuma mah support kamu, ini kan usaha kamu, aku gak mau kerjaan kamu kebengkalai, please aku mohon, izinin aku buat bantu kamu." Kata Nadine sambil menatap mata Yasa penuh ketulusan. Perlahan Yasa memegang tangan Nandine dan mengusap lengannya yang putih dan lembut.
"Kamu perhatian sama aku aja aku udah seneng kok, aku gak kamu kamu cape, aku gak tega liat kamu kerja keras." Kata Yasa.
"Gak apa-apa Sayang, aku ikhlas kok." Kata Nandine sambil mengusap pipi Yasa. Kemudian Yasa mengusap kepala Nandie dengan lembut.
"Makasih ya sayang, ya udah kalao kamu maksa aku gak bisa ngomong apa-apa." Kata Yasa sambil mencubit pipi Nandine dengan lembut. Sementara Nandine hanya tersipu malu.
"Ya ampun kan bener bucin nya ngelebihin Aldo sama Vika, ck..ck..ck.. Dasar pria masa puber." Kata Evan sambil membawa tas ranselnya. Dengan cepat Yasa melempar bantal sofa ke punggung Evan.
"Munculnya gak kasih kode sih! Kaya kuntilanak aja lu!" Sahut Yasa. Sementara Nandine hanya tertunduk malu sambil menahan tawa.
"Hadooh di gebuk gua hahahahah! Eh bucin! Udah kasih izin aja biar Nandie yang gantiin urusin kerjaan, biar di kelola dengan baik, toh nanti kan hasil usahanha buat kalian berumah tangga." Kata Evan.
"Lah.. Tumben nih anak otak nya lempeng, iya bawel! Gua sih terserah cewek gua nih, kalau yang terbaik ya gak apa-apa." Kata Yasa.
"Ya uda yuk Nad!" kata Evan.
"Yuk kemana?" Tanya Yasa.
"Lah dia kan kudu ketempat kerja lu." Jawab Evan.
"Trus?" Tanya Evan.
"Ya gua nebeng ke tempat kerja gua hahahahahaha...!" Kata Evan.
"Bisa aja lu! ya udah gak apa-apa, tapi inget ya sayang, jangan selingkuh sama kanebo basah ini." Kata Yasa sambil menunuk ke arah Evan.
"Gak mungkin sayang, masa aku selingkuh sama kuaci." Canda Nandine.
"Wah bener-bener nih bucin nya luar biasa, ya udah lah yuk cabut dulu gua." Kata Evan. Akhirnya Nandie dan Evan pergi ketempat kerja.
**************
Aldo menyisir rambutnya dan berdiri di atas cermin, sambal merapihkan rambutnya yang lurus dan lembut. Namun gerakan Aldo masih terlihat tak bias terlalu cepat karena kondisi lukanya yang masih tertutup perban. Saat Aldo meletakkan sisirnya di atas meja ia pun segera membungkukan badan sambal menarik tas kecilnya, namun tanpa sengaja Aldo menjatuhkan sisirnya. Ia pun dengan perlahan membungjuk unyuk menggambil sisirnya, saat Aldo membungkuk terlihat sososk mahluk berwajah menyeramkan, dengan luka dan tetesan darah yang menunduk menghadap cermin persis di belakang Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️
Horrorini adalah lanjutan cerita Jingga 1,2,3 dan 4 Berawal dari tiga sahabat dan Dua mahasiswi yang bernama Icha dan Vika yang menempati kostan dengan bangunan yang sudah di renovasi. Terdapat anak-anak yayasan dan seorang Ibu pengelola yang dulunya men...