BAB 2

1.5K 84 84
                                    

     Di sebuah ruangan Vika sedang duduk sambil menatap laptop, dengan kacamata berbingkai warna pink menambah kesan imut terpancar di wajahnya. Tak lama seorang datang masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa buku.

     "Pagi Bu Vika, ini buku dari penerbit. Mau saya bantu bawa?" tanya seorang petugas kebersihan.
  
     "Oh gak usah, trimakasih ya Pak, nanti biar saya yang bawa aja bukunya."

     "Tapi ini agak berat loh Bu, memang Ibu bisa bawanya?" tanya petugas kebersihan.

     "Jangankan buku, beban hidup saya aja yang berat bisa saya pikul sendiri kok Pak hehehe." canda Vika.

     "Hehehe... Ibu Vika bisa saja, ya sudah saya letakkan di meja ya, kalau perlu bantuan saya panggil saya saja ya Bu. Permisi" kata petugas itu seraya berpamitan.

     "Iya Pak, makasih yaa." jawab Vika. Kemudian ia segera menatikan laptopnya dan beranjak dari duduknya. Perlahan ia melihat buku yang tertumpuk di meja dan menghitungnya. "Kayaknya sih berat, tapi… ah gak boleh ngeluh, harus kuat!" sahut Vika. Kemudian ia mengangkat buku dan saat berada di depan pintu ia tediam. "Yah pintunya gak bisa buka sendiri sih kaya di mal-mal? Coba bisa geser sendiri."

Tak lama petugas kebersihan membuka pintu dan terkejut melihat Vika yang berdiri sambil membawa tumpukan buku.

     "Ah kebetulan si Bapak masuk, makasih ya Pak. Ya udah saya permisi dulu." sahut Vika. Kemudian ia bergegas masuk ke dalam ruangan. Saat di dalam terlihat anak-anak sedang duduk memperhatikan seorang guru yang sedang menjelaskan soal mata pelajaran. Terdengar suara bisikian dari anak-anak yang memandang Vika. Sementara anak-anak cowok pun sedikit gaduh dan terpesona melihat Vika.

     "Loh kok gak suruh petugas aja Bu?" tanya seorang guru."

     "Iya gak apa-apa Pak, saya sekalian lewat aja kok."

     "Loh kok anak-anak pada diam? Ayo dong di bantu Ibu Vika nya, kasian kan berat bawa buku." kata Pak Guru. Sontak membuat anak-anak cowok berlari menghampiri Vika dan membawa buku. Sentara dengan bingung Vika melihat anak-anak itu tersenyum penuh semangat membantu Vika

     "Pak.. Kenapa kita gak ambil buku nya sendiri sih Pak? Kasian kan Ibu Vika sampe bawain buku dari penerbit ini. Ibu gak apa-apa kan? Cape gak?" kata seorang anak murid.

     "Ehemmm!!! Alesan kamu aja!" kata Pak Guru dengan nada tegas.

     "Eh.. Kalau begitu saya permisi dulu Pak.…Mari." jawab Vika sambil menunduk dan masuk ke ruangannya. Dengan wajah malu Vika membayangkan anak-anak cowok yang ikut membantu mengambil bukunya. "Ihhhh.. Mereka gemes-gemes deh.. Haduhh harus tahan iman kalo gini caranya, oh ya inget. Aldo.. Aldo… gua gak boleh berepaling cinta dari Aldo." gumam Vika yang langsung berjalan masuk ke dalam ruangnya.

              
                 ***************


     Di sebuah rumah yang lingkungannya terlihat sepi terlihat rumah yang sangat sedikit besar dengan pekarangan dan pepohonan yang terlihat segar. Terlihat beberapa orang masuk ke dalam ruangan berkaca.

      "Ok… hari ini kita akan membuat sesuatu yang fresh dalam vlog kita, dengan editing dan konsep yang baru kita akan membuat suatu gebrakan." kata seorang pria tinggi saat duduk di bangku dan menghadap laptop.

      "Emang mau bikin gebrakan apa Bos? Maksudnya kaya soto gitu? Di gebrak-gebrak?" tanya Evan bingung.

     "Evan.. Itu soto gebrak, bedaa… ini kita bahas gebrakan tuh kaya terobosan baru. Sesuatu yang berbeda dari vlog lu sebelumnya. Lebih menantang, lebih memacu adrenaline, pokoknya kita buat semenarik mungkin." jawab Bos nya.

JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang