BAB 20

936 75 20
                                    

     "kaka Kenapa?" tanya Wati. Sementara dengan wajah bingung Icha hanya menopang kedua tangannya di dagu dengan perasaan gusar.

     "Gak apa-apa kok.., kamu kenapa belum tidur?"

     "Justru gak tau kenapa aku mau samperin kaka ke sini." kata Wati.

     "Kenapa kamu mau dateng mau samperin kesini?" tanya Icha.

     "Gak tau kak, soalnya kaya ngerasa gak enak aja tiba-tiba pas aku mau ke dapur ada yang masuk ke kamar ini. Makannya Jaka sama Wati kesini." kata Jaka.

     "Emang apa yang kamu liat?" tanya Icha.

     "Hmm…"gumam Jaka sambil menoleh bersamaan."

     "Jawab dong.. Jangan diem aja!" kata Icha.

     "Aku gak tau siapa dia, tapi wujudnya laki-laki, mukanya hancur, kepalanya meneteskan darah, matanya hilang satu." kata Jaka.

     "Hah?" kata Icha. Trus wajahnya keliatan gak?"

     "Keliatan sih, cuma kita kaya gak kenal sama orang itu, tapi kaya punya dendam gitu." jawab Jaka.

     "Dendam?" tanya Icha. Akhirnya semuanya hanya saling menatap. Dengan wajah bingung Icha berfikir keras dan mengingat sesuatu.

                         
                       ********



     Perlahan Aldo tersenyum melihat hasil foto yang di kirim oleh Yasa. Dengan perlahan Aldo duduk di ranjangnya sambil membayangkan acara lamarannya. Bibirnya tersenyum bahagia, satu persatu ia melihat moment yang membuatnya sangat berarti.

Namun tiba-tiba lampu kamarnya berkedip, Aldo menatap ke arah lampu. Dengan wajah bingung ia melihat lampu terus berkedip.

     "Ini kenapa sih? Perasaan tadi gak apa-apa." kata Aldo sambil meletakkan handponnya di meja dengan posisi layar yang menempel di meja. Tiba-tiba lampu kamarnya gelap. Aldo mulai berjalan kearah pintu kamarnya, "Lah.. Lampu baklon kan nyala! Lampu kamar mandi juga nyala. Apa lampu sini putus?" Saat memegang gagang pintu tiba-tiba lampu flash handponya berkedip.

Aldo menoleh saat melihat kilat flash yang sangat terang memantul. Terdiam tak berkutik dengan apa
yang ia lihat. Namun tak lama lampu kamar pun kembali menyala. Dengan perasaan lega ia kembali duduk di ranjangnya dan membaringkatn tubuhnya. Aldo pun terpejam dengan posisi tangan kanan menekuk dan meletakkan di atas keningnya.

            

                      ************

      Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Evan berjalan turun ke tangga menuju ruang makan. Terlihat Yasa dan Aldo sedang menikmati sarapan.

Dengan rambut yang acak-acakan Evan mengambil nasi goreng buatan Mbok Darmi.

     "Udah pada kenyang? Kok gak nungguin gua makan?" tanya Evan sambil menikmati nasi gorengnya.

     "Ah lu kelamaan bangunnya." jawab Yasa. Sementara Aldo sedang melihat-lihat handponnya.

     "Yah namanya juga liburan, santai dikit gak apa-apa hehehe, lagi ngapain sih lu Al? Sibuk banget? Hari gini masih kerja juga. Apa jangan-jangan lu masih belum bisa mupon yaak sama lamaran lu?" tanya Evan.

     "Move on, bukan mupon nyet!" sahut Yasa.

     "Eh liat deh….!" pekik Aldo seraya memberikan handponnya pada Yasa dan Evan.

     "Lah apaan itu? Lu ngeroko di kamar?" tanya Evan bingung. "Wah ntar gua bilangin nyokap lu loh ngeroko di kamar, gak baek…." kata Evan.

     "Bukan! Ini bukan asep roko!" kata Aldo.

JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang