BAB 12

1.3K 80 38
                                    

     Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi Vika sedang duduk di bangku menghadap laptop. Seketika seorang petugas kebersihan sekolah masuk ke dalam sambil mengetuk pintu. Kemudian bapak itu membuang sampah yang berada di bawah kolong meja.

     "Pagi Bu…" kata petugas kebersihan itu.

     "Pagi Juga Pak.." jawab Vika dengan ramah dan senyumnya yang manis.

      "Bu, maaf tadi ada yang kirim bunga." kata petugas kebersihan.

     "Hah? Bunga? Bunga apa ya Pak?" tanya Vika bingung.

      "Ini Bu, bunga mawar merah tapi gak ada pengirimnya, cuma lambang cinta doang, saya cuma  taunya ini untuk Ibu. Mau ditaro dimana ya kira-kira?" tanya petugas kebersihan.

     "Oh ya udah taro di meja sini aja Pak. Trimakasih ya Pak." jawab Vika. Kemudian setelah petugas kebersihan meletakkan bunga, ia pun meninggalkan ruangan. Sementara Vika dengan wajah bingung membayangkan bunga mawar yang berada di hadapannya.




                   *************



     Malam itu Vika dan Icha membereskan dapur, sementara Ibu yayasan sedang menemani anak-anak belajar di kamar.

      "Eh masa tadi ada yang kirim bunga loh ke sekolah." kata Vika sambil menyapu lantai.

     "Hah serius? Dari siapa?" tanya Icha yang sedang mencuci piring.

     "Gak tau, gak ada nama pengirimnya, cuma tulisan love doang." sahut Vika.

     "Mungkin dari Aldo kali?" jawab Icha.

     "Hmmm… biasanya dia gak pernah se romantis itu. Apa jangan-jangan dari anak murid ya? Ah masa iya?" gumam Vika.

     "Yakin gak se romantis itu? Tau sendiri lu berdua takut banget kehilangan ibaratnya kaya gorengan sama cabe rawit! Gak bisa di pisahin. Kenapa gak lu tanya aja langsung?" sahut Icha.

     "Apa iya? Ah… gak tau… gua tuh malu Chaaa.. Nanti dikira gua GR lagi." jawab Vika sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
 
     "Ya udah ntra gua tanya. Daripada lu penasaran." sahut Icha. Seketika Vika melepaskan sapu dan berlari ke arah Icha.

      "Eh jangan….. Udah biarin aja deh nanti dia juga ngomong." sahut Vika. Sementara Icha hanya mengangkat kedua pundaknya. Tiba-tiba lampu dapur pun berkedip beberapa kali. Vika dan Icha saling menatap bingung.

     "Ah.. Kok merinding ya? Udah ah nyapunya, udah yuk masuk!" kata Vika.

     "Iya yuk!" sahut Icha. Mereka pun akhirnya masuk ke dalam kamar. Di ruang tamu yang gelap dan hanya terlihat cahaya lampu teras yang masuk ke dalam ventilasi pintu tanpa disadari ada sosok bayangan putih yang berdiri dan bergerak cepat ke arah luar pintu.




                   **************





      Malam hari yang senyap dan udara yang dingin membuat Yasa tertidur pulas. Terdengar suara rintikan hujan yang mulai turun. Terdengar suara plastik kemasan dari bawah kasur. Yasa pun perlahan membuka mata dan menegaskan arah suaranya. Guncangan ranjang yang menyentuh pinggir bedcover membuat Yasa tersadar dan mengangkat kepalanya. Terlihat ada sosok yang sedang duduk di karpet menghadap jendela balkon. Jantung Yasa sedikit berdegup kencang dan mengerutkan alisnya untuk memperjelas pandangannya. Dengan memberanikan diri Yasa membentangkan tangannya menyentuh area pundak sosok yang berada di karpet. Saat tersentuh Yasa terkejut ketika Evan menoleh ke arah Yasa sambil duduk memegang bungkusan snack.

     "Astaga! Van lu ngapain?" tanya Yasa. Sementara Yasa langsung menoleh ke belakang memastikan keadaan Evan. "lah gua pikir Evan masih tidur, gak taunya dia yang di karpet. Woy Van! Ngapain sih lu?" tanya Yasa. Sementara Evan mengunyah snack dan tetap memejamkan mata.

JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang