BAB 19

976 71 22
                                    

     Evan dan Yasa berada di mobil bersama Aldo. Suasana terasa dingin. Perasaan Aldo campur aduk dan gelisah. Yasa berusaha membuat Aldo tenang dengan menepuk pundaknya.

     "Udah jangan grogi, lu pasti bisa melewati semuanya, lu santai aja." kata Yasa.

     "Iya, nih lu mau ngemil ciki gak? Kali aja lu bisa relax gitu!" kata Evan dengan tangan yang penuh remahan cemilan.

     "Ya iya kali temen lu lagi grogi disuruh makan, yang ada suruh minum panjul!" kata Yasa.

     "Oh salah yak! Ya udah nih minum." kata Evan sambil memberikan botol plastik."

     "Van! Lu mau bunuh gua?" kata Aldo.

     "Lah emang kenapa?"

     "Ini air aki nyet! Lu pikir tenggorokan gua radiator!" kata Aldo.

     "Eh... gua pikir air mineral hahahahah! Lagian lu taro di bawah bangku, gua pikir ini air minum lu jatoh!" kata Evan. Sementara Yasa hanya menepuk jidatnya.

     "Kan lu bisa baca di kemasannya Evan." ucap Aldo.

     "Oh.. Maap, gak fokus hehe.." jawab Evan.

     "Ya udah nih turun yuk! Tuh udah pada kumpul. Nyokap lu juga udah dateng tuh. Semoga lamaran lu lancar." sahut Yasa.

     "Oh ini lamaran yak? Gua pikir hadirin kondangan, padahal gua udah siapin daftar lagu buat nyanyi di panggung." celetuk Evan. Sementara Aldo menoleh ke belakang melihat Evan dengan muka polosnya sambik celingak celinguk.

     "Aaagggrrrhhh…. Van! Bisa gak lu gak bikin gua ngakak! Ini acara resmi yaa, awas aja kalo lu di dalem buat tingkah!" kata Aldo sambil menutup wajah tampannya dengan kedua tangannya.

     "Van.. Kalo sampe acara lamaran Aldo gagal cuma gara-gara tingkah lu, hmm…" kata Yasa.

     "Kenapa Yas?" sahut Evan.

     "KELAR IDUP LU!" Kata Yasa.

     "Iyee iyee. Ntar tapi kalo lu lagi ngobrol sama orang tuanya Vika gua boleh ngemil kan? Asli gua laper. Trus kalo gua teriak ciee cieee.. Gak apa-apa kan?" kata Evan. Sementara Yasa dan Aldo saling menatap dan menggelengkan kepala.


                        *******

       Beberapa jam setelah acara selesai semua beramah tamah dan saling bersendau gurau. Vika dan Aldo pun menghampiri Yasa dan Icha.

     "Evan mana? Kok gak dateng?" tanya Vika. Sementara Yasa dan Aldo menatap senyum.

     "Dateng kok." jawab Yasa singkat.

     "Mana?" tanya Vika.

     "Itu gua umpetin di dapur lu, biar gak rewel." kata Yasa.

     "Lah! Kok di umpetin di dapur? Kasian dong!" saut Icha.

     "Emang lu mau saat lagi acara serius gini dia ribut masalah cmilan? Mulut dia kan berisik banget, apalagi abis minum es yang manis-manis, sugar rush diaa!" kata Yasa.

     "Oh gitu… ia sih demi kelancaran acara ini. Kalo dia mau lia kan tinggal liat di Videography nya nanti." jawab Icha.

     "Sabar ya Cha." kata Vika sambil mengusap lengan Icha.

     "Lah kok sabar?" tanya Icha heran.

     "Yah laki lu masih kaya bocah sikapnya, tapi tetap menyenangkan buat kita semua." jawab Yasa. Sementara Icha hanya tersenyum.

     "Tau tuh, dia kalo berubah bisa-bisa pelangi muncul kali ya." kata Icha. Semua pun tertawa bahagia.


                 **************


     Icha mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, suasana di kamar itu terasa dingin. Tak lama pintu kamat pun di ketuk. Icha segera membuka pintu dan melihat Wati yang berdiri tersenyum menatapnya.

     "Eh Wati sini masuk." kata Icha. Wati pun masuk ke dalam dan duduk di atas ranjang. "Kamu kenapa? Kok sedih?"

     "Gak apa-apa kak sedih aja, nanti kalau ka Vika nikah tinggalnya dimana?" tanya Wati.

     "Hmmm.. Mungkin di rumah mamahnya, atau dirumah barunya." jawab Icha.

     "Wati sedih deh, nanti semuanya akan ninggalin rumah ini. Yah Wati kesepian deh." kata nya.

     "Nggak kok, kan masih bisa main, dan kalau kamu semakin beranjak dewasa kamu juga akan mengalami hal ini juga. Tapi kan ka Vika masih dtinggal disi dulu sampai menikah." kata Icha sambil memegang kedu tangan Wati.

     "Oh tadi itu bukn nikah ya Kak?"

     "Bukan, masih lamaran kok, dalam arti saling terikat aja, nanti acara nikahnya kita dateng yaa." jawab Icha.

     "Tapi Wati takut."

     "Takut kenapa?"

     "Takut semuanya pergi ninggalin wati."

     "Ih.. Nggak sayang, janji deh andai suatu saat ka Vika dan aku masing-masing udah berkeluarga nanti pasti kita main sini."

     "Gak bakal ketemu pastinya." kata Wati.

     "Loh emang Wati mau kemana?"

     "Bukan Wati yang pergi tapi kalian." jawab Wati.

     "HAH??! Pergi kemana?" tanya Icha heran.

     "Tok.. Tok.. Tok…" terdengar suara ketukan dan Icha pun beranjak dari duduk nya. Saat membuka pintu terlihat Wati dan Jaka berdiri di depan kamar.

     "Kak Icha ayo makan malam, ditungguin sama yang lain tuh." kata Wati. Sotak seketika dengan wajah pucat Icha terdiam dan melirik ke arah belakang, dan tak melihat siapaun di dalam kamarnya. Dengab gugup Icha hanya menunjuk ke arah Jaka dan kembali menoleh ke arah ranjang.

     "Taa.. Taaa.. Tadi Wati bukannya masuk ke dalam?" tanya Icha gugup.

     "Nggak kok, ini Wati sama Jaka baru aja dari dapur mau panggil kak Icha. Sementara Icha dengan  wajah bingung dan ketakutan hanya terdiam tak berkutik.

 Sementara Icha dengan  wajah bingung dan ketakutan hanya terdiam tak berkutik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Hanya sebuah ilustrasi gambar.

JINGGA 5 ( I can see you dying) TAMAT BAB 1-30 END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang